Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Karhutla Meluas 13 Ribu Hektare di Kalimantan Barat, Berisiko Memicu Kabut Asap

BPBD Kalimantan Barat mengungkapkan areal seluas lebih 13 ribu hektare terbakar pada periode Januari-Agustus 2024. Mitigasi karhutla perlu diperkuat.

14 September 2024 | 19.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Kalimantan Barat mengungkapkan, pada periode 1 Januari sampai dengan 30 Agustus 2024, kebakaran hutan dan lahan atau karhutla telah menghanguskan areal seluas 13.057,7 hektare di 13 kabupaten/kota. Ketua Satuan Tugas Informasi BPBD Kalimantan Barat, Daniel, mengatakan kebakaran terjadi di berbagai jenis lahan, seperti gambut, tanah mineral, hutan, dan non-hutan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kebakaran ini berpotensi memperburuk kondisi lingkungan dan menambah ancaman kabut asap di wilayah tersebut," kata Daniel seperti dikutip dari Antara pada Sabtu, 14 September 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Karhutla terjadi hampir merata di 13 kabupaten/kota di Kalimantan Barat. Kabupaten Sambas menjadi wilayah paling luas terkena dampaknya, dengan luas area terbakar diperkirakan mencapai 1.984,52 hektare. Area terbakar paling luas berikutnya ada di wilayah Kabupaten Sanggau seluas 1.865,29 hektare; Kubu Raya 1.701,65 hektare; Ketapang mencatatkan 1.582,70 hektare; Kapuas Hulu 1.176,48 hektare; dan Landak 1.124,03 hektare. 

Kabupaten lain dengan area karhutla dengan luas kurang dari seribu hektare adalah Bengkayang 826,90 hektare; Sintang 799,02 hektare; Melawi 757,20 hektare; Kayong Utara 547,58 hektare; Mempawah 534,27 hektare; Sekadau 127,85 hektare; dan Kota Singkawang 30,18 hektare. "Sementara itu, Kota Pontianak masih bebas dari kebakaran lahan," kata Daniel.

Mencermati skala kebakaran yang cukup luas, BPBD Kalimantan Barat mendorong pemerintah daerah di 13 kabupaten/kota untuk lebih waspada terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan. Patroli darat di daerah rawan kebakaran, kata Daniel, perlu digencarkan guna mencegah meluasnya kebakaran.

Menurut Daniel, pemilik lahan juga harus berperan menjaga dan mengawasi wilayah mereka. Sejauh ini, kata dia, sebagian besar lahan yang terbakar merupakan "dlahan tidur" yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk bercocok tanam. "Karena kurangnya pengawasan, kebakaran lahan mudah terjadi," kata Daniel. "Kami mendorong para pemilik lahan untuk lebih bertanggung jawab. Jangan hanya membeli lahan, tapi tidak menjaganya."

BPBD Kalimantan Barat juga berharap agar pemerintah daerah segera memperkuat mitigasi bencana untuk meminimalisir dampak kabut asap yang diakibatkan oleh karhutla. BPBD di setiap kabupaten/kota, misalnya, perlu segera mengambil langkah mitigasi bencana. "Agar potensi kabut asap akibat karhutla dapat diminimalisir secepat mungkin, sehingga lahan yang terbakar tidak semakin meluas," kata Daniel.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus