Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Lebanon, Saad Hariri, mengundurkan diri, Sabtu, 4 November 2017. Dia menuding Iran dan gerakan bersenjata Hizbullah membuat negaranya kacau dan menjadi sumber kerusuhan di dunia Arab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dalam pidatonya di televisi selama kunjungannya ke Arab Saudi, Hariri mengungkapkan dia merasa takut dibunuh seperti terjadi pada ayahnya, Rafik Hariri. Almarhum ayahnya, yang juga pernah menjabat sebagai Perdana Menteri Lebanon, tewas dibunuh pada 2005.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Pemimpin Hisbullah Sheik Hassan Nasrallah memberikan pidato melalui layar kaca. AP/Bilal Hussein
Sejumlah politikus dan pengamat di Lebanon mengatakan pengunduran diri ini dapat memicu persaingan keras di Lebanon antara kelompok Sunni dukungan Arab Saudi dan Syiah yang disokong Iran.
Menurut Hariri, 47 tahun, yang menganut Sunni, Iran menggunakan milisi Syiah Hizbullah untuk menyebarkan pengaruhnya di seluruh wilayah Lebanon.
"Melalui Hizbullah, Iran menciptakan negara dalam negara," ucap Hariri. Dia menuduh Iran menabur kehancuran di manapun. Oleh sebab itu, Hariri menambahkan, dunia Arab harus menghentikan langkah Iran di Lebanon.
"Suasana di Lebanon sama persis seperti ketika ayah tewas dibunuh 12 tahun lalu," katanya.
Teheran menolak tudingan Hariri, yang menyebut Iran memiliki rencana membunuhnya.
"Tudingan semacam itu berkali-kali dilakukan oleh Amerika Serikat, Israel dan Arab Saudi terhadap Iran. Hal itu justru menambah ketegangan di Timur Tengah," kata Bahram Ghassemi, juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran.
RADIO FREE EUROPE