Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Israel
Olmert Setuju Bekukan Permukiman
Bekas Perdana Menteri Israel Ehud Olmert menegaskan sikap menyetujui dibekukannya pembangunan permukiman Yahudi di kawasan Tepi Barat. Olmert yakin perdamaian dengan Palestina akan semakin dekat, meskipun pembangunan permukiman tidak diteruskan.
Dia menyalahkan pemimpin Amerika Serikat dan Israel yang mengadakan perjanjian moratorium pembangunan permukiman tapi gagal mewujudkan perdamaian. Menurut dia, tiga bulan adalah waktu yang cukup untuk melakukan moratorium. "Saya tidak mengerti apa yang mereka sepakati, apa perhitungannya. Membangun di sana-sini, yang penting perjanjian yang komprehensif, bukan malah membuang waktu," ujarnya.
Olmert juga menyalahkan Presiden Palestina Mahmud Abbas. Menurut Olmert, Abbas telah membuat kesalahan bersejarah karena menolak tawaran perjanjian perdamaian yang pernah diajukannya pada 2008. Perjanjian itu berpusat pada kesepakatan teritorial berdasarkan perbatasan pada 1967. Saat itu Israel bersedia mundur dari 94 persen wilayah Tepi Barat.
Cina
Dalai Lama Pensiun Tahun Depan
Pemimpin spiritual sekaligus penerima Nobel Perdamaian, Dalai Lama, berencana pensiun dari jabatannya sebagai kepala pemerintahan di pengasingan Tibet tahun depan. Dia akan mengumumkan pensiunnya dalam sesi pemerintahan berikutnya yang akan dimulai pada Maret.
"Dia tetap akan melaksanakan tanggung jawabnya hingga enam bulan berikutnya," kata Tanzin Taklha, juru bicara Dalai Lama, di kantor Dalai Lama yang berbasis di utara India, tepatnya di Dharamshala, Selasa pekan lalu.
Menurut Taklha, Dalai Lama tidak akan meninggalkan tugas-tugas kerohanian. "Dia hanya meninggalkan tugas yang sifatnya seremonial, seperti penandatanganan resolusi," ujar Taklha. Namun, menurut Direktur Studi Asia Selatan dari Institut Shanghai, Zhao Gancheng, pengumuman ini hanya trik Dalai Lama menarik perhatian dunia.
"Sebab, ia tahu, dalam ajaran Buddhisme Tibet, seorang Dalai Lama tidak bisa pensiun seumur hidupnya," kata Gancheng. Sebelumnya, pada 2007, Dalai Lama juga pernah menyatakan hal serupa kepada mahasiswa di Amerika Serikat bahwa dia akan benar-benar pensiun.
Turki
Cegah Perang di Libanon
Perdana Menteri Turki Recep Tayyib Erdogan berjanji mengerahkan seluruh kekuatan negara untuk mencegah perang di Libanon. "Jika ada tanda-tanda perang di Libanon, Allah akan menahan Turki dan negara lain yang berada di sekitarnya untuk mencegah perang itu," ujar Erdogan, Rabu pekan lalu.
Pernyataan Erdogan ini dilontarkan setelah melakukan perjalanan ke Libanon, dan melihat ada ketegangan di wilayah itu. Isu yang berembus, Libanon sudah didukung Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mendakwa anggota tingkat tinggi laskar Hizbullah yang membunuh mantan perdana menteri Rafiq Hariri pada 2005.
"Saya tidak mau melihat ada perang saudara di antara negara-negara di kawasan Laut Tengah," ujarnya. Kekhawatiran Erdogan adalah pasukan Hizbullah dapat melakukan kekerasan terhadap kelompok Sunni yang mendukung Hariri.
Iran
Produksi Bahan Bakar Nuklir
Kepala Badan Tenaga Atom Iran (AEOI) Ali Akbar Salehi menyatakan Iran akan memproduksi bahan bakar reaktor penelitian nuklir Teheran pada September 2011. Menurut Salehi, pengembangan bahan bakar oleh peneliti Iran ini sudah mencapai 20 persen.
Februari lalu, Iran mengumumkan mulai memperbanyak tingkat pemurnian uranium sampai 20 persen. Tindakan ini diambil Iran setelah negara-negara Barat gagal menyediakan bahan bakar untuk Iran. "Produksi 20 persen pemurnian uranium untuk merespons sikap negara Barat," Salehi menegaskan.
Negara-negara Barat menuduh Iran memproduksi senjata nuklir, sebaliknya Iran menegaskan tujuan penelitian nuklir untuk pengembangan tenaga listrik yang bermanfaat bagi masyarakat sipil. Demi penelitian nuklir ini, Presiden Iran Mahmud Ahmadinejad hanya mau berbicara dengan negara Barat dalam kondisi sejajar. "Barat harus mau duduk bersama dalam satu meja untuk berunding dalam posisi yang sama dan saling menghormati," kata Ahmadinejad.
Kamboja
Festival Air Telan Korban
Sekitar 380 warga Kamboja tewas akibat berdesakan di sebuah jembatan dalam festival air tahunan, Bon Om Touk, Senin pekan lalu. "Ini tragedi kematian terbesar setelah rezim Pol Pot, bahkan banjir tidak pernah menyebabkan kematian seperti ini," ujar Perdana Menteri Hun Sen, yang menangis karena musibah ini.
Menurut hasil investigasi pemerintah Kamboja, kecelakaan itu terjadi karena warga panik saat menyeberangi jembatan. Jembatan yang disebut Koh Pich itu menghubungkan Phnom Penh ke Pulau Berlian, tempat diadakannya festival.
Saat warga menyeberang, lampu yang menerangi jembatan putus. Akibatnya, jembatan itu gelap dan menyebabkan ratusan warga yang berada di atas jembatan panik. "Saat itu ada yang berteriak bahwa ada satu orang yang kesetrum," ujar Touch Loch, seorang warga. "Akibatnya, yang sudah berada di depan balik lagi."
Namun adanya satu orang yang tersetrum ini dibantah juru bicara pemerintah, Phay Siphan. Dia hanya menyebut listrik mati karena jembatan terombang-ambing lantaran orang yang melewatinya melebihi kapasitas.
Amerika Serikat
Palin: Korea Utara Sekutu
Mantan Gubernur Alaska dan bekas calon wakil presiden Sarah Palin menyatakan Korea Utara merupakan sekutu Amerika Serikat. Dalam siaran langsung di sebuah radio yang dipandu oleh Glenn Beck, Sarah Palin dua kali menyatakan Korea Utara merupakan sekutu Amerika. "Kami tidak memiliki cukup keyakinan Gedung Putih bisa memiliki kebijakan kuat untuk memberikan sanksi kepada Korea Utara," kata Palin.
Ucapan itu tidak jelas, apakah merujuk pada Korea yang benar atau merupakan bentuk sindiran. Dia menggunakan istilah "sanksi", yang berarti menyetujui atau membenarkan serangan Korea Utara ke Korea Selatan. Omongan Palin memunculkan olok-olok tentang pengetahuan ilmu bumi politikus Tea Party itu.
Perkataan Palin semakin jelas ketika dalam akhir pembicaraannya dia memberikan penekanan dengan mengatakan, "Jelas kita harus membela sekutu kita, Korea Utara." Beck sempat mengingatkan dengan mengulangi kata "Korea Utara", yang kembali diiyakan oleh Palin
Cheta Nilawaty (Reuters, Xinhua, AP, The Global, CBS News)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo