Bertempurlah sampai titik darah penghabisan, sampai warga Irak terakhir -- itulah pesan Saddam Hussein. Inikah Perang Dunia III itu? Perang sudah membayangi Baghdad, dua setengah hari sebelum bumi Kuwait dan Baghdad bergetar oleh 18.000 ton bom. Tiga jam setelah Sekjen PBB Perez de Cuellar meninggalkan Baghdad, tepat pukul 01.30 Senin dini hari waktu setempat, Presiden Saddam Hussein muncul di televisi Irak. Dan itulah yang mengisyaratkan ke seluruh negeri yang dikepung itu, bahwa perang segera datang. Senin, 14 Januari Baghdad, dini hari pukul 01.30. Rakyat Irak, yang terus memonitor suasana lewat radio di waktu-waktu jam tidur sekalipun, dikejutkan oleh sebuah pengumuman: Presiden Saddam Hussein segera menyampaikan pidato penting, langsung disiarkan radio dan televisi. Benar. Segera muncul Saddam berseragam militer, di layar televisi. Ia langsung pada persoalan. Kuwait tak lagi bisa dijadikan bahan tawar-menawar. "Kuwait melambangkan tekad rakyat melawan musuh," kata Saddam, yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris juga. Pagi sekitar pukul 08.00, segera terasa suasana sungguh berbeda, meski dingin dan kabut masih seperti pagi kemarin. Di sekitar Hotel Al Rashid, tempat para wartawan asing menginap, air minum botol sudah sulit diperoleh -- padahal itu produksi Irak sendiri. Radio Baghdad menyiarkan siaran langsung sidang khusus Dewan Nasional (parlemen). "Kami siap melakukan jihad. Kami berjanji berdiri di belakang presiden kami," demikian pidato Ketua Dewan Nasional, yang disambut tepuk tangan, dan 250 anggota dewan pun serentak mengulang kata sang ketua: Jihad! Jihad!" -- sekitar dua menit. Di stasiun bis kota, banyak orang berkumpul. Tapi sedikit saja bis yang muncul. "Bis-bis dibawa lari ke luar kota oleh sopirnya," bisik seseorang pada Yuli Ismartono, wartawan TEMPO yang sejak Jumat dua pekan lalu berada di Baghdad. Banyak toko tetap tutup. Sementara itu, orang Irak yang berduit mendatangi Hotel Al Rashid, memesan kamar, untuk berlindung. Hotel internasional ini dilengkapi dengan ruang bawah tanah, komplet dengan suplai oksigen dan makanan. Selasa, 15 Januari Baghdad. Surat kabar dan radio Baghdad mengutip pernyataan Saddam Hussein yang ditujukan pada Raja Fahd. Belum terlambat, kata Saddam, bagi Raja Fahd untuk meminta kesatuan multinasional meninggalkan kawasan Teluk. "... maka semua yang terjadi bisa dianggap sebagai mimpi buruk saja, yang tak akan menghalangi dijalinnya hubungan kembali Irak-Saudi." New York. Dewan Keamanan PBB menyelenggarakan sidang tertutup membahas usulan Presiden Mitterand. Gagal. Amerika dan Inggris tak ambil pusing usulan damai yang mirip lima usulan Sekjen PBB pada Saddam -- yang tak ditanggapi. Rabu, 16 Januari Baghdad. Satu jam sebelum batas waktu (08.00 hari ini waktu Irak), Radio Baghdad memutar kembali rekaman pidato Saddam Senin dini hari, bahwa "tak akan ada kompromi". Diteruskan penyiaran pesan-pesan Saddam Hussein. Antara lain, bila pecah perang, inilah "perang suci untuk membebaskan Tanah Palestina". Hari ini Saddam menemui para komandan pasukan di sejumlah tempat di Kuwait. Riyadh. Rabu pagi ini padang pasir Saudi berawan. Dingin. Kabar di Riyadh mengatakan tak ada kegiatan tambahan di lokasi-lokasi tentara multinasional berada. "Kami hanya meneruskan latihan kemarin," kata Letnan Casey Mahon pada Reuters. Bahkan sekitar pukul 1 siang hari waktu setempat, 5 jam setelah batas waktu lewat, tak ada tanda-tanda peningkatan kegiatan militer. Sementara itu, total kekuatan Amerika menurut Reuters mencapai 425.000 tentara (termasuk 225.000 infanteri, 75.000 marinir, dan 45.000 anggota angkatan udara) -- ini naik sekitar 10.000 tentara dibandingkan jumlah dua hari sebelumnya. Jumlah helikopter mencapai 1.700 dan ada sekitar 1.800 pesawat tempur, serta sekitar 1.000 tank M 1A1. Jumlah kekuatan militer multinasional seluruhnya mendekati 690.000 personel. Tapi berita dari Dhahran mengisyaratkan sesuatu bakal terjadi. Penyulingan minyak Jubail mengumumkan akan tetap berproduksi sampai pertengahan Februari. Padahal, biasanya, penyulingan milik perusahaan minyak Saudi Petromin dan Amerika Shell itu tiap Oktober menghentikan produksi untuk mereparasi mesin-mesinnya. Oktober lalu, Jubail diputuskan untuk terus jalan sampai 15 Januari. Ternyata, produksi diperpanjang lagi. Baghdad. Rabu malam itu, televisi menayangkan kunjungan Saddam ke Kuwait di pagi hari tadi. Tak ada tanda-tanda bahwa perang sudah sangat dekat. Beberapa wartawan televisi Amerika di Hotel Al Rashid mendapat informasi dari rekan mereka di kantor pusat, malam itu serangan Amerika dimulai. Setengah percaya, setengah tidak, tapi mereka lalu berkemas. Kamis, 17 Januari Baghdad. Sekitar pukul tiga dini hari, penghuni Hotel Al Rashid jadi saksi bunyi ledakan pertama perang. Disusul bunyi sirene bahaya udara. Operasi Badai Gurun sudah dimulai. Dari jendela hotel, langit Baghdad jadi "pentas pertunjukan sinar dan suara", tutur wartawan TEMPO Yuli Ismartono. Ia heran, kok tak terdengar suara pesawat terbang. Benar. Perang ini, menurut International Herald Tribune, dibuka oleh serangan 100 rudal Tomahawk, yang diluncurkan dari kapal-kapal perang di Teluk Persia. Konon, 95% mengenai sasaran yang direncanakan, antara lain pangkalan udara. Baru kemudian pesawat-pesawat tempur yang tinggal landas dari sebuah tempat di provinsi timur Arab Saudi memasuki kawasan udara Baghdad dan mengirimkan bom-bomnya. Gempuran pertama yang makan waktu sekitar tiga jam ini melibatkan antara lain F-117 Stealth yang mampu menghindar dari radar lawan, F-15 yang mampu terbang rendah sambil menjatuhkan bom, dan EF-lllA Raven yang mengacaukan radar dan komunikasi lawan. Itu milik Amerika. Dibantu dengan Tornado Inggris, dan Jaguar Prancis. Koordinasi penyerangan dilakukan dari E-3 Sentry AWACS. Sekitar pukul 06.00 pagi sirene tanda aman berbunyi. Mereka yang bersembunyi di perlindungan bawah tanah mulai keluar, termasuk yang ada di bawah tanah di Hotel Al Rashid. Saddam Hussein muncul di televisi, berpidato. Irak akan berjuang terus sampai menang, katanya. Pengkhianat, Raja Fahd dari Saudi, bersama George Bush dari Amerika, akan dipanggang di neraka. Tapi rasa aman ini tak berlangsung lama. Sekitar pukul 10.00 pagi ledakan kembali terdengar. Sepanjang hari itu Baghdad harus menerima serangan. Rupanya memang sengaja dilakukan bergelombang. Dan meskipun sasaran militer yang dituju, yang sebagian besar berada di luar kota, getaran ledakan yang terasakan merupakan teror tersendiri. (Sejumlah pengungsi yang di hari Sabtu tiba di Amman, Yordania, menceritakan pada Reuters bagaimana mereka sangat terteror oleh ledakan-ledakan itu, yang mengakibatkan listrik mati dan air ledeng macet.) New York. Sementara itu, demonstrasi yang antiperang hari itu juga mulai muncul. Di New York ribuan orang turun ke jalan, minta agar perang dihentikan. Tapi, menurut pengumpulan pendapat di kota ini yang dilakukan oleh sebuah lembaga, menurut Reuters, sekitar 75% responden mendukung kebijaksanaan Bush mengumumkan perang. Jumat, 18 Januari Riyadh. Jenderal Norman Schwarzkopf menjelaskan pada wartawan hasil serangan pertama yang berlangsung 24 jam. Sekitar 2.000 penerbangan (sortie) telah dilakukan, melibatkan sekurangnya 750 pesawat dari Amerika, Inggris, Prancis, Italia, Kanada, Saudi, dan Kuwait. Tujuh pesawat koalisi multinasional dinyatakan hilang atau tertembak, di antaranya tiga milik Amerika dan satu Inggris. Sebelas penerbang dinyatakan hilang, seorang disebutkan tewas. Serangan pertama, kata jenderal berusia 56 tahun itu, berhasil menghancurkan 80% sasaran. Setidaknya 11 pesawat Irak ditembak jatuh, dan 6 peluru rudal Scud dihancurkan. Schwarzkopf didampingi Letnan Jenderal (Udara) Chuck Horner, yang menjelaskan betapa tepat pada sasaran operasi pertama ini, hingga bisa menghindarkan korban penduduk sipil seminim mungkin. Inilah berkat bom-bom yang dipandu oleh sinar laser. Hingga landasan udara, gudang Scud, dan markas angkatan udara Irak bisa dihancurkan tanpa sekitarnya ikut berkeping-keping. Sementara itu, radio Baghdad yang ditangkap di Nikosia menyatakan Irak menembak 94 pesawat musuh, dan menawan atau menewaskan sejumlah awak kapal. Berbeda dengan serangan di hari Kamis, gempuran Jumat pagi punya sasaran khusus: peluncur-peluncur rudal Scud yang sangat mobil (konon peluncur itu bisa lari dengan kecepatan sampai 75 km per jam). Soalnya, betapapun dikatakan bahwa Scud ini tak akurat mencapai sasaran, dicemaskan bisa membahayakan bila hulu ledaknya diisi dengan senjata kimia. Dan menghancurkan peluncur itu ternyata bukan hal mudah. Jenderal Schwarzkopf sendiri mengakui, mencari peluncur Scud di daratan Irak seperti mencari jarum di tumpukan jerami. Pertempuran (kalau yang terjadi sejauh ini boleh disebut demikian) sampai Jumat tak cuma terjadi di darat. Di laut, perang kapal juga sudah berlangsung. Angkatan laut Amerika menenggelamkan tiga kapal patroli Irak. Tak hanya itu. Pada Kamis seolah Irak seperti tak berdaya, tetapi di Jumat ini mulai unjuk otot. Sebuah Scud dapat diluncurkan dengan sasaran ladang minyak di Dahran, Saudi. Tapi, peluru kendali antirudal Patriot -- pertama kali dicoba dalam perang ini -- berhasil menghancurkannya di udara. Di Jumat pagi ini, Israel menerima tamu tak diundang -- berupa tujuh Scud -- yang menurut perkiraan ditembakkan dari Irak Barat. Enam peluru diarahkan ke Tel Aviv, dan tiga diarahkan ke pelabuhan Haifa. Tapi, dua jatuh di gurun dan satu meleset dan mencebur ke laut. Dikabarkan, semua Scud hanya mendatangkan kerusakan "tak berarti" dan 12 orang luka-luka saja. Dengan datangnya serangan tersebut, Israel mengancam akan membalas bila kiriman benda yang mendatangkan maut itu makan banyak korban. Tapi, baik Uni Soviet maupun Amerika memperingatkan negara Yahudi itu agar menahan diri. Presiden Bush mengatakan, Israel tak perlu terjun ke medan laga, lantaran Amerika dan sekutu-sekutunya akan "membereskan" pangkalan-pangkalan Scud tersebut. Demonstrasi mendukung Saddam dan mengutuk serangan Amerika dan sekutunya mulai menjalar di mana-mana. Di Yaman, negeri yang di Dewan Keamanan PBB selalu bersuara memihak Irak, puluhan ribu orang berbaris di jalan, mengutuk Amerika dan memberi semangat kepada Irak. Hari itu, di Moskow pun, beberapa ratus warga keturunan Arab berdemonstrasi agar perang diakhiri. Sabtu, 19 Januari Israel. Pagi-pagi sekali, sirene meraung-raung di Yerusalem karena diperkirakan serangan Scud datang lagi. Hari ketiga, perang dimulai dengan meluncurnya sepuluh peluru kendali Scud yang diarahkan ke Israel. Namun, sembilan dari sepuluh serangan itu gagal karena bisa diledakkan di udara, dan satu lagi mencebur ke laut. Yang ramai, setiap kali sirene berbunyi, semua orang diperintahkan mengenakan topeng gasnya karena dikhawatirkan peluru-peluru Scud itu berhulu ledak gas. Dikisahkan, di Tel Aviv, latihan mengenakan gas minta korban tiga atau empat orang tua. Bukan karena soal topeng gasnya, tapi karena serangan jantung. Yang tragis, seorang bocah berusia tiga tahun, di Tel Aviv, juga tercekik tewas oleh topeng gas ini. Menteri Kesehatan Israel Ohud Olmert mengatakan, datangnya serangan kedua itu makin mendesak negerinya untuk melakukan pembalasan. Selain itu, sebuah Scud juga melayang ke arah Arab Saudi, tapi dapat ditembak jatuh. Irak. Mulai hari ini, fokus pengeboman pasukan udara Sekutu bergeser. Serangan-serangan pesawat-pesawat Sekutu dialihkan ke tempat-tempat konsentrasi Pengawal Republik, tentara elite Irak yang paling terlatih dan punya persenjataan paling baik. Menurut intelijen Amerika, pasukan elite ini dikonsentrasikan di selatan Irak dan Kuwait. Serangan hari ini pun berhasil merebut sembilan anjungan minyak, di lepas pantai Kuwait, yang digunakan sebagai sarang penangkis serangan udara oleh Irak. Dikabarkan, empat marinir luka-luka dan 12 serdadu Irak ditawan. Sementara itu, Radio Baghdad memberitakan, pasukan antiserangan udara, sampai hari itu, telah merontokkan 142 pesawat musuh. Radio itu juga menuduh Israel sebenarnya telah terlibat dalam perang. Menurut tuduhan itu, kapal-kapal terbang Israel telah turut serta dalam misi pengeboman terhadap Irak dan malah telah meluncurkan peluru kendali yang merusak lapangan terbang militer dekat Baghdad. Ada sebuah berita, yang tak bisa dikonfirmasikan, 164 pesawat Israel telah terbang ke Arab Saudi dan bergabung dengan angkatan udara Sekutu. Berita itu kemudian dibantah oleh Israel dan menyebutnya sebagai "dusta besar". Israel, mungkin berkat tekanan Amerika, mengatakan secara terbuka bahwa ia bukanlah bagian dari konflik yang sedang berlangsung. Untuk menyenangkan Israel, Bush telah mengirim sebuah delegasi tingkat tinggi ke Yerusalem, tak ayal lagi, untuk terus menekan Israel supaya tak melibatkan diri. Hari ini, demonstrasi antiperang muncul pula di London. Amerika Serikat. Di akhir pekan ini, demonstrasi antiperang di negeri yang memimpin pasukan Sekutu melawan Irak itu mulai marak di banyak kota. Di San Francisco, sekitar 50.000 orang turun ke jalan dan minta agar biaya perang itu lebih baik digunakan untuk melawan AIDS daripada melawan Saddam. Di Los Angeles, dengan membawa poster-poster, 20.000 warga kota berbaris di jalan-jalan. Mereka pun menentang perang yang sudah berjalan dua setengah hari itu. Juga di Washington, ibu kota Amerika, mahasiswa berdemonstrasi agar perang diakhiri. Minggu, 20 Januari Irak menembakkan lagi Scud, kali ini ke Arab Saudi. Jumlah peluru yang diluncurkan, menurut pihak Amerika, ada sepuluh buah. Empat diarahkan ke Riyadh, ibu kota Arab Saudi. Tapi, lagi-lagi, rudal antirudal Patriot membuktikan kecanggihannya. Sembilan dari sepuluh roket itu dirontokkan oleh Patriot dan satu lagi tersasar di perairan Teluk. Hari ini, boleh dikatakan, Turki masuk dalam peperangan. Sekitar 40 pesawat pemburu dan pengebom F-15 dan F-16 bertolak dari pangkalan udara di Turki untuk melancarkan operasi "pelunakan" terhadap sasaran-sasaran militer Irak. Sasaran utamanya adalah pangkalan-pangkalan rudal di timur laut Irak, yang diduga merupakan basis rudal untuk menyerang Israel. Hari ini, Perdana Menteri Inggris John Majors meramalkan, perang akan berlangsung paling tidak lebih dari tiga pekan. Para pejabat Pentagon di Washington mengatakan, sampai hari itu Amerika telah kehilangan sepuluh pesawat dan 11 awaknya. Tapi, tak lama kemudian, diumumkan dua dari kesebelas awak pesawat itu selamat. Sementara itu, Radio Baghdad mengatakan, sampai hari itu pihaknya telah berhasil menembak jatuh 154 pesawat Sekutu. Tentu, juru bicara Sekutu di Riyadh segera membantah siaran Baghdad. Duta Besar Irak di Prancis Abdul Rezak Al-Hashimi mengatakan, semua tawanan perang akan diperlakukan baik kalau pemerintahnya mengakui hilangnya mereka. Gedung Putih mengimbau agar Irak mematuhi Konvensi Jenewa tentang Tawanan Perang. Senin, 21 Januari Siaran televisi Irak, yang ditangkap di Nikosia, menunjukkan dua awak kapal pemburu Amerika yang ditawan sedang diarak keliling kota. Dengan segera, Amerika mengajukan protes bahwa Irak melanggar Konvensi Jenewa tentang Tawanan Perang. Wakil Irak di PBB, dalam wawancara dengan stasiun televisi CNN, mengatakan, bagaimana mungkin mereka diperlakukan dengan penuh kemanusiaan setelah melakukan pengeboman yang tak berperi kemanusiaan terhadap rakyat Irak "yang cinta damai". Radio Irak menyiarkan wawancara dengan tiga pilot Barat yang ditangkap. Dalam wawancara tersebut, selain setiap orang menyebut nama dan kesatuannya, mereka mengatakan bahwa serangan mereka terhadap Baghdad adalah "salah", karena itu ditujukan terhadap "rakyat Irak yang cinta damai". Seorang juru bicara militer Sekutu di Teluk mengatakan, ketiga orang itu pasti di bawah tekanan untuk menyatakan hal-hal yang dimaui oleh para penangkapnya. Tampaknya, masalah tawanan perang akan menjadi persoalan yang cukup hangat dalam Perang Teluk. Para analis mengatakan, tawanan perang itu akan dijadikan bahan propaganda Irak untuk meruntuhkan moril rakyat Amerika sehingga akan memperhebat gerakan antiperang di Amerika. Rupanya, Irak meniru propaganda yang dilakukan Vietnam Utara pada masa Perang Vietnam, 1965-1975. Hari ini, di Washington saja, telah terjadi 12 demonstrasi antiperang walaupun demonstrasi mendukung Bush dan mendukung tindakan perang masih jauh lebih besar, konon. Juru bicara militer Amerika, sekitar subuh pada hari itu, mengatakan bahwa Irak melancarkan lagi serangan dengan sepuluh Scud. Tapi, semuanya dapat ditumpas oleh Patriot. Pesawat-pesawat Amerika mengadakan lagi serangan dan bertolak dari pangkalan-pangkalan udara Turki. Sementara itu, pagi itu, tentara darat Sekutu makin mendekati perbatasan Arab Saudi-Irak. Diberitakan, Pasukan Lapis Baja Tikus Gurun dari Inggris berada di garis depan. Hari ini, untuk pertama kali setelah pecah perang, Washington berhasil menekan Jepang. Tokyo menyatakan akan ikut menanggung biaya perang di Teluk. Pada sekitar pukul 6 pagi, pengeboman terhadap Irak tak cuma dilakukan oleh pesawat-pesawat yang lepas landas dari lapangan udara. Kapal-kapal selam yang berada di perairan Teluk pun mulai menembakkan rudal yang dikendalikan dari jauh (remote controlle). Belum ada penjelasan baik dari Amerika maupun Irak tentang hasil rudal dari kapal selam ini. Hari ini pula, suara Iran -- yang agak lain dari biasanya -- yang netral mulai terdengar. Menteri Luar Negeri Iran memprotes bahwa serangan Amerika dan Sekutunya kini mengenai permukiman penduduk sipil. Diserukan agar upaya damai segera diadakan. Sekitar pukul 11, muncul berita di Radio Baghdad bahwa lebih dari 20 pilot (sejauh ini, Amerika dan sekutunya menyatakan kehilangan 25 pilot dan awak pesawat) yang ditawan Irak akan digunakan sebagai perisai hidup di tempat-tempat yang diduga akan dijadikan sasaran serangan Sekutu. Pemerintah Inggris langsung mengajukan protes keras atas inisiatif Irak ini. Amerika juga mengirimkan protesnya. Bahkan, pemerintah Prancis mengusir 12 diplomat Irak dan 32 warga Irak di Paris meskipun di antara mereka yang ditawan Irak tak ada anggota angkatan udara Prancis. Sejauh yang diberitakan Baghdad, para tawanan terdiri dari anggota angkatan udara Amerika, Inggris, Italia, dan Kuwait. Menurut Reuters, ketika ditanya wartawan tentang perisai hidup itu, Menteri Pertahanan Dick Cheney menjawab bahwa gelombang serangan terhadap Irak akan mengabaikan para pilot yang dijadikan tameng itu. Tak jelas adakah ini punya pengaruh terhadap semangat pasukan Amerika dan sekutunya di Teluk. Radio Baghdad memberitakan penolakan Saddam Hussein pada usul damai dari Presiden Soviet Mikhail Gorbachev. Presiden Bush harus membayar atas agresinya terhadap Irak, kata Saddam menurut radio itu. Sejauh ini menurut televisi Amerika CNN, menurut pihak Amerika, pihak pasukan multinasional kehilangan 18 pesawat, 11 di antaranya pesawat Amerika. Dan pasukan multinasional telah merontokkan 17 pesawat Irak. Suatu berita yang agak mencengangkan bahwa lebih banyak pesawat Amerika dan sekutunya yang jatuh daripada pesawat Irak. Menurut penjelasan pihak Amerika, sedikitnya pesawat Irak yang jatuh karena mereka menghindari perang udara. Kebanyakan pesawat pihak multinasional rontok karena tembakan dari darat. Sementara itu, Irak mengklaim telah menembak jatuh 160 pesawat musuh. Yang menarik adalah berita yang dikutip Reuters. Pihak gerilyawan Kurdistan menghitung, konon, sekitar 4.000 tentara Irak tewas atau luka-luka akibat pengeboman sejak hari Kamis pekan lalu. Selasa dinihari dikabarkan suatu gerakan pasukan darat dengan peralatan berton-ton bergerak menuju perbatasan Kuwait dari Saudi. Tampaknya suatu pertempuran darat segera terjadi. Gempuran selanjutnya? Bila memang tentara Irak, terutama 150.000 pasukan elite Pengawal Republik, mampu berlindung dari serangan udara, dan helikopter Apache pembunuh tank bisa dilawan oleh Irak, tampaknya pertempuran darat akan seperti diramalkan banyak pengamat militer. Suatu pertempuran satu lawan satu, dari rumah ke rumah di Kuwait. Lalu sampai kapan perang berlangsung? Sulit dijawab, apalagi bila peta peperangan berubah, karena -- entah apa sebabnya -- Israel terlibat dan koalisi multinasional retak. A. Dahana dan Bambang Bujono
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini