Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Serangan udara Rusia pada Minggu, 6 April 2025 menewaskan setidaknya satu orang dan melukai beberapa lainnya di Kyiv serta wilayah selatan Ukraina. Serangan ini terjadi dua hari setelah pemboman mematikan di kampung halaman Presiden Volodymyr Zelensky di Kryvyi Rih yang menewaskan 19 orang, termasuk sembilan anak-anak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Di Kyiv, rudal Rusia menghantam gedung-gedung non-perumahan di tiga distrik, memicu kebakaran dan menewaskan satu warga. Serangan terpisah juga merusak kantor penyiaran nasional Ukraina. Sementara di Mykolaiv, serangan rudal pada Sabtu malam melukai empat orang dan menghancurkan sejumlah rumah.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Zelensky mengecam respons diplomatik AS yang dinilainya terlalu lunak, terutama setelah Duta Besar AS Bridget Brink hanya menyatakan "keterkejutan" tanpa secara eksplisit menyalahkan Rusia. "Negara kuat seperti AS seharusnya tidak bereaksi begitu lemah," kritiknya di Telegram.
PBB menyatakan serangan terhadap Kryvyi Rih sebagai "pengabaian nyata terhadap nyawa sipil", terutama karena menargetkan area permukiman dekat taman bermain. Zelensky secara emosional menyebut nama masing-masing dari sembilan korban anak-anak dalam pernyataannya.
Sementara itu, pertahanan udara Ukraina berhasil menembak jatuh 13 dari 23 rudal dan 40 dari 109 drone Rusia. Serangan ini memicu respons defensif NATO, dengan Polandia mengerahkan pesawat tempur untuk mengamankan wilayah perbatasannya.
Konflik terus memanas di tengah usulan gencatan senjata parsial dari mantan Presiden AS Donald Trump. Namun Zelensky menegaskan, serangan terbaru membuktikan Rusia tidak berniat berdamai. "Mereka ingin perang ini terus berlanjut," ujarnya dilansir dari Al Arabiya.