Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Sosok Hamdan Ballal, Sutradara No Other Land yang Diserang Pemukim Israel

Sutradara peraih Oscar Hamdan Ballal merasa hampir mati ketika ia disiksa oleh para pemukim dan tentara yang menangkapnya.

28 Maret 2025 | 07.00 WIB

Hamdan Ballal sutradara film dokumenter "No Other Land" di Governors Ball setelah acara penghargaan Oscar di Academy Awards ke-97 di Hollywood, Los Angeles, California, Amerika Serikat, 2 Maret 2025. Reuters/Mike Blake
Perbesar
Hamdan Ballal sutradara film dokumenter "No Other Land" di Governors Ball setelah acara penghargaan Oscar di Academy Awards ke-97 di Hollywood, Los Angeles, California, Amerika Serikat, 2 Maret 2025. Reuters/Mike Blake

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BARU tiga minggu lalu, Hamdan Ballal, warga Tepi Barat, mendapatkan Oscar untuk karyanya bersama tiga sutradara lain yang berjudul “No Other Land”. Para sutradara ini, dua dari Palestina yaitu Hamdan Ballal dan Basel Adra, serta dua warga Israel, yaitu Yuval Abraham dan Rachel Szor, membawa perhatian dunia kepada penderitaan warga Tepi Barat di bawah pendudukan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Namun, ketika Hamdan Ballal kembali ke rumahnya di Susiya, Tepi Barat, nasib buruk telah menantinya. Para pemukim tersebut yang datang bersama tentara IDF menyerang rumahnya dan memukulinya dengan sadis.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Insiden tersebut terjadi di desa Susiya di Tepi Barat bagian selatan ketika penduduk sedang berbuka puasa selama bulan suci Ramadan. “Puluhan pemukim menyerang acara buka puasa bersama," kata Jihad Nawajaa, kepala dewan lokal Susiya, kepada Reuters melalui telepon. Para pemuda keluar untuk mencegah mereka.

Berbicara kepada Al Jazeera pada Selasa, 25 Maret 2025, Ballal mengatakan bahwa ia pergi untuk mendokumentasikan serangan pemukim terhadap rumah tetangganya di Susiya. Situasi di lokasi kejadian kian memanas.

Ballal menyadari bahwa situasi telah "menjadi semakin berbahaya". Ia pun memutuskan untuk kembali ke rumahnya untuk memastikan rumahnya tidak diserang. "Saya hanya menunggu di luar, jika ada pemukim atau tentara yang menyerang rumah saya," katanya kepada Reuters setelah dibebaskan dari tahanan polisi.

Para pemukim mendatangi rumahnya. Mereka mendorongnya ke tanah, sementara para tentara meneriakinya untuk berdiri dan menodongkan senjata ke arahnya. "Ini gila, Anda dapat membayangkan keluarga Anda, anak-anak Anda di dalam rumah dan Anda harus melindungi mereka," katanya.

Pasukan Israel kemudian menahannya, dengan mata tertutup dan terluka, di sebuah pangkalan militer, di mana Ballal dipaksa tidur dalam kondisi kedinginan, tidak mendapatkan perawatan medis yang layak, dan mendengar tentara menertawakannya.

Ballal mengira ia akan mati di tangan para pemukim dan tentara Israel yang menangkapnya. Tentara IDF mengatakan ia telah melempari batu ke arah mereka. Ballal membantahnya. Ia akhirnya dibebaskan sehari kemudian setelah mendapat tekanan internasional.

Siapakah Hamdan Ballal?

Dilansir NDTV, Hamdan Ballal Al-Huraini lahir pada 1989 di Susya, sebuah desa Palestina di Perbukitan Hebron Selatan di Tepi Barat yang diduduki. Ia pernah bekerja sebagai petani, fotografer, aktivis, dan peneliti. Ia telah menikah dan memiliki seorang putra.

Dia menjadi sukarelawan sebagai peneliti lapangan untuk B'Tselem, mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia yang terkait dengan pendudukan Israel. Dia ikut mendirikan proyek "Manusia Masafer Yatta" untuk menyoroti kisah-kisah dari komunitas Palestina.

Pada 2024, Ballal ikut menyutradarai No Other Land, sebuah film dokumenter tentang kekerasan pemukim Israel dan perjuangan hidup di bawah pendudukan di Masafer Yatta (wilayah yang disengketakan) dari tahun 2019 hingga 2023.

Film ini memenangi Film Dokumenter Terbaik di Academy Awards ke-97. Film ini juga memenangkan Film Dokumenter Terbaik di British Academy Film Awards ke-78. Film ini juga memenangkan Panorama Audience Award dan Berlinale Documentary Award di Festival Film Internasional Berlin ke-74.

Menjadi Target

Militer Israel mengatakan bahwa polisi dan tentara melakukan intervensi setelah warga Palestina melemparkan batu ke arah kendaraan warga Israel dan kemudian ke arah pasukan keamanan Israel.

"Sebagai tanggapan, pasukan menangkap tiga orang Palestina yang dicurigai melemparkan batu ke arah mereka, serta seorang warga sipil Israel yang terlibat dalam konfrontasi kekerasan tersebut," kata militer Israel dalam sebuah pernyataan.

Pernyataan tersebut membantah laporan bahwa setidaknya salah satu warga Palestina ditangkap dengan ambulans. Ketika dimintai kabar terbaru mengenai kondisi dan status Ballal pada hari Selasa, polisi Israel mengirimkan pernyataan yang pertama kali dikeluarkan oleh tentara pada malam sebelumnya.

"No Other Land," sebuah film tentang penggusuran komunitas Palestina oleh Israel, yang disutradarai bersama oleh sutradara Palestina dan Israel, memenangkan Piala Oscar untuk kategori film dokumenter terbaik di Academy Awards tahun ini.

Basel Adra, salah satu rekan sutradara film tersebut, mengatakan bahwa ia yakin para pemukim telah membawa tentara ke rumah keluarga tersebut sebagai balas dendam atas penggambaran film tersebut mengenai daerah Masafer Yatta yang berada di dekat lokasi kejadian pada hari Senin.

"Karena dia membawa kamera dan mendokumentasikan apa yang terjadi, saya pikir dia menjadi target dan dia dibalas dengan cara ini pada malam hari," katanya.

Penyelenggara Oscar Bungkam

Yuval Abraham, yang turut menyutradarai film dokumenter ini, mengkritik US Academy sebagai penyelenggara Oscar karena sikap diamnya terhadap masalah ini. "Sayangnya, US Academy, yang menganugerahi kami Oscar tiga minggu lalu, menolak untuk mendukung Hamdan Ballal secara terbuka ketika dia dipukuli dan disiksa oleh tentara dan pemukim Israel," kata Abraham di X, seperti dikutip The New Arab.

Abraham menyebutkan bahwa Ballal jelas menjadi sasaran karena No Other Land. Alasan lain adalah dia seorang Palestina, seperti banyak orang lain yang tak terhitung jumlahnya setiap hari yang diabaikan. "Hal ini, tampaknya, memberikan alasan bagi Academy untuk tetap diam ketika seorang pembuat film yang mereka hormati, yang hidup di bawah pendudukan Israel, sangat membutuhkan mereka," Abraham menambahkan.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia mengatakan bahwa sejak dimulainya perang Israel di Gaza, sebuah wilayah Palestina yang terpisah, telah terjadi lonjakan serangan oleh pemukim Israel di Tepi Barat.

Diduduki oleh Israel sejak tahun 1967, Tepi Barat merupakan rumah bagi sekitar tiga juta warga Palestina, serta hampir setengah juta warga Israel yang tinggal di pemukiman yang ilegal menurut hukum internasional.

Negara-negara Eropa dan pemerintahan Presiden AS sebelumnya, Joe Biden, telah menjatuhkan sanksi kepada para pemukim Israel yang melakukan kekerasan, namun di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump, Gedung Putih telah mencabut sanksi-sanksi tersebut.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus