Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Konflik Israel dan Hamas telah memasuki setahun berperang sejak 7 Oktober 2023. Setahun perang Gaza ini pun telah meluas ke berbagai negara yang ada di Timur Tengah, dengan serangan yang tidak hanya menyasar Gaza, tetapi juga Iran dan Lebanon.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus Fransiskus mengkritik apa yang disebutnya “Ketidakmampuan memalukan.” masyarakat internasional untuk mengakhiri perang di Timur Tengah setelah satu tahun serangan Hamas yang menghancurkan terhadap Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Setahun yang lalu, sumbu kebencian telah menyala; tidak padam, tetapi meledak dalam lingkaran kekerasan,” katanya dalam surat terbuka kepada umat Katolik yang dikutip dari Reuters.
Pada 29 September 2024 yang lalu, Paus Fransiskus yang kini berusia 87 tahun itu mengkritik serangan udara Israel di Lebanon yang menewaskan Hizbullah Sayyed Hassan Nasrallah serta warga sipil dan menyatakan serangan udara tersebut telah melampaui moralitas.
Pada peringatan satu tahun peperangan Israel-Hamas, Senin lalu, Paus menjadikan hari tersebut sebagai hari puasa dan doa untuk perdamaian bagi umat Katolik di seluruh dunia. Dia juga telah berbicara lebih terbuka dalam beberapa minggu terakhir tentang konflik Hamas-Israel dan menjadi lebih vokal dalam kritiknya terhadap kampanye militer Israel.
Pada awal September ini, Paus juga menyebut tindakan Israel di Lebanon sebagai tindakan yang tidak dapat diterima. Tidak hanya itu, Paus juga mendesak masyarakat internasional untuk melakukan segala yang mungkin untuk menghentikan pertempuran tersebut. Melalui suratnya pada Senin, 7 Oktober 2024, Paus Fransiskus secara langsung menyapa warga Gaza.
“Saya bersama kalian, warga Gaza, yang telah lama berjuang dan dalam kesulitan. Kalian selalu ada dalam pikiran dan doa saya setiap hari,” tulisnya.
Militer Israel telah melancarkan serangan berskala besar terhadap Hamas di Jalur Gaza untuk membalas penyerbuan lintas perbatasan mematikan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang dan menyandera sekitar 250 lainnya.
Otoritas kesehatan yang berbasis di Gaza pada Senin melaporkan bahwa jumlah korban tewas dari kalangan warga Palestina akibat serangan Israel yang masih berlangsung telah bertambah menjadi 41.909 orang.
Tidak hanya itu, Dewan Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB telah mengesahkan berbagai resolusi untuk mendesak Israel menghentikan serangannya. Contohnya, Resolusi DK PBB nomor 2728 dan 2735, serta Resolusi Majelis Umum PBB nomor ES-10/22 yang semuanya menyerukan gencatan senjata dan bantuan kemanusiaan di Gaza. Namun, Israel terus melanjutkan serangannya yang menyebabkan kerusakan di seluruh wilayah tersebut.
Dalam Sidang ke-79, Majelis Umum PBB sepanjang September lalu, isu Palestina dan agresi Israel menjadi topik utama. Berbagai pemimpin dunia menyuarakan kecaman mereka terhadap Israel. Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, dengan tegas mengutuk tindakan Israel. Dalam pidatonya, ia menyebutkan bahwa Israel hanya berpura-pura menginginkan perdamaian, sementara tindakannya justru menunjukkan keinginan untuk melanjutkan perang.
Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, juga menyatakan bahwa masalah Palestina adalah "luka terbesar bagi hati nurani kemanusiaan." Ia menegaskan bahwa keadilan bagi Palestina tidak boleh diabaikan. Serupa dengan itu, Menteri Luar Negeri Islandia, Thordis Gylfadottir, menekankan bahwa tidak ada negara yang berada di atas hukum internasional.
Ketegangan di sidang Majelis Umum semakin terasa ketika Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, naik ke mimbar pada 27 September. Sejumlah delegasi dari berbagai negara, termasuk Indonesia, Iran, dan Pakistan, memilih untuk keluar sebagai protes terhadap tindakan Israel yang terus mengabaikan desakan internasional untuk menghentikan serangan.
Agresi Israel yang sudah berlangsung selama setahun ini terus memicu frustrasi di kalangan komunitas internasional. Israel tidak hanya melanggar hukum internasional, tetapi juga mengabaikan resolusi Dewan Keamanan PBB yang menyerukan gencatan senjata. Meskipun dihadapkan dengan berbagai kecaman dan persidangan di Mahkamah Internasional atas tuduhan genosida, Israel tetap melanjutkan serangan ke Gaza.
HAURA HAMIDAH I KARUNIA PUTRI