Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kaum perempuan tentu tidak asing dengan benda bernama pembalut. Ternyata penemu cikal bakal pembalut wanita adalah seorang perempuan Amerika berdarah Afrika, Mary Beatrice Davidson Kenner. Penemuan memang telah ada dalam darahnya sejak muda.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mary lahir di Charlotte, North Carolina, pada 17 Mei 1912. Ayahnya, Sidney Nathaniel Davidson, telah lebih dulu menemukan beberapa produk sukses selama masa hidupnya. Lahir dari keluarga penemu yang bersemangat, Mary berdedikasi untuk membuat hidup lebih mudah bagi orang lain.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari History Hit, saat berusia 6 tahun, Mary mencoba menemukan engsel yang bisa meminyaki sendiri untuk pintu berderit di lantai bawah. Penemuan masa kecil lainnya termasuk payung berujung spons, yang muncul setelah dia melihat air menetes dari payung yang tertutup di pintu.
Setelah lulus dari sekolah menengah Dunbar pada 1931, Kenner kuliah di Universitas Howard yang bergengsi selama satu setengah tahun. Perguruan tinggi yang mahal dan perlakuan berbeda dibandingkan dengan sesama siswa lainnya membuat Mary tidak bisa menyelesaikan studinya.
Pada awal abad ke-20 di Amerika, topik menstruasi sebagian besar masih tabu. Kebanyakan orang membuat produk menstruasi di rumah menggunakan kain atau kain bekas, seperti yang telah dilakukan selama berabad-abad sebelumnya.
Mary menemukan solusi. Idenya tentang sabuk sanitasi akan menahan pembalut di tempatnya, mencegahnya bergeser saat orang sedang bergerak, dan menyebabkan kebocoran darah.
Pada 1957, ia baru mendapatkan hak patennya tentang sabuk sanitasi. Penemuannya segera menarik perhatian perusahaan Sonn-Nap-Pack. Namun, begitu mereka bertemu Maey dan mengetahui dia berkulit hitam, mereka menarik diri dari kesepakatan itu. Ke mana pun dia mencari investasi, Mary menghadapi diskriminasi rasial yang sama.
Tanpa mitra untuk membiayai produknya, paten Mary berakhir. Perusahaan lain mulai secara legal dapat membuat dan menjual idenya, dan dia tidak akan mendapatkan keuntungan apa pun.
Mary tetap tidak terpengaruh oleh rasisme industri. Sekali lagi, dia melihat sekelilingnya untuk memecahkan masalah yang dihadapi orang-orang dalam kehidupan sehari-hari.
Adik perempuannya menderita multiple sclerosis yang seringkali membatasi geraknya. Agar adiknya dapat bergerak secara mandiri, Mary merancang alat bantu jalan dengan baki dan saku terpasang pada kursi roda.
Dia juga merancang tempat tisu toilet yang longgar agar lebih mudah digunakan, terutama oleh orang buta atau mereka yang menderita radang sendi.
Mary mengajukan paten untuk ide-ide baru ini, yang masing-masing telah berkembang menjadi item yang masih digunakan. Namun selama hidupnya dia tidak pernah menjadi kaya dari penemuannya.
Meskipun demikian, Mary terus memegang rekor paten terbanyak yang diterima oleh seorang wanita Afrika-Amerika untuk lima penemuannya. Pada 13 Januari 2006, Mary meninggal dunia dalam usia 93 tahun.
Pilihan Editor: Heboh Pembalut, Apa Jadinya Wanita Tanpa Benda Ini?