Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu menyatakan lebih dari 200.000 orang telah direkrut dalam program wajib militer dan akan menjadi tentara Rusia. Mereka termasuk dalam program wajib mobilisasi parsial yang diumumkan Presiden Vladimir Putin pada dua pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shoigu sebelumnnya mengumumkan bahwa Rusia berencana merekrut 300.000 orang dengan pengalaman militer untuk mendukung invasi Rusia ke Ukraina. Dalam beberapa pekan terakhir, Rusia mengalami kekalahan telak dari Ukraina.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dalam dekrit resmi yang diteken Presiden Putin, tidak disebutkan angka pastinya. Para pejabat ingin menghilangkan kekhawatiran publik bahwa jumlah sebenarnya bisa lebih tinggi. Tokoh-tokoh pro-Kremlin juga ikut menyuarakan keprihatinan bahwa orang-orang direkrut tanpa pandang bulu.
Banyak laporan tentang perekrutan wajib militer Rusia ini bahwa sejumlah pria tanpa pengalaman militer atau usia wajib militer menerima surat panggilan. Hal ini menambah kemarahan publik.
Ratusan ribu orang Rusia melarikan diri ke negara-negara seperti Kazakhstan, Georgia dan Finlandia. Banyak lagi yang tetap berada di Rusia dan bersembunyi dari perekrut militer, berdoa agar mereka tidak dipanggil atau berharap dibebaskan dari dinas.
Menurut pengacara Rusia, mereka kebanjiran klien yang mencoba menghindari wajib militer untuk berperang di Ukraina. Pengacara dan kelompok masyarakat sipil mengatakan mereka kewalahan oleh banyaknya permintaan nasihat hukum sejak Presiden Vladimir Putin mengumumkan bahwa 300.000 orang akan dikerahkan untuk meningkatkan upaya perang Rusia pada 21 September 2022.
"Kami bekerja sepanjang waktu," kata Sergei Krivenko, yang mengelola sekitar 10 pengacara bernama Citizen. Army. Law.
"Orang-orang terkoyak dari kehidupan normal mereka," katanya, seperti dikutip Reuters, Selasa, 4 Oktober 2022. "Ini adalah mobilisasi tanpa batas waktu selama perang. Itu bisa berlangsung berbulan-bulan atau bertahun-tahun. Orang mungkin tidak kembali. Mengelak dari wajib militer hampir tidak mungkin. Satu-satunya cara adalah kematian, cedera atau penjara karena tidak mematuhi perintah."
Presiden Vladimir Putin mengakui kesalahan dalam mobilisasi pekan lalu. Dia mengatakan bahwa proses perekrutan harus diperbaiki.
Pada Selasa, Shoigu juga mengatakan bahwa mereka yang secara sukarela berperang tidak boleh ditolak tanpa alasan serius. Saat berbicara dengan tokoh militer senior lainnya, dia mengatakan unit baru menerima instruksi di 80 tempat pelatihan dan enam pusat pelatihan.
Baca: Wamil Rusia: Pengacara Kebanjiran Klien sampai Tips Cara Kabur
REUTERS