Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Phnom Penh – Perdana Menteri Kamboja, Hun Sen, menuding PM Singapura, Lee Hshien Loong, mendukung genosida.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Memerintah Kamboja Selama 33 Tahun, Siapa Sosok Hun Sen
Tudingan Hun Sen ini merujuk kepada pernyataan Lee soal invasi Vietnam ke Kamboja pada 1978, yang mengakhiri rezim genosida Pol Pot, yang dikenal dengan ladang pembantaian.
“Pernyataannya itu merefleksikan posisi Singapura saat itu yang mendukung rezim genosida dan keinginannya agar rezim itu kembali berkuasa di Kamboja,” kata Hun Sen dalam pernyataan di Facebook seperti dilansir Reuters pada Jumat, 7 Juni 2019.
Baca juga: Hun Sen Merasa Negara Lain Menampar Kepalanya, Kenapa?
Hun Sen melanjutkan,”Singapura benar-benar berkontribusi terhadap pembantaian massal warga Kamboja.”
Invasi Vietnam itu mengakhiri kekuasaan rezim Pol Pot, yang menghancurkan Kamboja dari 2975 – 1979. Sekitar seperempat dari populasi Kamboja tewas karena kerja paksa.
Pernyataan Hun Sen ini terkait pernyataan Lee pasca meninggalnya bekas PM Thailand, Jenderal Prem Tinsulanonda pada bulan lalu.
Baca juga: Hun Sen Sebut Oposisi Kamboja Gila--Bodoh karena Gugat Facebook
Saat invasi Vietnam terjadi, Prem merupakan pemimpin di ASEAN, yang pro Barat. Dia menggalang dukungan melawan invasi Vietnam di berbagai forum internasional.
“Jenderal Prem bertekad menolak invasi itu dan bekerja sama dengan negara ASEAN melawan pendudukan Vietnam itu,” kata Lee lewat pernyataan di Facebook.
Lee melanjutkan,”Ini berhasil mencegah invasi militer dan perubahan rezim agar tidak mendapat legitimasi.”
Straits Times melansir Menteri Pertahanan Kamboja, Tea Banh, mengatakan dia telah mempermasalahkan pernyataan Lee itu kepada pejabat Singapura dan memintanya agar PM Lee mengubah pernyataannya tadi.
Vietnam menarik pasukan dari Kamboja pada 1989 dan menyatakan perang berakhir pada 1991. Vietnam menjadi anggota ASEAN pada 1995 dan Kamboja pada 1999.