MENCARI orang yang mau menjadi presiden di Singapura ternyata
bukan hal yang mudah. Sejak meninggalnya Presiden Benjamin
Sheares, Mei lalu, sudah disebut-sebut beberapa nama sebagai
bakal pengganti. Tapi tak seorang pun yang bersedia. Wakil PM
Sinnathamby Rajaratnam, 66 tahun, salah seorang calon terkuat,
bahkan tegas menolak. Pemilihan presiden tampaknya akan
merupakan 'kejutan', katanya.
Buat Republik Singapura, jabatan presiden tak lebih dari simbol
pemersatu. Mungkin karena itu hampir tak ada kalangan politisi
yang berminat untuk jadi presiden. Seorang presiden dipilih oleh
parlemen untuk masa jabatan 4 tahun. Meskipun hanya sebagai
simbol, ia bisa saja mempengaruhi jalannya pemerintahan. Salah
satu tugas presiden adalah membacakan pidato pada pembukaan
sidang parlemen.
Tapi sulitnya mencari pengganti presiden ini tak bisa lepas dari
susunan penduduk yang 75% adalah keturunan Cina. Ada semacam
keinginan untuk memberikan jabatan presiden kepada etnis mi
noritas, seperti Melayu dan turunan India. Apalagi parlemen juga
didominasi oleh turunan Cina. Dan ini memang sudah dirintis
sejak Singapura diberi status berpemerintahan sendiri oleh
Kerajaan Inggris, 1959.
Waktu itu Gubernur Sir William Goode ditunjuk sebagai Yang
Di-Pertuan Negara atau Kepala Negara. Dan beberapa bulan
kemudian, setelah Singapura merdeka, Presiden pertama adalah
Yusof bin Ishak, orang Melayu. Ketika Yusof meninggal, 1971, ia
digantikan oleh Benjamin Sheares yang turunan Eropa-Cina.
Dari pergantian ini terlihat usaha memberikan kesempatan kepada
etnis minoritas. Namun perkembangan terakhir ini menunjukkan
bahwa jabatan presiden mungkin diberikan kepada turunan Cina.
Ketua Parlemen, Yeoh Ghim Seng, yang sekarang menjadi penjabat
presiden konon sangat diharapkan sebagai calon. Ia adalah
seorang dokter bedah.
Nama tenar lain yang juga disebutsebut adalah Devan Nair,
Presiden Kongres Serikat Buruh Nasional (NTUC). Nair, 58 tahun,
adalah turunan India. Berbeda dengan Sheares yang tenang dan
berwibawa, Nair sudah lama dikenal sebagai orang yang banyak
bicara. Pernyataannya kadang-kadang begitu mengejutkan. Terutama
ketika terjadi sengketa manajemen Singapore Airlines dengan para
pilot.
Sebagai tokoh buruh, Nair memang punya reputasi yang gemilang.
Maka kalangan yang dekat dengan dia mengatakan: "Kasihan kalau
dia harus jadi presiden, karena banyak hal yang bisa
dilakukannya di luar itu." Dengan kata lain, jabatan itu sendiri
mungkin tidak disenanginya. "Ia lebih suka bebas dan bercampur
dengan rakyat," kata seorang teman dekatnya.
Gaji dan fasilitas untuk jabatan presiden di Singapura cukup
besar--bisa mencapai Rp 675 juta setahun. Semua terjamin, tapi
kehidupan di Istana mungkin menjemukan. Yang jelas calon
presiden masih dicari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini