Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Fentanil adalah obat opioid sintetis kuat yang disetujui oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat untuk digunakan sebagai analgesik (pereda nyeri) dan anestesi.
Obat terlarang ini kira-kira 100 kali lebih kuat daripada morfin dan 50 kali lebih kuat daripada heroin sebagai analgesik.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Seorang remaja yang tiba di klinik rehabilitasi obat-obatan milik Jose de Jesus Lopez di kota industri Meksiko, Monterrey, suatu hari di bulan Desember tahun lalu menunjukkan simptom-simptom yang tidak biasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Keluarga remaja pria berusia 17 tahun yang mengambilnya dari rumah sakit beberapa hari sebelumnya ketika dia kesulitan bernafas dan memburuk karena diduga mengonsumsi kokain, demikian direktur klinik itu.
Tampak kondisinya tak menentu. Ada perdarahan dan sulit tidur. "Sesuatu yang tak bisa dihentikan," kata Lopez kepada Reuters, Rabu lalu. Lopez juga kepala jaringan pusat kecandungan di negara bagian Nuevo Leon, wilayah lokasi kota Monterrey.
Simptom-simptom bocah itu mirip kasus opioid, meskipun Monterrey berjarak ratusan mil di tenggara pusat-pusat heroin dan fentanyl di Meksiko di perbatasan bagian barat daya kota-kota seperti Tijuana dan Nogales.
Lalu Lopez melakukan uji tes urin. Hasilnya si remaja tersebut positif mengonsumsi fentanyl. Meskipun Meksiko dikenal sebagai koridor utama penyelundupan obat terlarang opioid sintetis, kasus-kasus seperti itu kian mencemaskan sebagai epidemik baru di dalam wilayah pelosok perbatasannya dengan Amerika Serikat.
Fentanil dikonsumsi dengan didengus/dihirup, diisap, diminum dalam bentuk pil atau tablet, dibubuhkan pada kertas tisu, koyo, dijual sendiri atau dikombinasikan dengan heroin dan zat-zat lain, telah diidentifikasi dalam pil palsu yang menyerupai obat-obatan farmasi seperti oksikodon.
Bagaimana dampak fentanil pada tubuh?, Mirip dengan analgesik opioid lainnya, fentanil menghasilkan efek seperti: relaksasi, euforia, penghilang rasa sakit, sedasi, kebingungan, kantuk, pusing, mual dan muntah, retensi urin, penyempitan pupil, dan depresi pernapasan.
Dampaknya bila overdosis obat kini dapat menyebabkan pingsan, perubahan ukuran pupil, kulit berkeringat, sianosis, koma, dan gagal napas yang berujung pada kematian. Adanya tiga serangkai gejala seperti koma, pupil mata mengecil, dan depresi pernapasan sangat mengindikasikan keracunan opioid.
Fentanil Membuat Ketagihan?
Ya. Fentanil membuat ketagihan karena potensinya. Seseorang yang mengonsumsi fentanil sesuai resep dokter dapat mengalami ketergantungan, yang ditandai dengan gejala putus zat ketika obat dihentikan. Seseorang dapat bergantung pada suatu zat tanpa mengalami kecanduan, tetapi ketergantungan terkadang dapat menyebabkan kecanduan.
Kecanduan adalah bentuk paling parah dari gangguan penggunaan zat (SUD). SUD ditandai dengan pencarian narkoba secara kompulsif dan penggunaan narkoba yang sulit dikendalikan, meskipun ada konsekuensi yang berbahaya.
Ketika seseorang kecanduan narkoba, mereka akan terus menggunakannya meskipun hal itu menyebabkan masalah kesehatan atau masalah di tempat kerja, sekolah, atau rumah. SUD dapat berkisar dari ringan hingga berat.
Penanganan Kecanduan Fentanil
Dilansir dari nida.nih.gov, seperti kecanduan opioid lainnya, pengobatan dengan terapi perilaku telah terbukti efektif dalam mengobati orang yang kecanduan fentanil.
Obat-obatan untuk gangguan penggunaan opioid - termasuk gangguan penggunaan fentanil - aman, efektif, dan menyelamatkan nyawa. Obat-obatan ini berinteraksi dengan reseptor opioid yang sama di otak tempat fentanil bekerja, tetapi tidak menghasilkan efek yang sama.
- Metadon, agonis penuh reseptor opioid, menempel dan mengaktifkan reseptor opioid untuk meringankan gejala putus zat dan ketagihan.
- Buprenorfin, agonis parsial reseptor opioid, menempel dan mengaktifkan sebagian reseptor opioid untuk meringankan gejala putus zat dan mengidam.
- Naltrexone, antagonis reseptor opioid, mencegah fentanil menempel pada reseptor opioid, sehingga menghalangi efeknya.
Konseling Terapi perilaku untuk kecanduan opioid seperti fentanil dapat membantu orang memodifikasi sikap dan perilaku mereka yang terkait dengan penggunaan narkoba, meningkatkan keterampilan hidup sehat, dan membantu mereka bertahan dalam pengobatan. Beberapa contohnya meliputi:
- Terapi perilaku kognitif, yang membantu memodifikasi ekspektasi dan perilaku penggunaan narkoba pasien, dan secara efektif mengelola pemicu dan stres
- Manajemen kontinjensi, yang menggunakan sistem berbasis voucher yang memberi pasien "poin" berdasarkan tes narkoba negatif. Mereka dapat menggunakan poin tersebut untuk mendapatkan barang-barang yang mendorong hidup sehat
- Wawancara motivasi, yang merupakan gaya konseling yang berpusat pada pasien yang membahas perasaan campur aduk pasien untuk berubah
DEA.GOV | NIH.GOV | REUTERS
Pilihan editor: Menteri Keuangan AS Umumkan Sanksi Terhadap 15 Warga Meksiko Penyelundup Fentanil