Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Internasional

Ulang tahun ke 60 pesta menyongsong generasi kedua

Dia ingin mundur sebelum usia 65 tahun. beberapa calon pengganti termasuk putera-puteranya disebut juga. (ln)

24 September 1983 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

UNGKAPAN syukur dan puji-pujian berhamburan di Hotel Mandarin, Singapura, Jumat malam pekan lalu. Ambal merah menutupi lantai ruang perjamuan hotel berbintang lima itu. Bunga mawar dipajang di atas 99 meja yan ditata rapi. Setelah 16 September 1973, inilah untuk kedua kalinya ulang tahun Perdana Menteri Lee Kuan Yew dirayakan di depan umum. Lee tampil berseri-seri, didampingi istrinya dan Dr. Ee Peng Liang, ketua panitia. Kuartet Julai Tan menyambut trio itu dengan lagu Happy Birthday. Tapi suasana riang gembira agak tertegun, ketika perdana menteri yang telah memerintah 24 tahun itu muncul di podium dan menyampaikan pidato 25 menit. Dengan suara yang agak bimbang, pada akhir pidato itu Lee mengungkapkan hasratnya untuk "pada suatu hari, ketika saya mencapai usia 70, bisa melihat Singapura yang tumbuh subur, dengan perdana menteri yang lebih muda ... " Di bawah Lee Kuan Yew, Singapura telah berkembang dari bandar tropis yang semrawut menjadi negara-kota yang paling makmur, bersih, dan aman, di dunia. Empat tahun lalu, tanpa gembar-gembor, Singapura melampaui Yokohama sebagai pelabuhan nomor tiga tersibuk di dunia, setelah Rotterdam dan Hamburg. Laju pertumbuhan ekonomi, yang pada Januari lalu diperkirakan Lee 4% untuk tahun ini, baru setengah tahun sudah mencapai 5,6%. Beberapa tahun silam, Lee pernah menyatakan akan mundur sebelum berusia 65 tahun, 1988 nanti. Tapi pada kesempatan yang sama ia juga mengungkapkan keinginannya untuk melihat Singapura pada 1990 sebagai bangsa dengan kemampuan teknologi tinggi, dan pelayanan terkomputerisasi terutama di bidang perbankan dan komunikasi. Untuk itulah, agaknya, Lec melancarkan program pendidikan yang agak unik. Ia antara lain, tahun ini melancarkan program "mencari anak berbakat" di antara setengah juta anak berusia SD di negeri dengan 2,5 juta penduduk itu. Para istri yang berpendidikan tinggi tiba-tiba dianjurkan beranak lebih banyak, untuk mendapatkan otak-otak yang lebih cemerlang. Padahal, sebelumnya, Lee mengimbau warga negaranya beranak tak lebih dari dua, tanpa kecuali. Bahkan pada malam ulang tahunnya barusan, diumumkan program pengumpulan dana khusus untuk pendidikan. Dana itu bakal digunakan untuk mendatangkan tenaga-tenaga asing nomor wahid yang akan diminta mengajar di Universitas Nasional Singapura, dan Institut Teknologi Nanyang Singapura. Lee bukannya tidak menghadapi suara oposisi di negeri seluas sekitar 580 km2 itu. Empat tahun lalu, pada pemilihan untuk kursi parlemen, para pemimpln oposisi melalui televisi pemerintah menyebut rezim Lee "tirani", "pengisap darah", dan "diktator". Toh keesokan harinya, 76% pemilih memberikan suara mereka kepada Partai Aksi Rakyat (PAP) yang dipimpin Lee. Dua tahun kemudian, sekitar 1.500 pamflet gelap muncul di tengah perayaan Maulid Nabi Muhammad, di Stadion Nasional Singapura. Konon diterbitkan oleh Organisasi Pembebasan Rakyat Singapura (OPRS), pamflet itu mengimbau "kewajiban setiap muslim untuk menegakkan kembali moralitas Islam". Empat 'tokoh' OPRS ditangkap. Beberapa nama memang pernah disebut-sebut sebagai calon pengganti Lee. Lima yang paling berpeluang adalah Goh Chok Tong, Tony Tan, Lim Chee Onn, S. Dhanabalan, dan Ong Teng Cheong. Tapi, bulan lalu, salah seorang calon pengganti itu gugur. Lim Chee Onn, yang berpendidikan Harvard, dalam pandangan Lee rupanya dianggap kurang mampu memikul tugas perdana menteri di masa depan. Peluang paling besar tampaknya kini berada di tangan Goh Chok Tong, 42 tahun, sarjana ekonomi keluaran Williams College, AS, yang sekarang menjabat menteri pertahanan. Ayah dua anak ini memulai kariernya di perusahaan pelayaran NOL, hingga ditunjuk menjadi menteri negara, 1977. Sejak itu, karier Goh terus meningkat. Namun, sebagian pengamat tidak bisa mengabaikan kedua putra Lee Kuan Yew, Lee Hsien Loong dan Lee Hsien Yang. Hsien Loong, 31 tahun, kini kolonel, dan konon orang nomor tiga di angkatan darat. Ketika Goh Chok Tong berkunjung ke Indonesia, bulan lalu, Hsien Loong turut mendampingi. Anak ini terkenal cerdas, pada usia 14 tahun sudah lancar berbahasa Inggris dan Rusia, di samping Melayu dan Mandarin. Minatnya juga luas, mulai main klarinet sampai fisika inti. Hsien Yang, 25 tahun, mayor pada resimen lapis baja. Lee masih memiliki anak perempuan, Lee Wei Ling, 28 tahun. Bersama Ny. Lee, pengacara terkemuka Singapura yang memimpin kantor pengacara Lee & Lee, ketiga anak itu selama ini jauh dari publisitas. Tapi pada malam ulang tahun kemarin, Lee muda yang masing-masing kolonel dan mayor hadir mendampingi sang ayah. Agaknya bukan tanpa maksud.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus