Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Cegah Konflik Manusia dan Harimau, KLHK Gelar Patroli Hingga Sejahterakan Masyarakat

KLHK berusaha kurangi konflik manusia dan harimau, termasuk dengan peningkatan kesejahteraan masyakarat di sekitar habitat satwa liar itu.

28 Juli 2024 | 22.31 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melakukan kolaborasi dengan pemangku kepentingan untuk menekan interaksi negatif harimau sumatera (Panthera tigris sondaica) dengan masyarakat di sekitar habitatnya. Termasuk dengan mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakatnya..

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kepala Balai Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS) Ismanto mengatakan, pihaknya berkolaborasi dengan berbagai pihak untuk mendukung konservasi harimau Sumatra, termasuk bersama Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Selain patroli, pengamanan kawasan, kami juga melakukan sosialisasi sehingga melalui edukasi yang kami lakukan dengan masyarakat sekitar kawasan Taman Nasional Bukit Barisan Selatan itu kita mengubah mindset yang tadi negatif menjadi positif," kata Ismanto dalam peringatan Global Tiger Day 2024 di Jakarta, Ahad, 28 Juli 2024, seperti dilansir Antara, 

Salah satu fokus untuk menekan interaksi negatif atau konflik antara harimau dengan masyarakat sekitar adalah dengan meningkatkan kesejahteraan warga sekitar kawasan. "Dengan dicarikan mata pencaharian alternatif ekonomi bagi masyarakat kita berharap, masyarakat tidak berinteraksi negatif," kata Ismanto sembari menambahkan bahwa eduksi dilakukan untuk mendukung upaya menghentikan perburuan harimau.

Dalam kesempatan yang sama, Senior Management TWNC Ardi Bayu Firmansyah menyampaikan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak itu untuk mendukung peningkatan satwa harimau di wilayah TWNC. Merujuk survei pada 2012, diidentifikasi ada sekitar 24 harimau. Saat ini teridentifikasi lebih dari 50. 

"Untuk kepadatan di daerah inti kita, memang sangat padat di mana 6 ekor per 100 kilometer persegi. Itu terpadat di Asia Tenggara," kata Ardi. Dia berharap para pemangku kepentingan membantu menyelesaikan soal ini mengingat individu harimau perlu memiliki wilayah jelajah yang luas dengan persediaan makanan cukup.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus