Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia telah memutakhirkan data SiPongi, sistem pemantauan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang dikelola. Berdasarkan data tersebut, luas indikatif karhutla per Desember 2023 menembus 1,16 juta hektare hampir setara dengan 18 kali lipat luas wilayah DKI Jakarta.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut Koran Tempo, data terbaru ini mencatat Kalimantan Selatan sebagai provinsi dengan kebakaran hutan terluas sepanjang 2023 mencapai 190,39 ribu hektare. Kalimantan Tengah, Papua Selatan, Sumatera Selatan, dan Kalimantan Barat secara berurutan menyusul dalam daftar lima provinsi penyumbang api paling luas.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebakaran hutan dapat mengancam nyawa makhluk hidup, baik manusia, hewan, maupun tumbuhan. Akibatnya, bencana ini perlu diantisipasi oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat dapat berkontribusi dalam program penyuluhan dan menjadi sukarelawan sebagai pemadam kebakaran. Sementara itu, pemerintah berperan sebagai pembuat kebijakan pencegahan, memberdayakan petugas pemadam kebakaran, dan meningkatkan pemantauan cuaca serta peringatan dini.
Adapun, langkah-langkah antisipasi karhutla yang dapat dilakukan masyarakat dan pemerintah sebagai berikut, yaitu:
Pencegahan Kegiatan Pembakaran
Pemerintah perlu mempunyai larangan yang tegas terkait membakar sampah atau melakukan aktivitas pembakaran di area hutan dan lahan kering.
Pemantauan Cuaca
Sistem pemantauan cuaca yang baik dapat membantu mengidentifikasi periode berisiko tinggi sehingga memerlukan peningkatan kewaspadaan di area hutan.
Penjangkauan dan Pendidikan Masyarakat
Menurut bpbd.jatimprov.go.id, mengedukasi masyarakat tentang bahaya kebakaran hutan serta langkah-langkah pencegahan menjadi langkah penting.
Penerapan Teknologi Drone
Salah satu kesulitan terbesar mencegah kebakaran hutan adalah minimnya akses untuk pemantauan secara efisien di dalam hutan. Melihat kondisi tersebut, dinas pemadam mulai menggunakan drone untuk mendeteksi kemunculan api sejak dini. Proyek ini sudah dimulai di Finlandia yang area hutan menutupi 75 persen wilayah negara.
“Drone bisa membantu kita menyediakan informasi secara cepat tentang bagaimana medan api bergerak dan seberapa tinggi atau panas api berkobar,” kata Professor Eija Honkavaara dari Institut Riset Geospasial Finlandia.
Selain kamera optik, drone juga bisa dilengkapi dengan sensor dan laser yang dapat menembus kabut asap di tengah kebakaran hutan.
Pengelolaan Hutan Ramah Iklim
Pakar lingkungan kini menyarankan untuk mendahulukan spesies pohon dan tanaman yang lebih tahan kering dalam reboisasi dan industrialisasi hutan agar meminimalkan risiko kebakaran
“Kita harus berpikir bahwa iklim di masa depan tidak lagi cocok untuk sebagian spesies yang tumbuh saat ini dan mulai menyiapkan rencana untuk menanggulanginya. Jika kita hanya menanam pohon dan lalu mengabaikannya, kita hanya membibit kebakaran hutan di masa depan,” kata Resco de Dios dari University of Lleida.
RACHEL FARAHDIBA R | AGOENG WIJAYA | TIM TEMPO.CO