Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Kurang peminat untuk istana

Calon presiden singapura masih belum didapat sejak meninggalnya sheares. pm. s. rajaratnam menolak untuk dicalonkan. (ln)

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENCARI orang yang mau menjadi presiden di Singapura ternyata bukan hal yang mudah. Sejak meninggalnya Presiden Benjamin Sheares, Mei lalu, sudah disebut-sebut beberapa nama sebagai bakal pengganti. Tapi tak seorang pun yang bersedia. Wakil PM Sinnathamby Rajaratnam, 66 tahun, salah seorang calon terkuat, bahkan tegas menolak. Pemilihan presiden tampaknya akan merupakan 'kejutan', katanya. Buat Republik Singapura, jabatan presiden tak lebih dari simbol pemersatu. Mungkin karena itu hampir tak ada kalangan politisi yang berminat untuk jadi presiden. Seorang presiden dipilih oleh parlemen untuk masa jabatan 4 tahun. Meskipun hanya sebagai simbol, ia bisa saja mempengaruhi jalannya pemerintahan. Salah satu tugas presiden adalah membacakan pidato pada pembukaan sidang parlemen. Tapi sulitnya mencari pengganti presiden ini tak bisa lepas dari susunan penduduk yang 75% adalah keturunan Cina. Ada semacam keinginan untuk memberikan jabatan presiden kepada etnis mi noritas, seperti Melayu dan turunan India. Apalagi parlemen juga didominasi oleh turunan Cina. Dan ini memang sudah dirintis sejak Singapura diberi status berpemerintahan sendiri oleh Kerajaan Inggris, 1959. Waktu itu Gubernur Sir William Goode ditunjuk sebagai Yang Di-Pertuan Negara atau Kepala Negara. Dan beberapa bulan kemudian, setelah Singapura merdeka, Presiden pertama adalah Yusof bin Ishak, orang Melayu. Ketika Yusof meninggal, 1971, ia digantikan oleh Benjamin Sheares yang turunan Eropa-Cina. Dari pergantian ini terlihat usaha memberikan kesempatan kepada etnis minoritas. Namun perkembangan terakhir ini menunjukkan bahwa jabatan presiden mungkin diberikan kepada turunan Cina. Ketua Parlemen, Yeoh Ghim Seng, yang sekarang menjadi penjabat presiden konon sangat diharapkan sebagai calon. Ia adalah seorang dokter bedah. Nama tenar lain yang juga disebutsebut adalah Devan Nair, Presiden Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC). Nair, 58 tahun, adalah turunan India. Berbeda dengan Sheares yang tenang dan berwibawa, Nair sudah lama dikenal sebagai orang yang banyak bicara. Pernyataannya kadang-kadang begitu mengejutkan. Terutama ketika terjadi sengketa manajemen Singapore Airlines dengan para pilot. Sebagai tokoh buruh, Nair memang punya reputasi yang gemilang. Maka kalangan yang dekat dengan dia mengatakan: "Kasihan kalau dia harus jadi presiden, karena banyak hal yang bisa dilakukannya di luar itu." Dengan kata lain, jabatan itu sendiri mungkin tidak disenanginya. "Ia lebih suka bebas dan bercampur dengan rakyat," kata seorang teman dekatnya. Gaji dan fasilitas untuk jabatan presiden di Singapura cukup besar--bisa mencapai Rp 675 juta setahun. Semua terjamin, tapi kehidupan di Istana mungkin menjemukan. Yang jelas calon presiden masih dicari.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus