Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Staf Google Gelar Aksi Duduk Memprotes Kontrak dengan Israel

Para pengunjuk rasa menekan Google untuk mengakhiri kontraknya dengan Amazon untuk proyek cloud dan pembelajaran mesin Israel.

17 April 2024 | 16.45 WIB

Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com
Perbesar
Para karyawan melakukan aksi duduk di kantor Google di New York untuk memprotes kerja sama raksasa teknologi tersebut dengan Israel. latimes.com

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Lusinan karyawan Google mengadakan aksi duduk pada Selasa di kantor raksasa teknologi di New York City dan Sunnyvale, California, Amerika Serikat untuk memprotes kerja sama perusahaan tersebut dengan Israel.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Kelompok karyawan Google bernama “No Tech For Apartheid,” berunjuk rasa menuntut Google dan Amazon “membatalkan kontrak Nimbus mereka dengan pemerintah & militer Israel.”

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Di Sunnyvale, California, pengunjuk rasa berjanji untuk bertahan sampai Google mengakhiri kontrak senilai US$1,2 miliar dengan Amazon, yang akan menyediakan layanan cloud dan pusat data ke Israel untuk proyek Nimbus.

Protes tersebut disiarkan langsung di saluran Twitch grup tersebut.

Para karyawan yang berpartisipasi dalam aksi duduk tersebut mengenakan kemeja bertuliskan "Jatuhkan Proyek Nimbus" dan sebuah spanduk digantung bertuliskan, "Tidak ada teknologi untuk genosida."

Para pengunjuk rasa duduk di kantor Kepala Eksekutif Google Cloud Thomas Kurian pada Selasa dan bertahan di sana selama sekitar 10 jam, menurut kelompok tersebut.

Mereka menuntut Google dan Amazon membatalkan Project Nimbus dan menghentikan "pelecehan, intimidasi, pembungkaman, dan sensor" terhadap pekerja Google yang berasal dari Palestina, Arab, dan Muslim yang telah menyatakan keprihatinannya mengenai pekerjaan perusahaan di Israel dan perang Gaza.

“Sebagai Insinyur Perangkat Lunak di Google Cloud, sungguh mengerikan membayangkan bahwa kode yang saya tulis dapat digunakan oleh Militer Israel dalam genosida pertama yang didukung AI,” kata insinyur perangkat lunak Google Cloud William (Billy) Van Der Laar dari Sunnyvale di sebuah pernyataan.

"Kami tidak datang ke Google untuk mengerjakan teknologi yang mematikan. Dengan terlibat dalam kontrak ini, kepemimpinan telah mengkhianati kepercayaan kami, Prinsip AI, dan kemanusiaan kami."

Google, yang berbasis di Mountain View, California, tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Google mengatakan kepada majalah Time tahun ini bahwa kontrak Nimbusnya adalah untuk beban kerja yang berkaitan dengan kementerian pemerintah Israel seperti keuangan, kesehatan, transportasi dan pendidikan.

“Pekerjaan kami tidak ditujukan pada beban kerja militer yang sangat sensitif atau rahasia yang relevan dengan senjata atau badan intelijen,” kata juru bicara Google kepada Time.

Pada Selasa malam, Google memerintahkan penangkapan sembilan pekerja di Sunnyvale dan New York, yang diberitahu bahwa akun dan kantor mereka akan dikunci dan diperkirakan tidak akan kembali bekerja sampai dihubungi oleh SDM.

Google bulan lalu memecat seorang pekerja yang memprotes pidato eksekutif puncak Google di Israel pada sebuah konferensi di New York.

Protes tersebut juga bertepatan dengan serangan Israel yang terus berlanjut di Jalur Gaza, yang sejak 7 Oktober lalu telah memakan hampir 34.000 jiwa warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak dan perempuan.

Proyek Nimbus

Nimbus mencakup sistem cloud dan pembelajaran mesin yang memungkinkan penyimpanan data, pengumpulan, analisis, identifikasi motif dan fitur dari data, serta prediksi potensi data dan motif.

Kontrak senilai US$1,2 miliar untuk proyek ini ditandatangani pada April 2021 antara Israel, Google, dan Amazon.

Israel mengumumkan pada April 2021 bahwa Google dan Amazon memenangkan tender negara secara besar-besaran, yang memungkinkan Israel untuk membangun pusat server penyimpanan cloud lokalnya.

Sistem ini dapat mengumpulkan semua sumber data yang disediakan oleh Israel dan militernya, termasuk database, sumber daya, dan bahkan sumber observasi langsung seperti kamera jalanan dan drone.

Kritikus berpendapat bahwa proyek ini dapat membantu Israel melanjutkan sistem penindasan, dominasi, dan segregasi terhadap rakyat Palestina yang merupakan apartheid.

Pekerja teknologi lainnya, termasuk di Amazon, telah menyuarakan keprihatinan tentang keterlibatan perusahaan mereka dalam Project Nimbus.

Protes di industri teknologi meningkat setelah pengeboman Israel di Jalur Gaza sebagai tanggapan terhadap serangan 7 Oktober terhadap Israel oleh militan pimpinan Hamas yang menewaskan sekitar 1.139 orang dan sekitar 240 orang disandera.

LA TIMES | ANADOLU

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus