PAGI itu iringan truk tentara membawa ratusan muda-mudi yang
menyanyikan lagu gembira. Melalui jalan-jalan kota Bandung,
mereka semula diduga sedang berdemonstrasi menentang NKK. Tapi
ternyata mereka menggalakkan kampanye penghijauan, bahkan
sekaligus mengangkut bibit pohon.
Para calon mahasiswa Universitas Katolik Parahyangan (Unpar)
bersama senior mereka waktu itu mengalihkan program Masa
Bimbingan ke aksi penghijauan. Kebetulan "tanaman di Kota
Bandung mencapai titik kritis," demikian pengamatan mereka.
Banyak pihak membantu kegiatan konstruktif mahasiswa ini dengan
dana dan fasilitas. Bibit pohon mereka peroleh dari Jakarta dan
PT Coolibah, sebuah perusahaan real estate di Cianjur.
Perusahaan ini banyak menanam pohon coolibah (Eucalyptus
bridgesiana R.T. Baker), yang diimpor dari Australia. Tinggi
pohon coolibah mencapai 12 sampai 20 meter, dan dalam satu tahun
ia bisa tumbuh setinggi 5 meter. Daunnya lebat dan rindang.
Setiap tahun ia berbunga dan menyebarkan wangi semerbak. Karena
itu peternak lebah sering menggunakannya.
Penanaman bibit pohon berlangsung dalam suasana gembira. Menteri
Negara PPLH, Emil Salim bahkan ikut turun ke lapangan. Dengan
memakai kaus oblong sang menteri menanam pohon angsana di
halaman Universitas Parahyangan. Para mahasiswa dalam sehari
itu, 8 November, menanam sekitar 1000 pohon coolibah di
sepanjang Bandung Bypass yang 5 km panjangnya. Selain itu
sejumlah pohon angsana yang diperoleh dari Jakarta mereka tanam
di Jl. Pajajaran dan Jl. Caringin. Semua lubang sedalam meter
digali mahasiswa sendiri.
Tapi Dinas Keindahan dan Kebersihan Kota Kotamadya Bandung (DK3)
tidak begitu gembira. Seorang petugas DK3, bernama Yoseph,
mengancam akan mencabut semua pohon coolibah yang sudah ditanam
tadi. Dan memang keesokan harinya ternyata sebagian pohon
coolibah dicabut, yang kemudian diganti dengan pohon angsana.
"Karena jalur Bypass dalam rencana penghijauan kota tidak
ditanami coolibah, melainkan angsana," ujar Yoseph. Dan menurut
Kepala DK3, Jembar, "semua itu dilakukan atas perintah Sekwilda
Tk. II."
Para mahasiswa cukup kecewa. "Padahal DK3 dari semula sudah tahu
bahwa jenis pohon yang kita miliki adalah jenis coolibah itu,"
ujar Tri Gustoro, Koordinator Bidang Umum, BKKM (Badan
Koordinator Kegiatan Mahasiswa) Unpar. "Bahkan DK3 sendiri
menganjurkan kepada kami untuk menghubungi PT Coolibah yang
diketahui mempunyai bibit coolibah," sambung Amri Lubis, Sekjen
BKKM itu.
Dua hari kemudian delegasi mahasiswa diterima Pejabat Walikota
drs. Mahbub Mesrie. Dalam pertemuan itu juga hadir Yoseph dan
Jembar dari DK3 dan Sekretaris Kelompok 10, Bejo Rahardjo yang
membawa surat dari Menteri Negara PPLH, Emil Salim. Tembusannya
dikirim kepada Menteri Dalam Negeri dan kepada Gubernur Jawa
Barat. Isinya menegur pejabat walikota agar segera menghentikan
pencabutan coolibah yang ditanam mahasiswa. Akibatnya pencabutan
dihentikan buat sementara. Usul mahasiswa untuk menjadikan pohon
ini sebagai pohon lindung dalam rangka penghijauan kota Bandung
akan dipertimbangkan oleh pejabat walikota.
Kepada Hasan Syukur dari TEMPO pekan lalu, Mahbub Mesrie yang
kini kembali menjabat Sekwilda setelah menyerahkan jabatan
walikota kembali kepada Haji Husen Wangsaatmaja mengatakan:
"Dulu juga prinsipnya kami tidak menolak, tapi tanaman coolibah
itu bagi kami masih asing." Mahbub mengaku bahwa ia sendiri
belum mengetahui bagaimana bentuk pohon itu kalau sudah besar.
"Di Australia coolibah bisa tumbuh baik, tapi belum tentu dalam
iklim Indonesia," sambungnya.
DK3 sendiri sudah menanam pohon coolibah di beberapa tempat di
Bandung. Juga pohon yang ditanam PT Coolibah sendiri dalam
proyek real estate mereka ternyata tumbuh subur dan rindang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini