Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

lingkungan

Catatan dan Tantangan untuk Ekowisata Satwa Liar yang Berkelanjutan di Indonesia

Webinar ini dihadiri oleh narasumber yang dipandang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekowisata satwa liar berkelanjutan di Asia.

14 September 2024 | 11.08 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Selain memberi perlindungan ekologis terhadap satwa liar dan keanekaragaman hayati lainnya, ekowisata satwa liar seharusnya bisa menjadi wahana untuk melibatkan dan meningkatkan pendapatan masyarakat lokal. Secara tidak langsung, kegiatan ekowisata yang berkelanjutan juga dapat memberikan eduksi lingkungan hidup, baik kepada pengunjung maupun masyarakat sekitar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Saat ini ekowisata satwa liar telah menjadi bagian dalam mendukung dan mengembangkan pembangunan berkelanjutan, di tengah semakin rusak dan kritisnya sumber daya hayati,” kata Dolly Priatna, Direktur Eksekutif Belantara Foundation--organisasi konservasi nirlaba global yang berbasis di Indonesia, dalam keterangan tertulis. 

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Dolly menyampaikan itu dalam webinar internasional yang dikemas melalui kegiatan Belantara Learning Series Episode 11 (BLS Eps.11) dengan tema “Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan: Pembelajaran dari Asia” pada Rabu, 11 September 2024. Secara luring, seminar itu diadakan di Ruang Rapat Lantai 3 Gedung Rektorat Universitas Pakuan di Bogor.

Kegiatan ini berkolaborasi dengan Indonesia Ecotourism Network (Indecon), Indonesia; Darrang College, Assam, India; Turtle Conservation and Research Programme, India; Borneo Eco Tours, Malaysia dan Department of Zoology Jahangirnagar University, Bangladesh. Belantara Foundation juga menggandeng lima universitas sebagai kolaborator: Universitas Pakuan, Universitas Riau, Universitas Andalas, Universitas Tanjungpura, dan Universitas Nusa Bangsa.

Dolly yang juga pengajar di Sekolah Pascasarjana Universitas Pakuan itu menyampaikan harapannya tentang pemahaman sesungguhnya tentang ekowisata satwa liar yang berkelanjutan. "Agar dapat memotivasi dan menumbuhkan inspirasi peserta akan pentingnya partisipasi aktif dalam mengembangkan ekowisata satwa liar berkelanjutan di kawasan Asia, khususnya di Indonesia," kata dia.  

Rektor Universitas Pakuan, Didik Notosudjono, menilai praktik ekowisata berkelanjutan di Indonesia telah menunjukkan perkembangan positif di beberapa wilayah. Namun, dia menambahkan, tantangan besar masih harus diatasi, terutama dalam hal pengawasan, infrastruktur, dan kesadaran. Pamerintah, menurutnya, antara lain masih perlu memperkuat regulasi dan meningkatkan pendidikan lingkungan. 

Selain juga memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat nyata bagi masyarakat lokal dan lingkungan secara jangka panjang. "Dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada tersebut, perguruan tinggi dapat berkontribusi," kata Didik menunjuk antara lain penelitian dan pengembangan, pendidikan dan pelatihan, kolaborasi dengan masyarakat lokal, inovasi teknologi, monitoring dan evaluasi, penyadaran publik dan kampanye.

Dalam webinar yang sama, Guru Besar Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB University, Hadi Sukadi Alikodra, menekankan pentingnya kolaborasi pada program ekowisata dan bioprospeksi hidupan liar untuk mendukung pembangunan berkelanjutan di Indonesia. Konsep yang ditawarkannya adalah menggabungkan peran akademisi, sektor bisnis, dan pemerintah (triple helix).

Webinar 'Ekowisata Satwa Liar Berkelanjutan: Pembelajaran dari Asia' yang diselenggarakan Belantara Foundation dari Universitas Pakuan, Bogor, Rabu, 11 September 2024. Foto: Belantara Foundation.
 
“Tentu saja butuh koordinasi yang baik, juga komitmen tinggi, dari berbagai pihak sesuai dengan tugas dan fungsi masing-masing,” ujar Hadi.

Sedangkan Pendiri dan Direktur Eksekutif Indecon, Ary S. Suhandi, juga mengatakan bahwa wisata satwa liar telah menjadi tren signifikan di tingkat global. Tren didorong oleh meningkatnya minat masyarakat terhadap alam, konservasi, dan wisata berkelanjutan.

Dia menyatakan ekowisata dapat dimanfaatkan untuk berkontribusi pada upaya pelestarian alam maupun budaya jika dikelola dengan baik dan benar. "Jika tidak, maka pariwisata juga memiliki resiko menimbulkan dampak negatif baik pada lingkungan maupun sosial budaya." katanya mengingatkan. 

Turut hadir memberikan sambutan pada Webinar Internasional – BLS Eps.11 adalah  Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno. Kegiatan ini juga dihadiri oleh narasumber yang dipandang memiliki keahlian dan pengalaman di bidang ekowisata satwa liar berkelanjutan. Mereka adalah Albert Chin Kion Teo dari Borneo Eco Tours, Malaysia; M. Monirul H. Khan dari Department of Zoology Jahangirnagar University, Banglades; dan Chittaranjan Baruah dari Darrang College, Assam, India. 

Setelah webinar, dilakukan penandatanganan kerja sama antara Universitas Pakuan dengan Darrang College, Assam, India. 

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus