Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Asosiasi pekerja Spirit Boeing atau SBEA dilaporkan secara resmi oleh Organisasi Kebebasan Sipil Amerika, ACLU, lantaran menuduh pekerja warga Malaysia menodai bendera AS dengan simbol ISIS serta mengenakan pakaian Muslim.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ACLU atas nama Munir Zanial, warga Malaysia mengadukan SBEA atas tuduhan melakukan diskriminasi ras, etnis, dan agama.
Baca: Lego Bertema ISIS Dijual di Malaysia
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kasus ini berawal ketika SBEA melaporkan Zanial ke FBI atas tuduhan menodai bendera AS dengan gambar ISIS. Zanial yang bekerja sebagai teknisi di Spirit Aeorystems di Wichita, Kansas, bersama bersama rekannya merayakan berakhirnya Ramadan sekaligus Hari Kemerdekaan Malaysia pada September 2017.
Zanial menyewa lokasi pertemuan di dekat danau di area milik SBEA. Ada sekitar 45 orang yang menghadiri acara itu.
Bendera Malaysia yang memang mirip dengan bendara Amerika Serikat dikibarkan saat itu. SBEA yang menyaksikan bendera itu tanpa mencari tahu lebih dulu, malah melaporkannya ke FBI.
Zanial pun menjalani pemeriksaan. Kasus ini berdampak pada statusnya sebagai permanent residence.
Baca: Malaysia Waspadai Taktik Baru ISIS
ACLU pekan ini memutuskan mewakili Zanial melaporkan balik SBEA agar dia terbebas dari hukuman. "Dia merasa tertekan dan terhina karena peristiwa ini semata-mata karena etnisitasnya, ras dan agama," ujar Lauren Bonds, Direktur hukum ACLU, seperti dikutip dari Asia Correspondence, Rabu, 21 Maret 2018.
ACLU menyesalkan hal ini sebenarnya dapat diselesaikan dengan mudah. Namun prasangka dan diskriminasi terhadap warga muslim Malaysia itu oleh SBEA membuat peristiwa ini jadi pelik. Januari lalu, FBI memutuskan menutup kasus ini. Namun SBEA sepertinya menutup keanggota Zanial di asosiasi ini.