Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Profil Abu Hamza, Jubir Jihad Islam yang Tewas Dibunuh Israel

Abu Hamza, juru bicara Brigade Al Quds yang merupakan sayap Jihad Islam, tewas dibunuh Israel. Siapa dia?

20 Maret 2025 | 08.00 WIB

Petugas sipil memadamkan mobil pers milik televisi Al-Quds Al-Youm yang terbakar dalam serangan Israel di sekitar rumah sakit Al-Awda, Nuseirat, Gaza tengah, 26 Desember 2024. REUTERS/Khamis Said
Perbesar
Petugas sipil memadamkan mobil pers milik televisi Al-Quds Al-Youm yang terbakar dalam serangan Israel di sekitar rumah sakit Al-Awda, Nuseirat, Gaza tengah, 26 Desember 2024. REUTERS/Khamis Said

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Serangan udara Israel menewaskan Abu Hamza, juru bicara sayap bersenjata kelompok Palestina Jihad Islam pada Selasa, 18 Maret 2025. Dalam serangan itu, istri Abu Hamza dan beberapa anggota keluarganya juga tewas. Menurut Reuters, Naji Abu Saif, yang lebih dikenal sebagai Abu Hamza, tewas dalam serangan udara yang menargetkan rumahnya di Gaza tengah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dilansir dari Palestina Chronicle, tewasnya Abu Hamza diumumkan oleh gerakan Jihad Islam. Abu Hamza adalah juru bicara militer Brigade Al-Quds, sayap militer gerakan tersebut. “Dengan penuh kebanggaan dan kehormatan, Gerakan Jihad Islam di Palestina mengumumkan kepada rakyat Palestina yang agung dan kepada negara-negara Arab dan Islam tentang kesyahidan pemimpin Naji Abu Saif Abu Hamza," kata Gerakan Jihad Islam. Abu Hamza dibunuh oleh tentara Israel dalam serangan yang juga menargetkan keluarga dan keluarga saudaranya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Menurut Gerakan Jihad Islam, Abu Hamza dikenal sebagai sosok yang jujur. "Ia adalah juru bicara perlawanan, yang tidak takut dicela karena pengabdiannya kepada Allah, fasih dalam pidatonya, dan berani membela perlawanan dan hak-hak rakyat kami, tidak pernah goyah dalam pendiriannya.”

Selama hidupnya, Abu Hamza mendedikasikan waktunya untuk membela Palestina dan hak-hak rakyat Palestina. Pada 12 Februari 2025, Abu Hamza menegaskan bahwa nasib para tahanan Israel yang ditahan oleh kelompok perlawanan di Jalur Gaza terkait dengan perilaku Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Ia menganggap pemerintah Israel bertanggung jawab atas pelanggaran perjanjian gencatan senjata dan pelanggaran yang terus dilakukannya.

Abu Hamza juga melakukan wawancara eksklusif dengan Al-Mayadeen pada Juli 2024. Ia menegaskan, hari-hari mendatang akan menjadi faktor penentu ke arah perang. 

Ia menjabat sebagai juru bicara Brigade Al-Quds sejak 2014. Ia dikenal karena penampilannya yang menonjol di media, terutama setelah konfrontasi militer utama dengan Israel.

Pada Juni 2021, Abu Hamza membuat pernyataan penting setelah Operasi Pedang Yerusalem, nama Palestina untuk perlawanan terhadap serangan Israel di Jalur Gaza yang terkepung antara 11 hingga 21 Mei 2021. Serangan selama 11 hari tersebut mengakibatkan tewasnya lebih dari 260 warga Palestina di Gaza, dan sedikitnya 2.000 lainnya terluka.

Selama periode ini, kelompok perlawanan Palestina menembakkan roket ke arah Yerusalem untuk pertama kalinya, mengejutkan Israel. Serangan itu melumpuhkan bandara dan transportasi Israel. Untuk pertama kalinya, warga Palestina di Israel juga ikut serta dalam pertempuran tersebut.

“Brigade Al-Quds akan terus melanjutkan operasinya terhadap lokasi pendudukan Israel kapan saja. Perlawanan Palestina tidak akan tunduk pada tekanan atau ancaman apa pun. Perjuangan kami terus berlanjut dan tak tergoyahkan,” ujar Abu Hamza. 

Pada tanggal 7 Oktober 2023, kelompok militan Palestina Hamas, melancarkan serangan mendadak berskala besar ke wilayah Israel. Abu Hamza kembali memberi pernyataan keras. "Hari ini, kita telah memulai pertempuran balas dendam dan harga diri. Kita berada di tengah-tengah perang menyeluruh dengan musuh Zionis, dan ini baru permulaan," kata Abu Hamza pada kesempatan itu.

Selama Ramadan pertama di bawah genosida, pada 2 Maret 2024, Abu Hamza menyampaikan pesan yang kuat kepada dunia Muslim dalam sebuah pernyataan yang disiarkan di saluran Telegram Brigade Al-Quds. “Tidak ada alasan bagi siapa pun untuk mengabaikan pertempuran yang kita lakukan atas nama negara Islam, terutama mereka yang memiliki tentara, pesawat, dan artileri,” kata Abu Hamza. 

“Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk mengerahkan artileri kalian seperti orang-orang bebas di Yaman, Lebanon, dan Irak? Bukankah sudah waktunya bagi kalian untuk menanggalkan jubah perbudakan dan kehinaan terhadap Amerika, Setan Besar, dan mengikuti contoh dari orang-orang yang terhormat?” ujarnya.

Kini Abu Hamza sudah tiada. Serangan udara Israel juga menewaskan istri Abu Hamza, Shaima, saudara perempuannya, Dima, dan saudara laki-lakinya, Ghassan beserta istri dan putranya.

Gerakan Jihad Islam Palestina berduka atas meninggalnya Abu Hamza. Namun kelompok ini menegaskan bahwa pembunuhan Abu Hamza tidak akan menghalangi kelompok tersebut untuk membela rakyat Palestina dan hak-hak mereka.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus