Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta -Organisasi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan (UN Women) mengatakan berinvestasi kepada perempuan dapat meningkatkan produk domestik bruto (PDB).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Program UN Women Dwi Faiz menyampaikan hal tersebut saat konferensi pers menjelang Hari Perempuan Sedunia yang diadakan di kantor PBB di Jakarta Pusat pada Jumat, 1 Maret 2024.
“Ketika kita berinvestasi pada kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, benefit-nya tidak hanya diterima oleh perempuan, tapi juga diterima oleh masyarakat secara keseluruhan,” katanya.
Lebih dari 340 juta perempuan dan anak perempuan masih akan hidup dalam kemiskinan ekstrem pada 2030 dengan tingkat investasi yang ada saat ini, menurut data terbaru UN Women.
Organisasi tersebut mencatat bahwa kurangnya pendanaan untuk upaya-upaya kesetaraan gender menjadi salah satu tantangan utama dalam mencapai kesetaraan gender enam tahun mendatang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Badan itu mengestimasi butih biaya sebesar US$360 miliar atau sekitar Rp5,6 kuadriliun secara global.
Dwi mengatakan salah satu pendorong utama kesetaraan gender adalah partisipasi dan pemberdayaan perempuan dalam perekonomian. Sebab, partisipasi tinggi dari perempuan dalam ekonomi berdampak besar pada perekonomian negara.
Jika suatu negara berhasil meningkatkan partisipasi perempuan dalam angkatan kerja dan akses finansial mereka, maka PDB akan meningkat 20 persen, kata Dwi.
“Kita investasi saja pada perempuan, benefit-nya 20 persen,” ujarnya.
Selain perempuan sebagai tenaga kerja formal, kepala program UN Women itu membahas perempuan wirausaha, yang juga menyumbang kepada tingkat partisipasi angkatan kerja.
Hal ini dibahas mengingat sebanyak 64 persen dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia dikelola oleh perempuan, menurut data pemerintah.
Tetapi, Dwi mengatakan perempuan juga menghadapi kendala dalam kewirausahaan dalam bentuk akses finansial yang sulit hingga tantangan struktural seperti diskriminasi.
Selain terhambat uang, katanya, para perempuan pelaku UMKM juga sulit mengakses pasar yang lebih luas, misal jika ingin menjadi bagian dari rantai pasokan atau supply chain.
Tak luput, perwakilan UN Women itu juga menyinggung soal pekerja perawatan atau care worker, yang didominasi oleh perempuan. Care workers mencakup Pekerja Rumah Tangga (PRT), sopir, pekerja salon, suster untuk balita maupun lansia, dan lain-lain.
Menurut studi global, perempuan menghabiskan lebih banyak waktu dibandingkan laki-laki dalam melakukan care work tidak dibayar, yaitu sekitar 2,5 jam lebih lama.
“Kita membutuhkan investasi terutama untuk pekerjaan perawatan yang selama ini dilakukan lebih banyak oleh perempuan,” kata Dwi.
Dia menambahkan bahwa care work tak dibayar yang dilakukan oleh perempuan menjadi penyebab mengapa banyak perempuan enggan memasuki lapangan pekerjaan.
Meski sebagian besar care workers yang dibayar adalah perempuan, katanya, tetapi upahnya jauh lebih sedikit daripada mereka yang bekerja bukan sebagai care workers.
“Jadi bayangkan investasinya. Kalau kita berinvestasi untuk membuat care work sebagai decent work, maka naik lagi itu kontribusinya ke GDP,” ujar dia.
Hari Perempuan Sedunia tahun ini jatuh pada 8 Maret 2024, dengan tema “Berinvestasi pada perempuan: Mempercepat kemajuan”.
Pilihan Editor: Angka Fertilitas di Korea Selatan Terendah di Dunia
NABIILA AZZAHRA