Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kematian Empat Harimau Sumatera Bayangi Peringatan Global Tiger Day 2024

Yayasan Jejak Harimau menilai kematian empat Harimau Sumatera selama 2019-2024 membayangi peringatan Global Tiger Day 2024.

29 Juli 2024 | 12.35 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Petugas gabungan mengevakuasi seekor Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) di Nagari Binjai, Kecamatan Tigo Nagari, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Minggu, 4 Februari 2024. Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumatera Barat mengevakuasi seekor Harimau Sumatera berjenis kelamin betina, setelah masuk ke kandang jebak yang dipasang karena sebulan terakhir mendapatkan laporan hewan dilindungi itu memakan ternak warga. ANTARA/Iggoy el Fitra

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Yayasan Jejak Harimau menilai kematian tragis Harimau Sumatera membayangi peringatan Global Tiger Day 2024 yang diperingati tiap 29 Juli. Jejak Harimau mencatat ada 84 konflik Harimau Sumatera dengan masyarakat dengan 4 kasus kematian yang terjadi dalam rentang waktu 2019 hingga 2024.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Masih segar dalam ingatan, seekor Harimau Sumatera ditemukan mati terlilit sling jerat babi di area perkebunan warga di Jorong Tikalak, Nagari Tanjung,Beringin Selatan, Kecamatan Lubuk Sikaping, Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat, Selasa 16 Mei 2023," kata pendiri Yayasan Jejak Harimau Sumatera Andri Mardiansyah dalam keterangan tertulisnya, Senin, 29 Juli 2024

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Andri mengatakan, sepanjang 2019 hingga 2024 ada 4 konflik Harimau Sumatera yang berujung kepada kematian. Ada 2 kasus penyebab kematianya karena terjerat perangkap babi. "Kematian yang berulang kembali menjadi cerminan dari ancaman serius keberlangsungan hidup satwa yang menjadi salah satu puncak rantai makanan itu," ucapnya.

Harimau Sumatera, yang memiliki nama latin Panthera Tigris Sondaica, terikat dengan tradisi dan punya mitologi kuat di tengah masyarakat. Namun, kata Andri, hal itu belum mampu menjadi benteng untuk melindunginya dari ancaman perburuan dan semacamnya.

"Jika disebut harimau ini sudah menjadi salah satu bagian integral dari identitas budaya yang mencerminkan kekayaan tradisi dan nilai-nilai kearifan lokal, seharusnya kejadian serupa tidak terulang lagi. Dijaga betul agar tidak punah," tambah Andri. 

Menurut Andri, adanya dua pemaknaan terhadap Harimau Sumatera, yakni sebagai sosok yang disakralkan bahkan dianggap memiliki nilai atau dimensi spiritual dan sosok yang mengancam keselamatan, menjadi tantangan besar dalam konservasi harimau saat ini. 

Dengan tantangan itu, kata Andri, konservasi harimau tidak bisa hanya mengandalkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA). Butuh sinergi yang kuat seluruh masyarakat. "Pergerakan penyadartahuan, edukasi dan sebagainya harus lebih masif lagi. Tidak stop di acara seremonial saja," ujar Andri.

Peringatan Global Tiger Day alias Hari Harimau Sedunia pada 29 Juli harus dijadikan momentum refleksi soal pelestarian satwa liar ini secara keberlanjutan. "Ancaman nyata yang dihadapi Harimau Sumatera, termasuk perburuan liar, deforestasi, alih fungsi lahan dan apapun itu namanya yang dapat berujung pada hilangnya habitat alami, menjadi pekerjaan rumah besar kita bersama," ujar Andri.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus