Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Gara-gara pohon coolibah

Dalam aksi penghijauan, mahasiswa unpar di bandung menanam pohon coolibah yang berasal dari australia, tapi pemda melarangnya dan mencabutnya. (ling)

5 Januari 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PAGI itu iringan truk tentara membawa ratusan muda-mudi yang menyanyikan lagu gembira. Melalui jalan-jalan kota Bandung, mereka semula diduga sedang berdemonstrasi menentang NKK. Tapi ternyata mereka menggalakkan kampanye penghijauan, bahkan sekaligus mengangkut bibit pohon. Para calon mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) bersama senior mereka waktu itu mengalihkan program Masa Bimbingan ke aksi penghijauan. Kebetulan "tanaman di Kota Bandung mencapai titik kritis," demikian pengamatan mereka. Banyak pihak membantu kegiatan konstruktif mahasiswa ini dengan dana dan fasilitas. Bibit pohon mereka peroleh dari Jakarta dan PT Coolibah, sebuah perusahaan real estate di Cianjur. Perusahaan ini banyak menanam pohon coolibah (Eucalyptus bridgesiana R.T. Baker), yang diimpor dari Australia. Tinggi pohon coolibah mencapai 12 sampai 20 meter, dan dalam satu tahun ia bisa tumbuh setinggi 5 meter. Daunnya lebat dan rindang. Setiap tahun ia berbunga dan menyebarkan wangi semerbak. Karena itu peternak lebah sering menggunakannya. Penanaman bibit pohon berlangsung dalam suasana gembira. Menteri Negara PPLH, Emil Salim bahkan ikut turun ke lapangan. Dengan memakai kaus oblong sang menteri menanam pohon angsana di halaman Universitas Parahyangan. Para mahasiswa dalam sehari itu, 8 November, menanam sekitar 1000 pohon coolibah di sepanjang Bandung Bypass yang 5 km panjangnya. Selain itu sejumlah pohon angsana yang diperoleh dari Jakarta mereka tanam di Jl. Pajajaran dan Jl. Caringin. Semua lubang sedalam meter digali mahasiswa sendiri. Tapi Dinas Keindahan dan Kebersihan Kota Kotamadya Bandung (DK3) tidak begitu gembira. Seorang petugas DK3, bernama Yoseph, mengancam akan mencabut semua pohon coolibah yang sudah ditanam tadi. Dan memang keesokan harinya ternyata sebagian pohon coolibah dicabut, yang kemudian diganti dengan pohon angsana. "Karena jalur Bypass dalam rencana penghijauan kota tidak ditanami coolibah, melainkan angsana," ujar Yoseph. Dan menurut Kepala DK3, Jembar, "semua itu dilakukan atas perintah Sekwilda Tk. II." Para mahasiswa cukup kecewa. "Padahal DK3 dari semula sudah tahu bahwa jenis pohon yang kita miliki adalah jenis coolibah itu," ujar Tri Gustoro, Koordinator Bidang Umum, BKKM (Badan Koordinator Kegiatan Mahasiswa) Unpar. "Bahkan DK3 sendiri menganjurkan kepada kami untuk menghubungi PT Coolibah yang diketahui mempunyai bibit coolibah," sambung Amri Lubis, Sekjen BKKM itu. Dua hari kemudian delegasi mahasiswa diterima Pejabat Walikota drs. Mahbub Mesrie. Dalam pertemuan itu juga hadir Yoseph dan Jembar dari DK3 dan Sekretaris Kelompok 10, Bejo Rahardjo yang membawa surat dari Menteri Negara PPLH, Emil Salim. Tembusannya dikirim kepada Menteri Dalam Negeri dan kepada Gubernur Jawa Barat. Isinya menegur pejabat walikota agar segera menghentikan pencabutan coolibah yang ditanam mahasiswa. Akibatnya pencabutan dihentikan buat sementara. Usul mahasiswa untuk menjadikan pohon ini sebagai pohon lindung dalam rangka penghijauan kota Bandung akan dipertimbangkan oleh pejabat walikota. Kepada Hasan Syukur dari TEMPO pekan lalu, Mahbub Mesrie yang kini kembali menjabat Sekwilda setelah menyerahkan jabatan walikota kembali kepada Haji Husen Wangsaatmaja mengatakan: "Dulu juga prinsipnya kami tidak menolak, tapi tanaman coolibah itu bagi kami masih asing." Mahbub mengaku bahwa ia sendiri belum mengetahui bagaimana bentuk pohon itu kalau sudah besar. "Di Australia coolibah bisa tumbuh baik, tapi belum tentu dalam iklim Indonesia," sambungnya. DK3 sendiri sudah menanam pohon coolibah di beberapa tempat di Bandung. Juga pohon yang ditanam PT Coolibah sendiri dalam proyek real estate mereka ternyata tumbuh subur dan rindang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus