Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Deputi Perdana Menteri Malaysia, Wan Azizah Wan Ismail, dan putrinya Nurul Izzah tidak akan melepaskan posisi mereka sebagai wakil rakyat untuk Anwar Ibrahim, yang juga suami dan ayah mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca:
Pertanyaan ini muncul setelah Anwar Ibrahim memenangkan kursi Presiden Partai Keadilan Rakyat untuk menggantikan istrinya Wan Azizah, yang menempati posisi itu sejak 2003 dan saat ini menjadi deputi PM.
Nurul Izzah mengatakan dia akan menyelesaikan tugasnya selama lima tahun sebagai wakil rakyat dari daerah Permatang Pauh.
“Permatang Pauh itu cinta abadi saya,” kata Nurul Izzah seperti dilansir Freemalaysia Today saat ditanya soal kemungkinan melepas posisinya di parlemen untuk ditempati ayahnya, yang digadang-gadang sebagai PM menggantikan Mahathir Mohamad.
Mantan Deputi Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim menemui Perdana Menteri Malaysia, Mahathir Mohamad setelah ia bebas dari hukuman, di National Palace, Kuala Lumpur, Malaysia, 16 Mei 2018. Department of Information/Krish Balakrishnan/Handout via REUTERS
“Jadi saya rasa saya akan berkomitmen dengan cinta abadi saya sehingga periode ini selesai,” kata dia di lobi Gedung Rakyat Malaysia.
Sebelumnya, Wan Azizah juga telah menyatakan tidak akan melepaskan posisinya di parlemen sebagai wakil rakyat dari daerah Pandan untuk Anwar Ibrahim.
Baca:
Wan Azizah juga memegang portofolio Menteri Pembangunan Wanita, Keluarga dan Masyarakat. Ini karena Anwar belum menentukan akan mengikuti pemilihan umum susulan dari daerah mana sehingga bisa menjadi anggota parlemen dan kemudian menjadi PM.
Menurut media Harian Metro, Anwar bisa kembali aktif berpolitik setelah mendapat pengampunan raja Malaysia ketika menjalani tahanan dalam kasus sodomi, yang dibantahnya. Anwar Ibrahim digadang-gadang menggantikan Mahathir Mohamad pada tahun ketiga pemerintahan Malaysia yang baru ini. PKR dan Partai Pribumi Bersatu Malaysia pimpinan Mahathir dan dua partai lainnya berkoalisi pada pemilu 9 Mei 2018 dan berhasil mengalahkan koalisi Barisan Nasional pimpinan Najib Razak, yang saat itu menjadi PM dan Presiden Umno.