Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Kembali Pada Cisadane Yang ...

Ada hama baru secara ganas menyerang padi varietas ir-64, bernama bacterial red strips (brs). sudah ke daerah jawa barat bagian utara. untuk menanggulanginya diganti dengan varietas cisadane.

8 Oktober 1988 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PENYAKIT yang bernama bakteri bergaris merah ini terbilang baru bagi pak tani. Momok ini senang mengganas pada varietas IR-64, yang juga suka ditanam mereka. "Bila penanggulangannya selalu terlambat, malah produksi beras bisa turun hingga 30%," kata Dr. Entang Ruchijat, Kepala Balai Proteksi Tanaman Pangan (BPTP) Jawa Barat dan DKI Jakarta. Cara si momok menyerang juga aneh. Mula-mula muncul bercak merah di helai daun. Setelah memanjang, bercaknya membentuk garis, hingga daun itu mengering, dan padi mati. Gejala aneh itu bukan saja memusingkan petani, malah si pembasmi hama di lapangan heran, karena belum tahu namanya. Tapi para ahli sepakat menamakannya Bacterial Red Strips (BRS). Bakteri bergaris merah ini -- yang di literatur belum disebut -- termasuk dalam keluarga Bacterial Leaf Streak dan Bacterial Leaf Bright. Dua yang belakangan ini masing-masing sudah ada pemusnahnya. Tapi karena pemusnah BRS belum ditemukan, Menteri Pertanian Wardoyo belum lama ini lalu mengimbau petani agar kembali menanam bibit Cisadane. Dan boleh yang lain, asal varietas unggul itu tahan hama. Tarap awal instruksi tersebut sudah melayang ke alamat petani di Sumatera Utara. Serangan itu sudah merambah ke manamana. Tahun silam muncul di Subang, Jawa Barat. Sekitar 50 ribu hektar dihantam BRS. Kemudian meluas, terutama memasuki kantung produksi padi di wilayah Jalur Pantura (Jatiluhur dan Pantai Utara) seperti ke Karawang, Bekasi, hingga Indramayu. Jawa Tengah ketularan pula: hampir 600 hektar terkena BRS. Dan diperkirakan terparah adalah yang dialami petani Batang, hingga menghancurkan areal panen mereka sekitar 100 hektar. Belum lagi di Jawa Timur dan Sum-Ut. Jadi, dihitung-hitung pukulan BRS itu lebih dahsyat bila dibandingkan dengan serangan wereng cokelat, tungro, dan tikus. Pemerintah lalu cepat-cepat menghabisi riwayat IR-64 -- karena tak ada penangkalnya -- lalu diganti dengan Cisadane. Imbauan dari Warodyo itu agaknya diklopkan dengan rekomendasi dari Dr. Untung Kasumbogo, Ketua Komisi Perlindungan Tanaman, medio September lalu. Komisi yang baru dibentuk pada awal September itu langsung bertanggung jawab kepada Menteri Pertanian. Mereka ditugasi melacak varietas padi yang aman hama dan penyakit. Kerja kilat kemudian dilakukan komisi yang beranggota 14 ahli di bidang pertanian itu, termasuk Prof. Sumarsono dari Institut Pertanian Bogor. Setelah mempertimbangkan berbagai jenis padi, maka varietas Cisadanelah dianggap yang paling cocok setelah dilihat sedikit diserang BRS. "Prioritas penanaman bibit Cisadane terutama di daerah yang paling berat diserang BRS, seperti di wilayah Pantai Utara," ujar doktor hama tumbuhan lulusan (1978) Michigan State University itu. Komisi yang diketuai Kasumbogo tersebut segera menjalin kerja sama dengan Balai Penelitian Pertanian Bogor untuk meneliti BRS, sembari mencari pengganti IR-64 yang paling sip. Dan untuk menghadapi musim tanam November-Desember nanti, Cisadane itulah dulu yang disarankan dan sebaiknya ditanam oleh petani. Hanya, Cisadane lebih lama dua minggu umurnya ketimbang IR-64, yang bisa dipanen setelah umur 120 hari. Tapi beras eks Cisadane tak kalah pulen-nya jika dibandingkan dengan beras dari IR-64. Dan menurut Kasumbogo, Cisadane juga pernah menjadi favorit petani. Yang dikhawatirkan pada Cisadane yaitu terulangnya bencana seperti 3 tahun silam: sasaran empuk diganyang wereng cokelat. Tapi, kata Kasumbogo, Cisadane itu sebenarnya tergolong tahan wereng. Cuma, karena populasi wereng tak terhitung jumlahnya, varietas ini bahkan disikat juga. Sementara itu, petani bahkan sering tergiur pada keampuhan bermacam-macam pestisida, hingga muncul wereng biotipe baru: wereng cokelat yang terbukti malah kebal pestisida. Gara-gara serampangan memakai pestisida untuk membasmi wereng cokelat, lalu muncul Inpres Nomor 3 pada November 1986. Isinya, 57 jenis pestisida dilarang dipakai untuk membasmi hama padi. Larangan dimaksud bahkan mendapat acungan jempol dari banyak negara di dunia, hingga Bank Dunia memberi penghargaan kepada pemerintah Indonesia, yang memang tegas membatasi penggunaan pestisida. Dengan disuruh kembali menanam Cisadane, apa serbuan wereng cokelat tak akan terulang? Menurut Kasumbogo, teknologi pengendalian hama wereng cokelat sudah dikuasai petani. Entang juga berpendapat demikian. "Teknologi kita dalam melawan hama lebih memungkinkan ketimbang menghadapi BRS," ujarnya pada Hedy Susanto dari TEMPO". Dalam pada itu, Kasumbogo tak lupa mengingatkan agar sistem pengendalian hama terpadu (PHT) dapat dilaksanakan secara benar dan tepat. Sistem tersebut juga tidak bergantung pada kekuatan pestisida memberantas hama, melainkan mengupayakan bergeraknya musuh alami (predator) hama itu. Sedangkan penyemprotan pestisida baru dilakukan bila keadaan benal-benar darurat. Misalnya, serumpun padi itu sudah dihinggapi lebih dari 20 wereng. "Yang terpenting dalam PHT itu adalah sistem monitoringnya. Kalau ini gagal, maka bisa terjadi lagi ledakan hama, hingga bakal sulit ditanggulangi kembali," tutur Kasum bogo. Sisi ini nampaknya memang masih lemah. Karena ada pengalaman tak enak, sewaktu rumpunan padi di Subang digasak BRS tempo hari, malah si petani baru melapor setelah sawah mereka hampir seluruhnya gundul. Dan soal lain adalah bibit Cisadane apa mencukupi kebutuhan petani? Belum lagi diperoleh dengan harga yang waar, karena tiba-tiba dibutuhkan kembali. Suhardjo Hs. & Aries Margono (Yogyakarta)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus