Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Setelah Serangan Maut di Pasar Natal, Jerman Masih Berduka

Seorang pria ditahan karena diduga menyebarkan ancaman akan menikam siapa pun yang berpenampilan seperti orang Arab di hari Natal.

24 Desember 2024 | 21.03 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Kios-kios yang tutup di pasar Natal Magdeburg, Jerman 21 Desember 2024. REUTERS/Christian Mang

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Magdeburg diselimuti kesedihan sejak serangan yang menewaskan seorang anak laki-laki berusia sembilan tahun dan empat wanita di sebuah pasar Natal pada Jumat malam, 20 Desember 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekitar 200 orang juga terluka ketika seorang pria menabrakkan mobilnya ke pasar yang ramai di kota di bagian timur Jerman itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Tersangka, Taleb al-Abdulmohsen, seorang psikiater kelahiran Arab Saudi berusia 50 tahun yang telah tinggal di Jerman sejak 2006, menghadapi tuduhan pembunuhan dan percobaan pembunuhan.

Partai-partai politik di seluruh spektrum telah menyatakan kesedihannya terhadap para korban dan berjanji untuk meningkatkan keamanan.

Dalam sebuah pernyataan yang dibagikan kepada Al Jazeera, pemimpin Partai Hijau Robert Habeck mengatakan bahwa ia berharap kota itu "tenang, kuat dan percaya diri". Kanselir Olaf Scholz menyebut insiden tersebut sebagai tindakan yang "mengerikan dan gila".

Nicole Anger, anggota parlemen dan wakil ketua partai Die Linke (Partai Kiri) di Magdeburg, mengatakan bahwa kota tersebut masih senyap dan orang-orang masih tertegun.

"Ada acara penyalaan lilin, kebaktian, dan banyak momen di mana orang-orang berdiri bersama dalam solidaritas. Para penjual di pasar Natal, yang tutup selama sisa tahun ini, membagikan buah-buahan dan sayuran secara gratis," katanya kepada Al Jazeera.

Unjuk rasa anti-migran

Meski banyak orang bergabung dalam kesedihan, ketegangan justru meningkat.

Bersamaan dengan aksi protes, lebih dari 2.000 pendukung sayap kanan yang membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan menentang migrasi berkumpul di kota itu pada Sabtu.

Unjuk rasa lebih lanjut dilaporkan akan dilakukan pada Senin.

Anger, yang lahir dan dibesarkan di Magdeburg, mengatakan bahwa suasana tersebut mengingatkannya pada pertengahan tahun 1990-an. Saat itu, seorang pria terbunuh setelah para penghasut sayap kanan mengejar sekelompok pria kulit hitam di kota itu. Peristiwa tersebut kemudian dikenal sebagai Himmelfahrtskrawalle, atau kerusuhan Hari Kenaikan Magdeburg.

"Saat ini, anak-anak dan orang-orang dengan latar belakang migrasi takut berada di jalanan," katanya.

Serangan itu terjadi ketika Jerman bersiap untuk menutup tahun politik yang memanas.

Setelah koalisi yang dipimpin oleh Scholz runtuh pada bulan November, kanselir kemudian kalah dalam pemungutan suara pada pertengahan Desember, yang memicu pemilihan umum mendadak.

Warga Jerman akan pergi ke tempat pemungutan suara pada 23 Februari.

Partai sayap kanan berjaya

Sementara itu, partai sayap kanan Alternative for Germany (AfD) terus mendapatkan kekuatan politik setelah sukses dalam pemilihan umum negara bagian tahun ini.

Sehari sebelum serangan, miliarder AS Elon Musk memicu kontroversi dengan memposting di platform media sosial X yang dimilikinya: "Hanya AfD yang bisa menyelamatkan Jerman."

Para pengamat telah menggambarkan rasa takut dan kekhawatiran, mengatakan bahwa permainan saling menyalahkan atas serangan Magdeburg dapat mengalihkan perhatian dari isu-isu utama yang dihadapi para pemilih Jerman.

"Kita masih harus sangat berhati-hati tentang apa motif sebenarnya dari penyerang. Namun yang jelas, jika ada kekuatan ekstremis dalam wacana politik yang sebenarnya tidak hanya Islamofobia tetapi secara umum fobia terhadap orang asing. Jika hal ini diartikulasikan dengan cara yang kuat seperti yang dilakukan AfD, maka hal ini akan menular ke bawah," ujar Justus von Daniels, editor publikasi Jerman Correctiv, yang pada bulan Januari lalu memberitakan tentang pertemuan antara AfD dan para aktivis neo-Nazi untuk mendiskusikan "rencana induk" deportasi migran.

Ia mengatakan bahwa bagaimana Jerman bertindak sekarang dalam hal peningkatan keamanan akan sangat menentukan.

Menjelang pemilihan umum, partai-partai politik harus menghindari bermain-main dengan narasi antimigrasi AfD dan fokus pada isu-isu yang mempengaruhi pemilih, kata von Daniels.

"Ekonomi adalah bagian besar dari pemilu ini, dan kasus seperti Magdeburg mengalihkan wacana publik ke isu migrasi. Jika AfD akan mencoba mendorong isu migrasi lebih jauh, saya khawatir partai-partai politik lain akan meresponsnya, dan hal ini tidak sehat bagi perdebatan politik."

Motif yang membingungkan

Tersangka dan kemungkinan motifnya telah membingungkan pihak berwenang dan publik.

Al-Abdulmohsen menggambarkan dirinya sebagai mantan aktivis Muslim di media sosial. Unggahannya menunjukkan penghinaan terhadap Islam dan dukungan terhadap ideologi sayap kanan. Dia mengatakan bahwa dia mendukung perempuan yang melarikan diri dari Arab Saudi, tetapi seorang jurnalis di Correctiv yang pernah berhubungan dengannya membantah klaim tersebut, dan melaporkan bahwa beberapa perempuan memblokirnya karena dia "berperilaku bermasalah". Beberapa menuduh bahwa mereka merasa dilecehkan secara seksual olehnya.

Arab Saudi mengatakan telah memperingatkan Jerman tentang dokter tersebut pada November 2023. Jerman telah mengakui menerima informasi tersebut, namun pada akhirnya memutuskan bahwa al-Abdulmohsen tidak terlihat sebagai ancaman pada saat itu.

Tahir Abbas, seorang profesor di bidang Islamofobia dan kekerasan politik di Universitas Leiden di Belanda, mengatakan bahwa tersangka tampaknya telah menjadi "sedikit penggemar cita-cita etno-nasionalis populis".

"Menurut saya, hal ini menyelaraskan motivasi pelaku secara lebih luas dengan praktik dan ideologi sayap kanan, termasuk dalam hal perlakuan terhadap perempuan," katanya.

"Kelompok sayap kanan sangat hipernormal di seluruh Eropa dan Amerika Utara saat ini sehingga ada tantangan luar biasa yang telah muncul dan akan terus muncul, terutama ketika Presiden Donald Trump kembali memimpin AS."

Tersangka menyatakan dengan jelas di media sosial kekagumannya pada para pemimpin sayap kanan Eropa, seperti politisi Belanda Geert Wilders. Sejak serangan tersebut, kelompok sayap kanan di Jerman dan di seluruh Eropa dengan cepat menggunakan serangan tersebut untuk mempromosikan agenda antimigran mereka, kata para pengamat.

Jorinde Schulz, seorang aktivis dan anggota partai Kiri, mengatakan bahwa "kelompok ekstrem kanan diizinkan untuk melakukan mobilisasi hampir tanpa hambatan".

"Bagi mereka, serangan ini adalah batu loncatan untuk mendapatkan lebih banyak dukungan, yang semakin mengganggu karena merekalah yang akan menyerang orang-orang kulit berwarna di jalan dan mengintimidasi para aktivis politik."

Pada Minggu, polisi di Bremerhaven, sebuah kota pelabuhan di Jerman utara, menahan seorang pria yang menggunakan TikTok untuk mengancam dengan kekerasan. Pria tersebut diduga telah memperingatkan bahwa ia akan menikam siapa pun yang berpenampilan seperti orang Arab di kota tersebut pada Hari Natal, kantor berita Jerman dpa melaporkan.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus