Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia baru berusia 19 tahun saat merantau dari kampungnya di Kagoshima ke Tokyo. Di Ibu Kota, dia menjadi kepala pembuat sushi andal dan dikenal cekatan. Tiga puluh tujuh tahun kemudian, dia menjadi Menteri Kehakiman Jepang. Dialah Minoru Yanagida.
Karier politik pembuat sushi ini berakhir Senin pekan lalu. Dia terpaksa mundur akibat desakan dari Partai Liberal Demokrat. Partai oposisi terbesar di Jepang itu sudah menggerakkan kritik sejak Jumat, tiga hari sebelum Yanagida mengajukan pengunduran diri.
Semua bermula pada Ahad, 14 November, ketika Yanagida berbicara di depan konstituennya di Hiroshima. Dia mengatakan tugas seorang menteri adalah tugas yang mudah. ”Saya cuma melakukan dua hal mudah: tidak boleh mengomentari kasus individual dan bertindak sesuai dengan hukum dan bukti yang ada,” ujarnya.
Ucapan ini dinilai melecehkan dan merendahkan tugas seorang menteri. Sebuah jajak pendapat di koran Mainichi menyebutkan popularitas kabinet Perdana Menteri Naoto Kan langsung turun 26 persen setelah muncul ucapan Yanagida. Naoto Kan dianggap tidak cakap mengatur kabinetnya.
Akibat lebih fatal dari pernyataan Yanagida, kabinet Naoto Kan terancam kehilangan dana tambahan 4,4 triliun yen atau US$ 52,7 miliar yang rencananya digelontorkan pada 31 Maret tahun depan. Soalnya, partai oposisi mengancam akan memboikot dana tambahan itu bila Naoto Kan tetap mempertahankan Yanagida.
Kritik itu membuat Naoto Kan langsung menegur Yanagida. ”Dia benar-benar menyesal dan mengatakan akan melakukan pekerjaannya dengan perhatian penuh,” ujar Naoto Kan, Jumat dua pekan lalu.
Naoto Kan beranggapan Yanagida memiliki peran penting dalam kabinetnya. Yanagida dikenal sebagai politikus berpengalaman dan pandai berdiplomasi. Ia dipercaya parlemen bikameral Jepang sebagai salah satu pendukung utama yang bisa bertahan hingga akhir masa jabatan.
Apalagi jabatan yang pernah dilakoni Yanagida adalah jabatan strategis. Sebelum menjabat Menteri Kehakiman, Yanagida menjadi Menteri Penanganan Orang Hilang.
Yanagida merupakan karyawan Kobe Steel Ltd. sebelum berkiprah di dunia politik. Dia terkenal cerdas dan memperoleh gelar sarjana hanya dalam waktu tiga tahun dengan beasiswa penuh di Fakultas Ilmu Pengetahuan Alam, Studi Kelautan, Universitas Tokyo.
Karier politiknya dimulai ketika dia memperoleh kursi pertama di parlemen pada 1990. Dia kemudian terpilih sebagai anggota majelis tinggi pada 1998. Sejak itu, ayah dua putra dan satu putri ini malang-melintang di dunia politik.
Di pemerintahan, Yanagida merupakan salah satu pejabat andalan Jepang untuk membuka hubungan ke luar negeri. Pada 2005, dia menjadi anggota Komite Khusus Hubungan Luar Negeri dan Pertahanan. Posisi inilah yang kemudian mengantarkan Yanagida menjadi Menteri Penanganan Orang Hilang.
Sebelum Yanagida mengundurkan diri, Naoto Kan baru dua bulan merombak kabinetnya. Yanagida adalah menteri pertama yang balik belakang.
”Mengingat komentar saya di Hiroshima menjadi kendala untuk membahas anggaran, saya menyampaikan pengunduran diri,” ujar Yanagida kepada Naoto Kan dalam pertemuan Senin pagi. Setelah mundur, dia berencana menangani isu-isu peradilan dan reformasi di tubuh kejaksaan.
Cheta Nilawaty (Reuters, www.yarukida.com, Mainichi, Kyodo)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo