Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Praseleksi yang dilonggarkan

Praseleksi akan dilaksanakan secara bertahap sampai 1987. ada 3 golongan lulusan SMTA. STTB dua tahun lalu akan diprioritaskan. rektor ITB Andi Hakim tetap akan menyeleksi sendiri mahasiswanya. (pdk)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SISWA-siswa SMTA boleh lega. Untuk sementar praseleksi belum menjadi kartu mati. Dalam pertemuan dengan Komisi IX DPR Kamis pekan lalu, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyatakan "untuk mengurangi efek psikologisnya, praseleksi akan dilaksanakan secara bertahap." Maksudnya, baru 1987 nanti akan benar-benar ada sebagian lulusan SMTA yang tak diberi kesempatan masuk perguruan tinggi program sarjana. Tapi perubahan memang tetap ada, mulai tahun depan. Sistem proyek perintis (PP) tetap ditiadakan. Tes masuk perguruan tinggi negeri akan dilaksanakan secara serentak, termasuk tes masuk program diploma dan penggolongan lulusan SMTA menjadi tiga golongan tetap akan dilaksanakan juga. Tahun 1984 sudah akan ada lulusan SMTA yang diundang masuk perguruan tinggi negeri tanpa tes. Ini untuk yang memiliki nilai rapor SMTA dan angka EBTA tinggi. Golongan kedua yang boleh ikut tes masuk. Dari golongan ketiga, tak boleh ikut tes. Golongan terakhir ini diragukan kemampuannya menyelesaikan kuliah dengan baik, meskipun lulus tes masuk perguruan tinggi. Cuma, untuk mengurangi "efek psikologis" tadi, golongan ketiga itu pun pada tes masuk perguruan tinggi 1984, 1985, dan 1986 masih diberi kesempatan ikut juga karena pertimbangan bahwa siswa SMTA yang menempuh EBTA waktu itu, tentunya, belum mempersiapkan diri nenghadapi praseleksi. Dengan demikian, baru angkatan siswa yang kini duduk di kelas III SMTP yang akan terkena sistem praseleksi sepenuhnya, untuk pertama kalinya. Yang baru juga pada tahun depan ialah EBTA SMTA tidak lagi diselenggarakan sekolah. Tapi diselenggarakan secara nasional untuk beberapa mata pelaiaran yang dianggap menentukan keberhasilan siswa menempuh pendidikan tinggi. Belum jelas mata pelajaran apa saja yang akan diujikan secara nasional itu. Tahun ini ujian negara untuk SMA memang sudah dilaksanakan. Tapi baru untuk mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila, Bahasa Indonesia dan Inggris, Biologi, dan Geografi. Yang jelas "dengan pengalaman selama ini kami akan mencoba agar Ebtanas itu tak akan bocor," janji Darji Darmodiharjo, Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah, sebelum berangkat naik haji dua pekan lalu. Ada beberapa hal dalam konsep baru ini yang lebih baik menurut pandangan tim penyusun konsep pelaksanaan praseleksi. Antara lain, lebih menjamin pemilihan calon mahasiswa "yang mempunyai kemampuan akademi," dan menjamin "asas pemerataan kesempatan belajar." Sidharto Pramoetadi, direktur Pembinaan Sarana Akademis, salah seorang anggota tim penyusun konsep praseleksi, memberikan contoh. Sistem proyek perintis, katanya, memungkinkan seorang pemegang ijazah SMTA ikut tes PP I, PP III dan PP IV. "Bahkan ada juga yang ikut tes program diploma," katanya kepada TEMPO, sehabis mendampingi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di DPR. Dan tak sedikit siswa yang ikut tes sana-sini itu ternyata diterima di semua tempat. "Ini 'kan merepotkan, dan jeleknya tak memberi kesempatan temannya untuk masuk universitas," tambahnya. Tapi berapa jumlah siswa yang begitu itu memang belum didata. Pramoetadi cuma mengatakan, banyak siswa yang diterima di program diploma dan pendidikan politeknik tak kunjung datang, padahal sudah dipanggil lima kali. Tidak berarti sistem praseleksi tidak mengundang masalah. Namun, Pramoetadi rupanya sudah siap dengan risikonya. Misalnya, bila nanti IKIP dan program diploma ternyata kekurangan peminat. "Biar saja. Ini sekalian untuk menunjukkan kepada masyarakat yang sering mengeluhkan mutu guru, tanpa mendorong anaknya sendiri menjadi guru," kata orang yang Rabu malam pekan lalu turut menyusun konsep pelaksanaan praseleksi. Toh, nanti tetap terbuka kemungkinan ada tes susulan bagi IKIP dan program diploma, bila ternyata peminatnya tak memenuhi daya tampung yang disediakan. Lalu, bagaimana dengan pemegang STTB SMTA tahun-tahun yang lewat? Akan ada seleksi khusus bagi mereka dengan mempertimbangkan nilai tes masuk dan usia STTB-nya. Menurut Pramoetadi, akan diprioritaskan STTB yang usianya paling lama dua tahun. "Ini memang harus diperhatikan," kata dosen ITB ini. "Tahun ini saja sekitar 25% yang diterima di perguruan tinggi adalah lulusan SMTA tahun-tahun lalu." Masih dipertanyakan tentang pemilihan siswa yang akan diterima tanpa tes, yang jumlahnya diperkirakan sekitar 10% dari daya tampung perguruan tinggi negeri. Bila memang praseleksi merupakan perpaduan PP I dengan PP II (TEMPO, 17 September), Andi Hakim Nasution, rektor IPB dan anggota panitia PP II, menggambarkan kerumitan yang bakal dialami panitia praseleksi. Kini, tutur Andi Hakim kepada TEMPO pekan lalu, PP II hanya menyeleksi sekitar 1.500 siswa yang diterima dari sekitar tujuh ribu yang mendaftar. Untuk itu saja, panitia PP II masih sering pusing, karena banyak nilai yang sama tinggi. "Bila begitu, siswa mana yang harus diambil, harus ada kriteria lain lagi," tuturnya. Selama ini panitia PP II menambahkan kriteria "aktivitas siswa." Kata Andi, "Saya tak ingin memilih siswa yang cuma baik dalam belajar, tapi pasif mengikuti kegiatan sekolah." Juga, latar belakang ekonomi siswa menjadi pertimbangan. Yang dipilih yang kurang mampu, "sebab yang mampu bisa saja ikut PP I," ujar rektor IPB itu menambahkan. Maka, tak terbayangkan bagi Andi Hakim, bila harus menyeleksi sekitar empat ribu siswa dari sekitar 400 ribu lulusan SMTA. "Jika banyak nilai seri, kriteria apa nanti yang bakal diterapkan?" tanyanya. Itu sebabnya, tahun depan IPB masih tetap akan menyeleksi sendiri calon mahasiswanya, belum mengikuti sistem praseleksi.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus