Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Internasional

Reaksi Israel atas Kabar Wafatnya Paus Fransiskus

Di tengah banjirnya pesan belasungkawa atas wafatnya Paus Fransiskus dari seluruh dunia, respons Israel menjadi perhatian.

23 April 2025 | 12.00 WIB

Sekretaris negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin berdiri di dekat jenazah Paus Fransiskus selama ritual pernyataan kematian di kediaman Santa Marta di Vatikan, 22 April 2025. Dok. Media Vatikan
Perbesar
Sekretaris negara Vatikan, Kardinal Pietro Parolin berdiri di dekat jenazah Paus Fransiskus selama ritual pernyataan kematian di kediaman Santa Marta di Vatikan, 22 April 2025. Dok. Media Vatikan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

BERITA meninggalnya Paus Fransiskus pada Senin pagi, 21 April 2025, memicu gelombang emosi yang kontras di seluruh Israel, di mana para tokoh politik, komentator, dan pengguna media sosial mengungkapkan kritik dan perayaan. Sebagian besar wacana berpusat pada kecaman keras mendiang Paus terhadap Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung di Jalur Gaza, Middle East Eye melaporkan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Ironis bagi Israel, Paus Fransiskus meninggal dunia tak lama setelah menyampaikan pesan terakhir pada hari Minggu Paskah, yang mengecam "situasi kemanusiaan yang menyedihkan" akibat operasi militer Israel di Gaza. Ia menyatakan solidaritasnya terhadap penderitaan warga Israel dan Palestina, dan mendesak pihak-pihak yang bertikai untuk menghentikan permusuhan, membebaskan para sandera, dan memberikan bantuan kepada penduduk yang kelaparan dan merindukan perdamaian.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kecuali pernyataan Presiden Isaac Herzog, yang menyampaikan belasungkawa kepada komunitas Katolik dan menyatakan harapan bahwa warisan Paus akan menginspirasi kebaikan dan harapan bagi umat manusia, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu maupun Menteri Luar Negeri Gideon Sa'ar bungkam. Tak satu pun komentar publik atau unggahan di media sosial terkait meninggalnya Paus.

Pernyataan Kritis Paus terhadap Israel

Jerusalem Post melaporkan para pejabat Israel secara terbuka mengaitkan sikap diam ini dengan pernyataan kritis Paus Fransiskus tentang Israel dan konflik di Gaza. Selama setahun terakhir, Paus menggambarkan situasi di Gaza bukan sebagai perang tetapi sebagai "kekejaman".

Sepanjang konflik Gaza, Paus memang berulang kali mengutuk tindakan Israel, terutama menyoroti kematian anak-anak Palestina, yang menuai kecaman tajam dari para politisi Israel. Dia melakukan kontak telepon hampir setiap hari dengan komunitas Kristen Gaza, yang merasa nyaman dengan penjangkauan Paus.

Dalam bukunya yang terbit pada tahun 2024, Hope Never Disappoints: Pilgrims Toward a Better World, Paus Fransiskus secara kontroversial menyatakan bahwa serangan Israel ke Gaza bisa jadi merupakan genosida dan menyerukan penyelidikan atas tuduhan ini. Hal ini mendorong kementerian luar negeri Israel untuk memanggil diplomat tertinggi Vatikan pada bulan Desember, menyusul tuduhan "kekejaman" Israel di Gaza oleh Paus.

Meskipun demikian, beberapa suara dari Israel mengkritik keputusan untuk tetap diam, dengan menekankan bahwa Paus lebih dari sekadar tokoh politik.

Raphael Schutz, yang menjabat sebagai duta besar Israel untuk Vatikan hingga musim panas lalu, mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa kebungkaman tersebut adalah sebuah kesalahan. Dia mengakui bahwa pernyataan keras Paus pada saat itu membutuhkan bantahan diplomatik yang kuat. Namun, dia berpendapat bahwa sekarang, setelah kematian Paus, Israel harus menunjukkan rasa hormat kepada pemimpin spiritual yang dihormati oleh lebih dari satu miliar orang-hampir 20 persen dari populasi global.

Pesan Belasungkawa Dihapus

Pesan belasungkawa singkat diposting oleh Kementerian Luar Negeri Israel di platform media sosial termasuk Instagram, Facebook, dan X, yang menyatakan, "Beristirahatlah dengan tenang, Paus Fransiskus. Semoga kenangannya menjadi berkat." Namun, unggahan-unggahan tersebut dengan cepat dihapus, memicu keingintahuan dan menarik perhatian pada posisi Israel yang rentan.

Pemakaman Paus Fransiskus dijadwalkan pada Sabtu pagi, bertepatan dengan Sabat Yahudi. Masih belum dapat dipastikan apakah Israel akan mengirimkan perwakilan resmi, mengingat kritik-kritik Paus sebelumnya dan waktu pemakaman.

Schutz percaya bahwa Israel harus hadir meskipun ada tantangan. Dia memperingatkan bahwa ketidakhadiran akan terlihat mencolok, terutama ketika para pemimpin dunia berkumpul, dan dapat memperburuk rasa terisolasi Israel di tengah konflik yang sedang berlangsung. Langkah seperti itu, katanya, akan sangat disayangkan dan dapat meningkatkan ketegangan yang tidak perlu.

Pejabat Kementerian Luar Negeri mengatakan kepada The Jerusalem Post bahwa pesan belasungkawa tersebut diposting "karena kesalahan." Mereka menegaskan bahwa Israel telah menanggapi pernyataan Paus semasa hidupnya, tetapi tidak akan melakukannya setelah dia meninggal, dengan menekankan penghormatan terhadap perasaan para pengikut Paus.

Reaksi Beragam di Media Sosial

Kepergian Paus juga memicu reaksi keras di media sosial Israel, di mana banyak pengguna yang menyatakan kepuasan atas kepergiannya, mengutip sikap kritisnya terhadap Israel. Komentar-komentar yang muncul mulai dari menyebutnya "bajingan" dan "pembenci Yudaisme" hingga merayakan kematiannya.

Di bawah unggahan yang mengumumkan kematian Paus, para pengguna menulis komentar seperti "Syukurlah Paus telah meninggal," dan menuduhnya mempromosikan antisemitisme dan mendukung "Nazi Hamas." Beberapa bahkan mencapnya sebagai "pedofil" dan "bidah", yang mencerminkan permusuhan yang mendalam.

Terlepas dari reaksi keras, ada juga warga Israel yang berduka atas meninggalnya Paus. Presiden Isaac Herzog menyampaikan "belasungkawa terdalam kepada dunia Kristen dan khususnya komunitas Kristen di Israel-Tanah Suci-atas meninggalnya bapa rohani mereka yang agung, Yang Mulia Paus Fransiskus."

Herzog menyatakan harapannya agar doa-doa Paus untuk perdamaian di Timur Tengah dan kembalinya para sandera dengan selamat akan segera terwujud, dan berharap agar kenangannya dapat mengilhami kebaikan, persatuan, dan harapan.

Namun, pesan Herzog mendapat kecaman dari beberapa orang yang menolak warisan paus, menyebutnya sebagai "antisemit yang jahat." Pada saat yang sama, banyak orang lain yang mengutuk tanggapan yang tidak sopan tersebut, dan menekankan pentingnya toleransi beragama dan saling menghormati.

 

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus