Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Polisi Turki menahan sekitar 145 orang di seluruh negeri semalam yang dicurigai memiliki hubungan dengan Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dilarang, media pemerintah melaporkan pada Selasa, 3 Oktober 2023, dua hari setelah serangan bom di Ankara yang diklaim dilakukan oleh kelompok militan tersebut, demikian dilaporkan Reuters.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada Minggu, dua penyerang meledakkan bom di dekat gedung-gedung pemerintah di Ankara, menewaskan mereka berdua dan melukai dua petugas polisi. Kelompok militan terlarang Partai Pekerja Kurdistan (PKK) mengaku bertanggung jawab.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Turki kemudian melancarkan serangan udara terhadap sasaran-sasaran militan di Irak utara dan menahan para tersangka di Istanbul semalaman, beberapa jam setelah PKK menyatakan bertanggung jawab.
Operasi polisi terbaru dipusatkan di provinsi Sanliurfa, tenggara Turki.
Empat ratus enam puluh enam operasi telah dilakukan terhadap “unit intelijen” kelompok militan Kurdi PKK di seluruh negeri, kata Menteri Dalam Negeri Turki Ali Yerlikaya di platform media sosial X pada Selasa. Lima puluh lima tersangka telah ditahan di 16 provinsi, tambahnya.
Yerlikaya mengatakan, 928 orang ditangkap karena memiliki senjata ilegal, sementara 67 lainnya ditahan karena dicurigai memiliki hubungan dengan PKK. Sekitar 13.400 personel keamanan ambil bagian dalam operasi tersebut, dan lebih dari 1.000 senjata ilegal disita.
Sinem Koseoglu dari Al Jazeera mengatakan pasukan keamanan bertujuan untuk menahan sebanyak mungkin tersangka dalam operasi tersebut.
“Ini tidak berarti bahwa semua orang akan ditangkap. Ini baru penahanan pertama,” jelasnya, melaporkan dari Istanbul.
Koseoglu mengatakan cakupan operasi menunjukkan polisi semakin intensif mengumpulkan informasi terhadap tersangka PKK.
Dia menambahkan bahwa pusat penggerebekan pada Selasa adalah Sanliurfa, sebuah kota besar di tenggara yang berbatasan dengan Suriah.
Serangan Bom Ankara
PKK telah memimpin pemberontakan bersenjata selama puluhan tahun di Turki dan dianggap sebagai organisasi “teroris” oleh Amerika Serikat dan Uni Eropa.
Puluhan ribu orang telah tewas sejak dimulainya konflik pada 1984.
Pada Minggu, seorang pengebom bunuh diri meledakkan alat peledak di dekat pintu masuk Kementerian Dalam Negeri Turki, beberapa jam sebelum Presiden Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan berpidato di depan parlemen saat kembali dari reses musim panas.
Pria bersenjata kedua tewas dalam baku tembak dengan polisi. Dua petugas polisi terluka ringan dalam serangan itu.
Para tersangka tiba di lokasi kejadian dengan menggunakan kendaraan yang mereka sita dari seorang dokter hewan di kota Kayseri, Turki tengah, setelah menembak kepalanya, kata para pejabat.
PKK mengaku bertanggung jawab atas serangan itu, menurut situs berita yang dekat dengan kelompok tersebut, sementara pihak berwenang Turki mengidentifikasi salah satu penyerang sebagai anggota PKK.
Beberapa jam kemudian, pesawat-pesawat tempur Turki melakukan serangan terhadap situs-situs yang diduga milik PKK di Irak utara, yang merupakan basis kepemimpinan kelompok tersebut.
REUTERS | AL JAZEERA
Pilihan Editor: Hadiah Nobel Kedokteran 2023 untuk Penemu Vaksin Covid-19