Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Timur Tengah Smith Alhadar merespons soal penunjukan soal latar belakang Menteri Luar Negeri (Menlu) Sugiono yang bukan berasal dari kalangan diplomat karier. Menurut dia, ada sejumlah kekurangan jika posisi menlu diisi oleh sosok yang belum pernah terjun di bidang diplomasi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kekurangan menlu yang bukan dari diplomat karier adalah minimnya pengalaman, keterampilan berdiplomasi, dan wawasan yang luas," kata Alhadar dalam pesan tertulisnya kepada Tempo melalui aplikasi WhatsApp, Selasa, 22 Oktober 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Meski begitu, Alhadar menyebut terdapat pula sejumlah kelebihan yang dimiliki Sugiono sebagai menlu non-diplomat karier. Menurut dia, Sugiono dapat menggagas hal baru dan memberikan perspektif baru dalam menjalankan diplomasi yang tidak menjadi pertimbangan pendahulunya.
"Diplomasi adalah seni mewujudkan yang tidak mungkin menjadi mungkin. Karena itu, selain pengetahuan formal, diplomasi perlu ada sentuhan pribadi kreatif yang tidak ada dalam texbook," ujarnya.
Alhadar menuturkan bahwa dalam menjalankan diplomasi yang efektif, seorang menlu harus memiliki pemahaman yang memadai tentang ilmu hubungan internasional hingga geopolitik global, regional, dan domestik.
"Dalam diplomasi bilateral, menlu harus memahami seluk beluk negara yang hendak dipengaruhinya," tuturnya.
Lebih lanjut, Alhadar turut mengungkit pengalaman Sugiono yang pernah menjabat sebagai wakil ketua Komisi I DPR yang salah satu mitra kerjanya adalah Kemenlu. Oleh sebab itu, jelas Alhadar, Sugiono sudah bersentuhan dengan masalah-masalah luar negeri.
Tak sampai di situ, Alhadar turut menyoroti latar belakang pendidikan Sugiono yang salah satunya pernah menempuh studi di kampus militer Norwich University, Amerika Serikat. Menurut dia, Sugiono juga memiliki keterampilan berbahasa yang mampu menunjang pekerjaannya sebagai menlu.
"Boleh jadi Sugiono cukup memadai untuk menjadi bos di Kemenlu. Tetapi, kecakapannya yang sesungguhnya di bidang ini masih harus dilihat dan dinilai seiring dengan perjalanan waktu," ucapnya.
Berkenaan dengan itu, Pakar Ilmu Hubungan Internasional Universitas Indonesia (UI) Broto Wardoyo mengatakan bahwa penunjukan Sugiono sebagai menlu merupakan hak prerogatif Prabowo. Dia juga mempertimbangkan pengalaman Sugiono di Komisi I DPR.
Broto juga membandingkan Sugiono dengan penunjukan Henry Kissinger sebagai menlu di AS. Menurut dia, meski Henry tak berlatar belakang diplomat karier, dia berhasil menjadi menlu yang memiliki peran luar biasa.
Meski begitu, Broto mengakui pengalaman diplomasi yang memang kurang dimiliki Sugiono. "Namun, kedekatan Pak Sugiono dengan Presiden akan menjamin praktik diplomasi Indonesia sejalan betul dengan kehendak dan arah navigasi yang dibuat oleh Presiden," kata Broto dalam pesan tertulisnya kepada Tempo, Senin, 21 Oktober 2024.
Sebelumnya, Prabowo Subianto melantik Sugiono menjadi menlu di Istana Negara, Jakarta, pada Senin, 21 Oktober 2024. Dalam mengemban jabatannya, Sugiono dibantu oleh tiga wakil menteri luar negeri (wamenlu) yakni Anis Matta, Arif Havas Oegroseno, dan Arrmanatha Christiawan Nasir.
Penelusuran Tempo tidak menemukan rekam jejak Sugiono sebagai diplomat Indonesia. Hal ini sangat berbeda dengan latar belakang Retno Marsudi sebagai Menteri Luar Negeri sebelumnya. Retno tercatat pernah menjadi Duta Besar Indonesia untuk Belanda dan Duta Besar Indonesia untuk Norwegia. Bahkan riwayat pendidikan Retno juga sejalan dengan tugasnya sebagai Menteri Luar Negeri.
Sedangkan Sugiono lebih banyak menduduki jabatan di partai politik. Dia dikenal sebagai anak ideologis Prabowo karena menduduki jabatan sentral di Partai Gerindra, dan pernah menjadi sekretaris pribadi Prabowo. Sugiono juga pernah menjadi prajurit TNI di Komando Pasukan Khusus dengan pangkat terakhir Letnan Satu, tapi dia hanya berdinas di TNI selama dua tahun saja.
Alif Ilham Fajriadi ikut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.