Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
SEPARUH dari gas karbon dioksida yang dilepaskan bahan bakar fosil selama 200-an tahun larut di laut. Dampaknya sudah berbekas: pH air laut turun 0,1 unit. Padahal, pH lautan sejak setengah juta tahun lalu konstan di angka 8,2.
Para peneliti di Australia menemukan, penurunan sedikit pH ini berdampak sangat buruk pada biota laut. Dalam pertemuan International Scientific Congress on Climate Change di University of Copenhagen bulan lalu mereka mengabarkan, gara-gara makin asam, foraminefera—makhluk laut sekecil amuba—tak bisa punya cangkang setebal biasanya. Cangkang hewan ini, dan hewan laut lainnya, saat ini 30-35 persen lebih ringan dibandingkan dengan pendahulunya yang hidup sebelum periode industri.
Itu kabar buruk. Mereka memperkirakan, pada 2100 pH laut akan turun hingga 0,35 unit dan makin banyak biota laut yang terpengaruh jika emisi CO2 tidak dikendalikan. Bagaimana emisi CO2 di darat mempengaruhi laut?
- Separuh dari gas karbon dioksida hasil pembakaran bahan bakar fosil selama 200 tahun diserap lautan.
- Gas karbon dioksida (CO2) yang terlarut di air (H2O) membentuk asam karbonat (H2CO3) yang menurunkan pH air laut dan menyebabkannya jadi lebih asam.
- Akibatnya, konsentrasi ion hidrogen di air naik. Akses hewan laut—seperti plankton, karang, dan moluska—pada ion karbonat berkurang. Padahal ion ini diperlukan hewan tersebut untuk membentuk bagian tubuh yang keras seperti cangkang.
Apakah pH
pH merupakan unit untuk menyatakan tingkat keasaman zat. Makin tinggi angkanya, kian alkalis (basa), makin rendah kian asam.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo