Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Terhitung ada 1.889 kejadian bencana di Indonesia sepanjang 2024 per tanggal 4 Desember. Bencana alam yang mendominasi adalah bencana hidrometeorologi sebanyak 98,84 persen dan bencana geologi sebesar 1,16 persen. Bencana alam tersebut dengan urutan banjir, cuaca ekstrem, kebakaran hutan dan lahan, serta tanah longsor.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Periset Pusat Riset Kebencanaan Geologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Nuraini Rahma Hanifa menjelaskan situasi bencana di Indonesia. “Indonesia merupakan lokasi yang unik dan dapat dikatakan sebagai pusat bencana. Berbagai bencana terjadi di Indonesia, seperti gempa bumi, erupsi gunung berapi, tanah longsor, banjir, hingga tsunami,” ujar Rahma melalui keterangan tertulis, Selasa, 11 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ia mengatakan gempa bumi dapat dipelajari sumber dan karakteristiknya secara interdisipliner kolaboratif, yaitu geodesi, geofisika, geologi, geografi, teknik sipil, teknologi informasi, dan planologi. ”Hasil penelitiannya sudah menjadi produk acuan nasional sebagai Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia,” tutur Rahma.
Rahma mengatakan gempa merupakan gerakan tiba-tiba yang terjadi di dalam kerak atau lempeng bumi atau mantel bagian atas. ”Di Indonesia, gempa dapat terjadi di mana saja dan memiliki potensi menimbulkan kerusakan besar dalam waktu singkat. Banyak peristiwa gempa yang telah terjadi di Indonesia, sebagai contoh gempa dan tsunami Aceh (2004), gempa Palu (2018), dan gempa Cianjur (2022),” katanya.
Dengan banyaknya kejadian gempa di Indonesia, maka perlu dilakukan inovasi untuk mitigasi gempa. ”Pemasangan alat detektor tsunami, pembuatan protap evakuasi tsunami, hingga simulasi tanggap bencana telah dilakukan, sebagai contoh di daerah Lebak Selatan,” kata Rahma.
Ketika terjadi gempa, strategi penyelamatan diri dengan 3B atau Bersimpuh, Bertahan, Berlindung. "Tetap tenang, lindungi kepala, dan berdoa. Pada saat terjadi gempa, sebisa mungkin mencari perlindungan, bisa di bawah meja. Jika tidak ada meja, dapat bersimpuh, dan lindungi kepala," imbuhnya.
Menurut Rahma, penting membangun pendidikan tangguh bencana. Ada tiga pilar dalam membangun pendidikan tangguh bencana, terdiri dari fasilitas sekolah yang aman, manajemen bencana di sekolah, serta pendidikan pencegahan dan pengurangan risiko bencana.