Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin telah berencana untuk menyimpan sebagian senjata nuklir taktis negaranya di Belarus sejak Maret lalu. Pada Kamis, 25 Mei lalu, Putin pun bergerak maju dengan rencana itu. Pemindahan hulu ledak ke luar Rusia kali ini menjadi yang pertama sejak Uni Soviet jatuh pada 1991.
Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) mengecam penyebaran nuklir tersebut. Namun, Washington sendiri tidak berniat mengubah posisinya terhadap senjata nuklir strategis maupun melihat tanda-tanda Rusia sedang bersiap untuk menggunakan senjata nuklir. Di samping itu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengatakan bahwa Barat seakan melakukan semua kemungkinan untuk memperpanjang dan meningkatkan konflik bersenjata di Ukraina.
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pun menyatakan, senjata nuklir taktis sudah bergerak sesuai dengan perintah yang ditandatangani Putin walau belum ada konfirmasi dari Kremlin. Setelah Lukashenko menghadiri pembicaraan dengan para pemimpin negara bekas Soviet lainnya, ia akan memeriksa tibanya senjata-senjata itu.
Jenis Senjata Nuklir yang Disimpan Rusia
Senjata nuklir Rusia yang disimpan di Belarusia yakni berjenis taktis, berbeda dengan senjata nuklir strategis. Senjata nuklir taktis digunakan untuk keuntungan taktis di medan perang. Biasanya, dampak nuklir taktis lebih kecil daripada nuklir strategis yang dirancang untuk menghancurkan kota-kota besar.
Menurut Shoigu, dokumen yang ia tanda tangani di Minsk (Ibu Kota Belarusia) menyangkut proses penyimpanan senjata nuklir taktis di Belarusia. Di Washington, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Matthew Miller menggambarkan rencana itu sebagai “contoh terbaru dari perilaku tidak bertanggung jawab yang telah kita lihat dari Rusia sejak invasi besar-besaran ke Ukraina lebih dari setahun yang lalu”.
Miller mengulangi peringatan Washington bahwa penggunaan senjata kimia, biologi, atau nuklir dalam konflik akan menghadapi “konsekuensi berat”. Ia menambahkan, pihaknya tidak melihat indikasi apa pun bahwa Rusia sedang bersiap menggunakan senjata nuklir sehingga AS merasa tidak perlu menyesuaikan postur nuklir strategis mereka.
Putin berulang kali memperingatkan bahwa Rusia, sebagai negara pemilik senjata nuklir paling banyak, akan menggunakan segala cara untuk mempertahankan diri. Ia telah menjadikan perang Ukraina sebagai pertempuran untuk kelangsungan hidup Rusia melawan Barat yang agresif.
AS dan sekutunya mengatakan, mereka ingin Ukraina mengalahkan pasukan Rusia di medan perang. Akan tetapi, di saat bersamaan, AS menyangkal bahwa mereka ingin menghancurkan Rusia serta menyangkal bahwa perang Ukraina berkaitan dengan perluasan NATO pasca-Soviet.
Belarusia berbatasan dengan tiga anggota NATO: Polandia, Lituania, dan Latvia. Dengan begitu, Rusia akan tetap mengendalikan senjatanya.
Keunggulan Senjata Nuklir Taktis Rusia
Rusia memiliki keunggulan jumlah yang sangat besar atas AS dan aliansi militer NATO dalam hal senjata nuklir taktis. AS yakin Rusia memiliki sekitar 2.000 hulu ledak taktis yang berfungsi. Sementara itu, AS sendiri hanya memiliki sekitar 200 senjata nuklir taktis yang setengahnya berada di pangkalan Eropa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Shoigu mengatakan bahwa rudal Iskander-M, yang dapat membawa hulu ledak konvensional atau nuklir, telah diserahkan kepada angkatan bersenjata Belarusia. Beberapa pesawat Su-25 juga telah dikonversi untuk penggunaan senjata nuklir. Pihak Kementerian Pertahanan Rusia turut menyatakan, prajurit Belarusia sudah menerima pelatihan yang diperlukan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut AS, dunia menghadapi bahaya nuklir paling parah sejak Krisis Rudal Kuba 1962 karena pernyataan Putin selama konflik Ukraina. Namun, Moskow mengaku bahwa posisinya kerap disalahtafsirkan.
Traktat Nonproliferasi Nuklir (Treaty on the Non-Proliferation of Nuclear Weapons) sendiri menyatakan bahwa tidak ada tenaga nuklir yang dapat mentransfer senjata atau teknologi nuklir ke tenaga non-nuklir. Walau demikian, perjanjian tersebut mengizinkan senjata nuklir untuk dikerahkan di luar perbatasan suatu negara dengan kontrol yang tetap berada di bawah negara tersebut.
SYAHDI MUHARRAM | REUTERS
Pilihan Editor: Pentagon Sebut Pesawat Militer AS jadi Sasaran Manuver Agresif Jet Cina