Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Tekad prajurit tua

Perayaan ultah ke-10 rezim pinochet disambut dengan demonstrasi anti pemerintah dari dua kelompok koalisi. rezim militer belum tergoyah meski situasi ekonomi dan politik semakin krisis. (ln)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERINGATAN ulang tahun kesepuluh pemerintahan rezim Jenderal Augusto Pinochet Ugarte di Chili, pekan lalu, disemarakkan demonstrasi antipemerintah. Hanya beberapa jam setelah Pinochet mengucapkan pidatonya di istana kepresidenan, huru-hara pecah di sejumlah daerah pinggiran Ibukota Santiago. Massa melempari polisi dengan batu, membuat api, dan memblokir jalan-jalan utama. Petang harinya, keadaan tiba-tiba hening. Soalnya, sore itu, di stadion Santiago dilangsungkan pertandingan sepak bola antara kesebelasan Chili dan Uruguay. Setelah pertandingan usai, dengan tuan rumah keluar sebagai pemenang, massa kembali mengamuk. Sampai pagi mereka berarak, berteriak, dan memukuli cacerolazo -- panci khas Chili. Bertentangan dengan ramalan para pengamat, aksi protes menentang rezim Pinochet ternyata berkesinambungan. "Sudah tiba saatnya bagi semua partai, dari kiri sampai ke kanan, bekerja sama membangun alternatif demokratis terhadap rezim militer," ujar Gabriel Valdes Subercaseaux, pemimpin Partai Kristen Demokrat. Valdes baru saja keluar dari penjara, 12 Juli lalu. Sekarang, paling tidak, terdapat dua kelompok koalisi antipemerintah yang harus dihadapi Jenderal Pinochet. Yang pertama adalah Persatuan Demokratik, yang didukung kelompok Konservatif, Kristen Demokrat, Sosial Demokrat, dan Sosialis. Kelompok kedua gabungan dari Gerakan Demokrasi Rakyat, yang meliputi kaum komunis, sayap kiri Kristen, serta beberapa kelompok sempalan sosialis. Gelombang demonstrasi kelima, yang dimulai 8 September, kini makin mengarah pada pertarungan berdarah. Hingga awal pekan ini, lebih dari 60 penduduk sipil terbunuh, ratusan cedera, sekitar tiga ribu lainnya dijebloskan ke penjara. Pinochet, selain mengerahkan 18 ribu serdadu, menyambut para penentangnya dengan belantan, bom gas air mata, anjing pelacak, dan peluru. "Perang saudara mungkin segera berkobar," ujar seorang tokoh Persatuan Demokratik. Sepuluh tahun setelah menggulingkan Presiden Salvador Allende Gossens, Pinochet membawa Chili ke nasib yang tidak menentu. Utang negeri itu kini mencapai Rp 29 trilyun, inflasi 35%, produksi industri anjlok 50%, dan satu di antara tiga warga negara Chili tercatat sebagai penganggur. Produksi gandum merosot pada tahun-tahun terakhir. "Secara teoretis, negeri ini betul-betul bangkrut," ujar Gabriel Valdes. Golongan menengah, yang selama ini menjadi tulang punggung masyarakat Chili, juga kehilangan keseimbangan. Sekitar 70 ribu di antara mereka hengkang ke negeri lain. Sementara itu, tidak sedikit dokter, pengacara, ahli gigi, dan eksekutif bisnis mengecat mobil pribadinya menjadi hitam dan kuning -- warna taksi di Chili. Dalam beberapa bulan, jumlah taksi di negeri ini meningkat dari 12 ribu menjadi 40 ribu. Di luar jumlah korban yang tewas, cedera, dan terpenjara, sekitar tiga ribu warga negara dinyatakan desaparecidos -- hilang secara misterius. Dan di berbagai negeri, ada sekitar 70 ribu orang Chili berkeliaran sebagai buangan politik. Dalam kabinet baru yang dibentuknya, pertengahan Agustus lalu, Pinochet memang mulai mendudukkan tokoh sipil. Namun, menurut para tokoh oposisi, kekuasaan yang sesungguhnya tetap berada di tangan militer. Pinochet memang mengandalkan dukungan senjata, paling tidak sampai akhir masa jabatannya, 1989. Menurut seorang diplomat Eropa, "dengan gaji yang tinggi, hak-hak istimewa, dan anggaran belanja pertahanan yang terbesar dalam sejarah Chili, Pinochet telah membangun angkatan bersenjata yang taat sebagai kasta tersendiri." Kritik dan dalam tubuh angkatan bersenjata sendiri bukannya tak ada. KSAU Jenderal Fernando Matthei, satu di antara empat anggota junta, pernah mempertanyakan manfaat angkatan bersenjata yang demikian besar. Matthei sendiri membawahkan 15 ribu prajurit angkatan udara. Selain itu, ada juga laporan tentang ketidakpuasan 29 ribu anggota Angkatan Laut Chili. Tapi, dengan 53 ribu anggota angkatan darat yang kompak di belakang Pinochet, kedua angkatan tadi tak bisa berbuat apa-apa. Dalam pertemuan para jenderal Angkatan Darat Chili, Juli silam, belum terdengar suara sumbang ke alamat Pinochet. Sejak berkuasa, Pinochet melipatgandakan jumlah jenderal dari 25 menjadi 50. Ia kemudian menempatkan dinas rahasia angkatan laut, angkatan darat, dan angkatan udara di bawah komandonya. Kekuatan itu masih ditambah dengan 27 ribu polisi para militer. Dalam pidato kenegaraannya, pekan lalu, Pinochet sama sekali tidak memperlihatkan isyarat kompromistis. "Saya akan tetap menjadi kepala negara Chili hingga 1989," ujar jenderal berusia 68 tahun itu. Ia juga mengharapkan, "hendaknya para tokoh oposisi lebih realistis dalam menangapi proses transisi dari kelompok militer ke kelompok sipil." Ketegaran Pinochet memang terlihat dari caranya menghadapi protes. Ia tidak ragu-ragu menangkap 70 pastor dan biarawati yang berdemonstrasi di depan markas besar dinas rahasia nasional Chili. Demonstrasi menentang Pinochet juga meruyak ke luar Chili. Di Spanyol, sekitar 10 ribu demonstran menuntut pemulihan demokrasi di Chili dan diakhirinya penekanan, penculikan, penyiksaan, serta krisis ekonomi. Di London, sekitar lima ribu golongan kiri berkumpul untuk mengutuk Pinochet. Tapi sang jenderal tetap belum tergoyahkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus