Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Malaysia Usir Kapal yang Angkut 300 Pengungsi Myanmar

300 pengungsi Myanmar yang mendarat di Malaysia ditolak masuk ke negara itu.

5 Januari 2025 | 11.39 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Imigran etnik Rohingya asal Myanmar yang terdampar di Kabupaten Aceh Selatan tiba depan kantor Kementerian Hukum dan HAM Provinsi Aceh di Banda Aceh, Aceh, Kamis 7 November 2024. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Penjaga pantai Malaysia mengawal dua kapal yang membawa hampir 300 migran Myanmar tanpa dokumen dari perairannya. Dilansir dari Reuters, para pengungsi ditemukan dalam kondisi kelelahan karena kekurangan makanan dan air, kata Direktur Jenderal Mohd Rosli Abdullah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pihak berwenang memberikan para migran pasokan makanan dan air minum bersih setelah perahu-perahu tersebut ditemukan pada hari Jumat, 3 Januari 2025. Kapal berada dua mil laut barat daya lepas pantai pulau resor Malaysia, Langkawi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kami juga bekerja sama erat dengan badan penegak hukum Thailand untuk memperoleh informasi tambahan tentang pergerakan kapal-kapal tersebut," ujar Rosli Abdullah dalam sebuah pernyataan pada hari Sabtu.

Penjaga pantai tidak mengatakan apakah para migran itu adalah Rohingya, etnis minoritas di Myanmar. Pada hari Jumat, polisi Malaysia telah menahan 196 migran Myanmar yang tidak berdokumen setelah kapal yang mereka tumpangi mendarat di sebuah pantai di Langkawi. 

Polisi mengatakan semua migran, termasuk 71 anak-anak dan 57 wanita, diyakini berasal dari etnis Rohingya. Semua migran yang ditahan dibawa untuk didokumentasikan dan diperiksa kesehatannya, kata polisi dalam pernyataan terpisah pada hari Jumat.

Selama bertahun-tahun banyak warga Rohingya yang menaiki perahu kayu reyot untuk mencoba mencapai negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Indonesia, dan Bangladesh yang berpenduduk mayoritas Muslim, serta Thailand. Gelombang pengungsi terjadi terutama pada saat laut lebih tenang dari Oktober hingga April.

Malaysia, yang tidak mengakui status pengungsi, dalam beberapa tahun terakhir telah menolak kapal yang membawa pengungsi Rohingya. Malaysia menahan ribuan orang di pusat-pusat penahanan yang penuh sesak sebagai tindakan keras terhadap migran tidak berdokumen.

Dewi Rina Cahyani

Dewi Rina Cahyani

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus