Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus akan memperingati 12 tahun masa kepausannya sebagai pemimpin 1.4 miliar umat Katolik pada Kamis, 13 Maret 2025, waktu setempat. Sayang, peringatan kali ini harus dijalani Paus di Rumah Sakit Gemelli, Roma, Italia, di mana dia sudah diopname di sana selama hampir satu bulan karena pneumonia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Buletin Vatikan terbaru menjelaskan kondisi kesehatan Paus Fransiskus, 88 tahun, sudah membaik dan tidak lagi dalam kondisi bahaya. Namun tidak disebutkan kapan Paus Fransiskus bisa keluar dari rumah sakit.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dikutip dari Reuters, Paus Fransiskus terpilih menjadi pemimpin umat Katolik dunia pada 13 Maret 2013. Sampai berita ini diturunkan, dia masih berada di rumah sakit.
Paus Fransiskus dilarikan ke rumah sakit pada 14 Februari 2025. Kardinal Michael Czerny, pejabat senior Vatikan yang juga teman akrab Paus Fransiskus menyebut peringatan 12 tahun kepausan Paus Fransiskus sebagai sebuah alasan untuk bersyukur.
“Pada tahun ini, penyakit yang diderita paus telah membuat kami menyadari peringatan 12 tahun kepausannya adalah kesyukuran, dan untuk mengikat doa-doa kami supaya paus lekas sembuh,” kata Czerny.
Paus Fransiskus lahir di Argentina dengan nama asli Jorge Mario Bergoglio. Dia adalah paus pertama yang berasal dari Amerika Latin.
Saat dilantik menjadi pemimpin umat Katolik dunia, Paus Fransiskus berusia 76 tahun. Selama 12 tahun kepemimpinannya, Paus Fransiskus telah merombak birokrasi Vatikan, melakukan 47 kali kunjungan kerja ke lebih dari 65 negara, melantik lebih dari 900 santo dan tugas-tugas lainnya.
Secara keseluruhan, Paus Fransiskus dipandang sedang mencoba membuka gereja yang sebelumnya dianggap kaku terhadap perkembangan dunia modern. Di antara keputusan besar yang pernah diambil Paus adalah mengizinkan pendeta memberikan restu pada pasangan yang menikah sesama jenis pada kasus tertentu.
Bukan hanya itu, Paus Franksiskus juga untuk pertama kalinya mengizinkan perempuan menduduki jabatan tinggi di Vatikan. Dia juga sudah lima kali menyelenggarakan pertemuan puncak para uskup Katolik sedunia untuk membahas isu-isu yang diperdebatkan, misal penahbisan perempuan dan perubahan ajaran gereja soal seksologi.