Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Antara kulit putih dan bendera ...

Serbuan dan invasi tentara afrika selatan dari namibia tidak dikutuk lima negara barat. keterlibatan soviet dalam gerilya swapo dijadikan propaganda.

12 September 1981 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TENTARA Afrika Selatan berulang kali menyusup ke Angola, bahkan bercokol di Angola Semua operasi militer itu sudah dianggapnya rutin saja. Tentu berbagai negara mengecam tindakan Af-Sel itu. Menurut sumber gerilya SWAPO (Organisasi Rakyat Afrika Barat-daya) paukan Af-Sel masih menyerang Provinsi Cuando Cubango yang dekat dengan perbatasan Angola-Namibia pekan lalu. Namun jurubicara Kementerian Perta hsnan Af-Sel biasanya membantah. Bahwa adanya serangan, "itu adalah berita propaganda yang menertawakan," kata jurubicara itu. Ia kemudian menghubungkan berita semacam itu sebagai usaha memenangkan kampanye kelompok negara Afrika dalarn Sidang Umum PB yang sedang berlangsung di New York. Sementara itu Pretoria bermain pula dengan berita. Antara lain beredar versi sumber diplomatik di Pretoria yang mengatakan bahwa tentara Af-Sel ketika menyerbu Cuando Cubanga berhasil membunuh dua istri tentara Soviet. Satu di antaranya adalah istri seorang letnan kolonel Soviet yang terbunuh pada penyerangan dua pekan lalu. Sedang yang satu lagi istri Sersan Mayor Nickolay Fcodorovich yang sekarang sedang ditahan di penjara. Serangan yang berlangsung secara terus-menerus ini tampaknya merupakan usaha Af-Sel membantu kelompok gerilya UNITA yang melawan rezim Angola yang Marxis. Persatuan Nasional untuk Kemerdekaan Total Angola (UNITA) itu dipimpin Jonas Savimbi. Di samping itu serangan Af-Sel ini juga bertujuan menghancurkan instalasi radar Angola yang berada di sepanjang perbatasan. Pasukan Af-Sel menyerang dari pangkalannya di wilayah Namibia. Tapi yang agak mengejutkan ialah usaha Af-Sel mempropagandakan terbunuh dan tertangkapnya tentara Soviet selama penyerangan itu. Dengan propaganda itu Pretoria jelas ingin menarik perhatian Washington. Dan sekaligus ia menonjolkan segi keterlibaun tenUra Soviet--selain hadirnya tenura Kuba-di Angola. Bagi Af-Sel kehadiran tenura Soviet di Angola dan bersebarnya basis gerilya SWAPO merupakan ancarnan. Sampai sekarang Af-Sel yang masih menguasai Namibia khawatir kalau SWAPO melancarkan serangan dari basisnya di Anola. SWAPO berjuang untuk kemerdekaan Namibia (Afrika Barat-daya). Koran satu-satunya yang terbit di Luanda, Jornal de Angola, memberitakan bahwa Af-Sel sengaja memperpanjang masa pendudukannya atas wilayah perbatasan bagian selatan Angola. Af-Sel, menurut koran itu, "menciptakan kondisi yang memecah belah wilayah Angola dan mendirikan pemerintahan boneka di wilayah yang dikuasainya." Selama ini Angola menuduh UNITA sebagai 'boneka' Afrika Selatan. Serbuan Af-Sel ini ternyata tidak dikutuk lima negara Barat--AS, Inggris, Prancis, Jerman Barat dan Kanada. Kelimanya sedang mengusahakan terlaksananya kemerdekaan bagi Namibia, lewat penyelesaian PBB. Maka AS memveto dibicarakannya masalah Angola di Dewan Keamanan PBB, semacarn angin baik bagi Af-Sel. Apalagi berita terlibatnya tentara Soviet membantu SWAPO menimbulkan kesan bahwa organisasi itu tak lebih dari boneka Soviet. Lebih Ungul Meskipun Dewan Keamanan tidak sempat mengeluarkan resolusi mengenai penyerbuan tentara Af-Sel itu, kelompok negara Afrika berhasil mengajukan usul supaya diadakan sidang darurat Majelis Umum PBB. Wakil AS di PBB, Kenneth Adelman, dalam suatu pernyatan mengatakan bahwa keputusan demikian tidak memberikan kesempatan kepada Af-Sel menyarnpaikan penjelasan. Itu akan mempersulit usaha negara Barat bagi penyelesaian Namibia, katanya. Tapi Menteri Dalam Negeri Angola, Alexandre Rodrigues, mengatakan bahwa Af-Sel sedang mencoba menciptakan buffer zone di bagian selatan Angola dengan tujuan "menahan aksi pembebasan yang dilancarkan gerilya SWAPO." Yang jelas pasukan Af-Sel sudah memasuki wilayah Angola sejauh 180 km dari perbatasan. Taktik begini pernah digunakan Israel ketika menyerang Libanon unNk menghantam gerilyawan Palestina. Invasi Af-Sel ini setidaknya sekali lagi. membuktikan bahwa ia jauh lebih unggul dari Angola, baik militer maupun diplomatik. Padahal Af-Sel sudah dikeluarkan sementara dari keanggotaan PBB sejak tahun 1974. Karena politik rasialisnya. Maka kepada Parlemen Af-Sel, PM Pieter W. Botha secara santai menelaskan tuduhan Angola (tentang invasi) itu sesuatu yang berlebih-lebihan. "Apa yang terjadi tak lebih dari operasi rutin rhadap gerilya SWAPO," katanya. Dan, menurut laporan, 10 orang tentara Af-Sel saja tewas dalam penyerbuan itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus