Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Paetongtarn Shinawatra: Mampukah Ia Melepaskan Diri dari Citra 'Anak Ayah'?

Paetongtarn Shinawatra akhirnya resmi menjadi perdana Menteri Thailand setelah Srettha Thavisin dipecat.

17 Agustus 2024 | 08.36 WIB

Mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan putrinya Paetongtarn Shinawatra. (Foto: Facebook/Ing Shinawatra)
Perbesar
Mantan perdana menteri Thailand Thaksin Shinawatra dan putrinya Paetongtarn Shinawatra. (Foto: Facebook/Ing Shinawatra)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta - Saat kampanye dalam pemilu Thailand tahun lalu, nama Paetongtarn Shinawatra telah mendominasi pemberitaan-pemberitaan di media lokal. Dia digadang-gadang akan menjadi perdana menteri Thailand.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Namun ketika pemilu usai dan Pheu Thai, partai yang mengusungnya menjadi pemenang kedua, nama Paetongtarn menghilang. Situasi politik di Thailand tidak memungkinkan pemenang pemilu saat itu, Partai Move Forward menjadi pemimpin. Pheu Thai akhirnya mengajukan nama baru, bukan Paetongtarn, melainkan Srettha Thavisin. Saat itu, Paetongtarn dianggap belum siap.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, hari ini, Jumat, 16 Agustus 2024, Dewan Perwakilan Rakyat memilih pemimpin Partai Pheu Thai, Paetongtarn "Ung Ing" Shinawatra, sebagai perdana menteri ke-31 Thailand dengan 319 suara setuju, 145 suara tidak setuju, dan 27 suara abstain.

Seperti ditulis Bangkok Post, putri berusia 37 tahun dari mantan perdana menteri dan pemimpin Pheu Thai, Thaksin Shinawatra, ini menjadi perdana menteri termuda dalam sejarah Thailand. Ia menggantikan Srettha Thavisin, yang diberhentikan pada Rabu oleh Mahkamah Konstitusi karena pelanggaran etika.

Mewarisi DNA Thaksin

Menurut The Nation, Thaksin Shinawatra, yang menjabat sebagai perdana menteri dari tahun 2001 sampai 2006 sebelum digulingkan dalam kudeta tak berdarah, tidak meragukan kemampuan putrinya, Paetongtarn, untuk menjadi perdana menteri, dengan catatan bahwa ia mewarisi DNA dari ayahnya dan ibunya.

Mengakui bahwa saudara perempuannya, Yingluck, juga dicopot dari jabatannya pada tahun 2014, Thaksin percaya bahwa Paetongtarn berbeda.

Mungkin, tapi itu semua ada pada kata-katanya. Selama kampanye pemilihan Yingluck pada 2011, slogannya adalah "Thaksin berpikir, Pheu Thai bertindak", tetapi ketika Paetongtarn memimpin Pheu Thai pada pemilihan 2023, Thaksin menyarankan agar slogan tersebut diubah: "DNA Thaksin berpikir, DNA Thaksin bertindak."

Dalam pemilu tersebut, peran Paetongtarn adalah mengamankan suara untuk partai, sementara Srettha Thavisin ditugaskan untuk memimpin Thailand karena kemampuan manajerial dan kedewasaannya. Sekarang, Thaksin yakin Paetongtarn siap untuk memimpin negara.

Paetongtarn Shinawatra: sangat mirip dengan ayahnya

Sebagai anak muda, Paetongtarn selalu menemani ayahnya dalam kegiatan politik di seluruh negeri, menyerap pengetahuan politik dan mendapatkan pemahaman yang mendalam tentang sentimen rakyat. Ketika tumbuh dewasa, dia berbicara tentang inspirasinya untuk memasuki dunia politik, mengaitkannya dengan "DNA Thaksin" yang diwarisi.

Di usianya yang baru menginjak 37 tahun, Paetongtarn telah membuat langkah signifikan dalam dunia politik, yang mungkin dipengaruhi oleh sejarah keluarganya yang merupakan perdana Menteri. Thaksin adalah yang pertama, kemudian pamannya, Somchai Wongsawat, lalu bibinya, Yingluck. Dan kini, giliran Paetongtarn yang mengambil tongkat estafet.

Paetongtarn resmi memasuki dunia politik sebagai pewaris politik terbaru Thaksin saat ia menjadi ketua Komite Penasihat Partisipasi dan Inovasi untuk Pheu Thai pada 28 Oktober 2021 kemudian mengambil peran sebagai kepala proyek Keluarga Pheu Thai pada 20 Maret 2022. Dia diajukan sebagai kandidat partai untuk Perdana Menteri pada pemilu 2023, diangkat sebagai Wakil Ketua Komite Strategi Soft Power Nasional pada 13 September 2023, dan menjadi pemimpin partai pada 27 Oktober 2023.

 

Mampukah ia membangun identitasnya sendiri?

Paetongtarn bersekolah di Sekolah Biara Santo Yoseph dan Sekolah Mater Dei, lulus dengan gelar sarjana di bidang Ilmu Politik, Sosiologi, dan Antropologi dari Universitas Chulalongkorn pada 2008, dan memperoleh gelar MSc di bidang Manajemen Hotel Internasional dari Universitas Surrey. Beliau adalah pemegang saham utama dan direktur di beberapa perusahaan milik keluarga, termasuk SC Asset Corporation, dan menikah dengan Pitaka Suksawat. Pasangan ini memiliki satu anak perempuan dan satu anak laki-laki.

Sebagai tokoh utama partai dalam pemilu 2023, Paetongtarn melanjutkan kampanyenya meskipun sedang hamil, berpartisipasi dalam aksi unjuk rasa, dan menunjukkan ketangguhan serta komitmennya.

Seandainya dia bukan putri Thaksin, mungkin mustahil baginya untuk mencapai peran-peran ini.

Di medan perang pemilu, Paetongtarn mendapatkan pengalaman melalui kemenangan dan kemunduran, belajar tentang bekerja dalam pembentukan pemerintahan bersama tokoh-tokoh politik berpengalaman dari berbagai partai, yang dikenal karena kelicikan dan manuver politik mereka, sejalan dengan sifat klasik politik Thailand, yang melibatkan negosiasi dan kepentingan yang rumit.

Menjadi perdana menteri termuda di Thailand menghadirkan tantangan yang signifikan, dengan tanggung jawab untuk menyusun kebijakan di semua sektor dan menjaga stabilitas dalam lanskap politik Thailand yang bergejolak.

Pertanyaan adalah apakah Paetongtarn dapat membebaskan diri dari sekadar mengikuti perintah ayahnya dan membangun identitasnya sendiri dan menetapkan kebijakan untuk kemajuan bangsa? Waktu yang akan menjawab.

Ida Rosdalina

Ida Rosdalina

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus