UNGKAPAN syukur dan puji-pujian berhamburan di Hotel Mandarin,
Singapura, Jumat malam pekan lalu. Ambal merah menutupi lantai
ruang perjamuan hotel berbintang lima itu. Bunga mawar dipajang
di atas 99 meja yan ditata rapi.
Setelah 16 September 1973, inilah untuk kedua kalinya ulang
tahun Perdana Menteri Lee Kuan Yew dirayakan di depan umum. Lee
tampil berseri-seri, didampingi istrinya dan Dr. Ee Peng Liang,
ketua panitia. Kuartet Julai Tan menyambut trio itu dengan lagu
Happy Birthday.
Tapi suasana riang gembira agak tertegun, ketika perdana menteri
yang telah memerintah 24 tahun itu muncul di podium dan
menyampaikan pidato 25 menit. Dengan suara yang agak bimbang,
pada akhir pidato itu Lee mengungkapkan hasratnya untuk "pada
suatu hari, ketika saya mencapai usia 70, bisa melihat Singapura
yang tumbuh subur, dengan perdana menteri yang lebih muda ... "
Di bawah Lee Kuan Yew, Singapura telah berkembang dari bandar
tropis yang semrawut menjadi negara-kota yang paling makmur,
bersih, dan aman, di dunia. Empat tahun lalu, tanpa
gembar-gembor, Singapura melampaui Yokohama sebagai pelabuhan
nomor tiga tersibuk di dunia, setelah Rotterdam dan Hamburg.
Laju pertumbuhan ekonomi, yang pada Januari lalu diperkirakan
Lee 4% untuk tahun ini, baru setengah tahun sudah mencapai 5,6%.
Beberapa tahun silam, Lee pernah menyatakan akan mundur sebelum
berusia 65 tahun, 1988 nanti. Tapi pada kesempatan yang sama ia
juga mengungkapkan keinginannya untuk melihat Singapura pada
1990 sebagai bangsa dengan kemampuan teknologi tinggi, dan
pelayanan terkomputerisasi terutama di bidang perbankan dan
komunikasi. Untuk itulah, agaknya, Lec melancarkan program
pendidikan yang agak unik.
Ia antara lain, tahun ini melancarkan program "mencari anak
berbakat" di antara setengah juta anak berusia SD di negeri
dengan 2,5 juta penduduk itu. Para istri yang berpendidikan
tinggi tiba-tiba dianjurkan beranak lebih banyak, untuk
mendapatkan otak-otak yang lebih cemerlang. Padahal, sebelumnya,
Lee mengimbau warga negaranya beranak tak lebih dari dua, tanpa
kecuali.
Bahkan pada malam ulang tahunnya barusan, diumumkan program
pengumpulan dana khusus untuk pendidikan. Dana itu bakal
digunakan untuk mendatangkan tenaga-tenaga asing nomor wahid
yang akan diminta mengajar di Universitas Nasional Singapura,
dan Institut Teknologi Nanyang Singapura.
Lee bukannya tidak menghadapi suara oposisi di negeri seluas
sekitar 580 km2 itu. Empat tahun lalu, pada pemilihan untuk
kursi parlemen, para pemimpln oposisi melalui televisi
pemerintah menyebut rezim Lee "tirani", "pengisap darah", dan
"diktator". Toh keesokan harinya, 76% pemilih memberikan suara
mereka kepada Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dipimpin Lee.
Dua tahun kemudian, sekitar 1.500 pamflet gelap muncul di tengah
perayaan Maulid Nabi Muhammad, di Stadion Nasional Singapura.
Konon diterbitkan oleh Organisasi Pembebasan Rakyat Singapura
(OPRS), pamflet itu mengimbau "kewajiban setiap muslim untuk
menegakkan kembali moralitas Islam". Empat 'tokoh' OPRS
ditangkap.
Beberapa nama memang pernah disebut-sebut sebagai calon
pengganti Lee. Lima yang paling berpeluang adalah Goh Chok Tong,
Tony Tan, Lim Chee Onn, S. Dhanabalan, dan Ong Teng Cheong.
Tapi, bulan lalu, salah seorang calon pengganti itu gugur. Lim
Chee Onn, yang berpendidikan Harvard, dalam pandangan Lee
rupanya dianggap kurang mampu memikul tugas perdana menteri di
masa depan.
Peluang paling besar tampaknya kini berada di tangan Goh Chok
Tong, 42 tahun, sarjana ekonomi keluaran Williams College, AS,
yang sekarang menjabat menteri pertahanan. Ayah dua anak ini
memulai kariernya di perusahaan pelayaran NOL, hingga ditunjuk
menjadi menteri negara, 1977. Sejak itu, karier Goh terus
meningkat.
Namun, sebagian pengamat tidak bisa mengabaikan kedua putra Lee
Kuan Yew, Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang. Hsien Loong, 31
tahun, kini kolonel, dan konon orang nomor tiga di angkatan
darat. Ketika Goh Chok Tong berkunjung ke Indonesia, bulan lalu,
Hsien Loong turut mendampingi.
Anak ini terkenal cerdas, pada usia 14 tahun sudah lancar
berbahasa Inggris dan Rusia, di samping Melayu dan Mandarin.
Minatnya juga luas, mulai main klarinet sampai fisika inti.
Hsien Yang, 25 tahun, mayor pada resimen lapis baja. Lee masih
memiliki anak perempuan, Lee Wei Ling, 28 tahun.
Bersama Ny. Lee, pengacara terkemuka Singapura yang memimpin
kantor pengacara Lee & Lee, ketiga anak itu selama ini jauh
dari publisitas. Tapi pada malam ulang tahun kemarin, Lee muda
yang masing-masing kolonel dan mayor hadir mendampingi sang
ayah. Agaknya bukan tanpa maksud.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini