Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, untuk pertama kalinya secara terbuka mengakui operasi pembunuhan Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, dalam sebuah serangan di Teheran, Iran, pada Juli 2024.
Pengakuan ini diungkapkan Katz dalam pidatonya pada Senin, 23 Desember 2024. Ia juga mengatakan bahwa Israel akan terus menargetkan para pemimpin kelompok yang dianggap mengancam keamanan negaranya, termasuk Houthi yang berbasis di Yaman.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Aljazeera, Haniyeh terbunuh di sebuah gedung tempat ia menginap di ibu kota Iran, Teheran. Serangan ini sebelumnya hanya dikaitkan secara luas dengan Israel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Media Israel, termasuk Yedioth Ahronoth dan Channel 12, mencatat bahwa pernyataan Katz menjadi pengakuan publik pertama atas operasi tersebut oleh pejabat senior Israel. Dalam pidatonya, Katz juga merujuk pada pembunuhan tokoh lainnya, seperti Yahya Sinwar dan Hassan Nasrallah, yang tewas di Gaza dan Lebanon tahun ini.
Respons Iran
Pengakuan Katz menuai kecaman keras dari Iran. Dikutip dari laman english.alarabiya.net, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, menyebut tindakan tersebut sebagai “pengakuan kurang ajar” dan "tindakan teroris yang keji". Dalam suratnya kepada Sekretaris Jenderal PBB, Iravani mengatakan bahwa serangan rudal Iran terhadap Israel pada Oktober 2024 adalah tindakan defensif yang sah.
"Pengakuan yang kurang ajar ini menandai pertama kalinya rezim Israel secara terbuka mengakui tanggung jawabnya atas kejahatan keji ini," kata duta besar Iran untuk PBB Amir Saeid Iravani dalam surat yang ditujukan kepada sekretaris jenderal PBB.
Pada hari Selasa, Duta Besar Iran untuk PBB, Iravani, menyebut pembunuhan Haniyeh oleh Israel sebagai “tindakan teroris yang keji,” dan menambahkan bahwa pernyataan Katz menunjukkan Iran dibenarkan dalam menyerang Israel sebagai pembalasan.
Konflik dengan Houthi
Konflik Israel dengan kelompok pemberontak Houthi di Yaman turut menjadi sorotan. Houthi, yang didukung Iran, telah melancarkan serangkaian serangan rudal ke Israel dan kapal internasional di Laut Merah. Serangan terbaru terjadi pada Sabtu lalu, ketika sebuah rudal hipersonik yang ditembakkan Houthi berhasil menghindari sistem pertahanan Israel dan menghantam taman umum di Jaffa, melukai lebih dari selusin orang.
Sebagai balasan, Israel melancarkan serangan ke target-target militer Houthi di Sanaa, Yaman, termasuk pelabuhan dan infrastruktur energi. Dinukil dari Anadolu, dalam pidatonya, Katz mengatakan Israel akan menyerang keras Houthi dan memenggal kepemimpinannya.
"Seperti yang telah kami lakukan terhadap Haniyeh, [Yahya] Sinwar, dan [Hassan] Nasrallah di Teheran, Gaza, dan Lebanon, kami akan melakukan hal yang sama di Hodeida dan Sana'a," katanya, merujuk pada para pemimpin Hizbullah dan Hamas yang semuanya telah terbunuh tahun ini.
Konflik yang berlangsung sejak serangan Hamas ke Israel pada Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 45.300 orang di Gaza, mayoritas perempuan dan anak-anak. Angka ini terus meningkat seiring serangan udara yang dilakukan Israel. Dalam 24 jam terakhir saja, 58 orang dilaporkan tewas akibat serangan di wilayah yang disebut Israel sebagai “zona aman.”
Aljazeera, Anadolu, English Al Arabiya
Pilihan editor: Lima Jurnalis Tewas dalam Serangan Israel ke Gaza Tengah