Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Kolombia Gustavo Petro mengumumkan pada Rabu, 1 Mei 2024 bahwa negaranya akan memutus hubungan diplomatik dengan Israel mulai 2 Mei 2024 atas serangannya di Gaza.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Di sini, di hadapan Anda, pemerintahan perubahan, presiden republik ini mengumumkan bahwa besok kami akan memutuskan hubungan diplomatik dengan negara Israel karena memiliki presiden yang melakukan genosida,” kata Gustavo Petro kepada para demonstran saat pidato Hari Buruh di Plaza de Bolívar, Bogotá.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengumuman tersebut berarti duta besar Israel untuk Bogotá Gali Dagan dan stafnya memiliki waktu 72 jam untuk meninggalkan Kolombia setelah diberitahu secara resmi oleh Kementerian Luar Negeri. Keputusan untuk memutus hubungan disampaikan oleh Petro ketika kampanye militer yang dipimpin oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di wilayah kantong Palestina telah memasuki bulan ketujuh sejak Oktober 2023.
Seperti yang dilansir pada p2k.stekom.ac.id, Presiden Kolombia sekarang adalah Gustavo Petro, mantan pemberontak yang menghabiskan dua tahun di penjara sebelum beralih ke dunia politik. Gustavo Petro terpilih sebagai presiden baru Kolombia pada Minggu 19 Mei 2022 setelah memenangi 50,49 persen suara pada putaran kedua, dengan 99,7 persen suara dihitung.
Gustavo Francisco Petro Urrego lahir 19 April 1960 di Pantai Karibia Kolombia adalah ekonom, politisi, dan mantan pejuang gerilya yang menjadi presiden Kolombia sejak 2022. Ia mengalahkan Rodolfo Hernández Suárez pada putaran kedua pemilihan presiden Kolombia 2022 pada tanggal 19 Juni.
Melansir dari Britannica, pada bulan Oktober 1985, ketika menyamar sebagai seorang wanita, Petro ditangkap dan dipenjarakan setelah dia diketahui memiliki senjata api, bahan peledak rakitan, dan propaganda. Sekitar tiga minggu kemudian, ketika Petro masih berada di balik jeruji besi, M-19 melakukan operasi yang paling terkenal, yakni invasi ke Istana Kehakiman di Bogotá, dan menyandera sejumlah orang.
Petro terpilih untuk duduk di Dewan Perwakilan Kolombia pada tahun 1991 sebagai anggota Alianza Democrática M-19. Ketika nyawanya terancam, Petro melarikan diri dari Kolombia pada tahun 1994, menerima posisi sebagai atase diplomatik di Brussel, di mana ia tinggal hingga tahun 1996.
Selama masa jabatannya di Belgia, ia mengambil kursus studi lingkungan dan populasi di Universitas Katolik Leuven (dia pernah telah memperoleh gelar sarjana dan magister di bidang ekonomi masing-masing dari Universitas Externado Kolombia dan Universitas Javeriana). Kembali ke Kolombia, ia terpilih kembali menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada tahun 1998 dan kembali menjabat pada tahun 2002.
Dua tahun kemudian ia memulai masa jabatan kontroversial (2012-15) sebagai walikota Bogotá. Petro memperkenalkan sejumlah program sosial yang sukses—termasuk subsidi tarif air dan tarif bus bagi masyarakat kurang mampu—dan dalam prosesnya ia mengurangi utang, kejahatan, dan kemiskinan Bogotá.
Namun, upayanya untuk mengatur kembali pengumpulan sampah di kota tersebut terbukti membawa bencana, tidak hanya menyebabkan tumpukan sampah di jalan-jalan tetapi juga menyebabkan Petro dicopot dari jabatannya oleh kantor kejaksaan agung pada tahun 2013. Permohonan kepada Komisi Hak Asasi Manusia Inter-Amerika mengakibatkan Petro diangkat kembali sebagai walikota pada tahun 2014.
Selain itu, larangan terhadap dirinya memegang jabatan publik selama 15 tahun juga dicabut . Keseluruhan episode tersebut bertujuan untuk meningkatkan status Gustavo Petro di kalangan sayap kiri.
MYESHA FATINA RACHMAN I NABIILA AZZAHRA