Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gempa sebesar 5,5 Magnitudo mengguncang wilayah Mataram, Lombok, Nusa Tenggara Barat selama 10 detik. Gempa tersebut membuat warga kaget dan trauma. Seperti diketahui masyarakat Lombok sempat mengalami gempa besar pada tahun 2018. Gempa Lombok pada 19 Agustus 2018 berkekuatan 7,0 Skala Richter (SR), yang menyebabkan kerusakan besar-besaran dan menelan korban jiwa. Gempa ini mencatatkan dirinya sebagai salah satu gempa paling parah dalam sejarah Pulau Lombok.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melaporkan bahwa gempa dengan kekuatan 7 SR ini memiliki pusat gempa di laut, sekitar 30 km timur laut Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), pada kedalaman 10 km. Kejadian ini terjadi pada Minggu, 19 Agustus 2018, pukul 21.56 WIB. Meskipun gempa tersebut tidak berpotensi tsunami, namun dampaknya cukup signifikan.
Mengutip dari Bnpb.go.id, Posko Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melakukan konfirmasi kepada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) untuk mengetahui dampak dari gempa tersebut. Guncangan gempa ini terasa keras di beberapa wilayah seperti Lombok Timur, Lombok Utara, Sumbawa Barat, Sumbawa Besar, Lombok Barat, dan Kota Mataram selama 5-10 detik. Sementara itu, di Bali, gempa ini juga terasa dengan intensitas sedang di beberapa daerah seperti Jembrana, Kota Denpasar, Karangasem, Badung, Gianyar, Bangli, Klungkung, dan Buleleng selama 5-10 detik. Bahkan, gempa ini juga dirasakan dengan intensitas ringan di sebagian wilayah Jawa Timur bagian timur dan Makassar.
Masyarakat di Lombok menjadi panik dan berhamburan keluar rumah. Beberapa di antaranya bahkan merasakan guncangan gempa yang lebih keras daripada sebelumnya. Mereka juga mendengar suara gemuruh yang diduga berasal dari longsoran di perbukitan dan Gunung Rinjani. Namun, dampak gempa tersebut belum dapat dipastikan karena listrik padam dan komunikasi terputus di Lombok Timur.
Kondisi listrik PLN padam di seluruh Lombok, sehingga menyulitkan mendapatkan informasi mengenai dampak gempa. Gubernur NTB menghimbau agar masyarakat tetap waspada dan tenang. Di sekitar Sembalun dan Sambelia Lombok Timur, masyarakat diminta untuk menjauhi perbukitan. Selain itu, masyarakat diimbau untuk menjauhi bangunan dan rumah yang tidak memenuhi standar keamanan. Aktivitas pendidikan juga diliburkan sementara waktu.
Gempa ini terasa paling keras di Lombok Timur yang berdekatan dengan pusat gempa. Dampak gempa yang lebih lanjut masih belum dapat dipastikan karena situasi listrik padam. Evakuasi warga yang terluka atau membutuhkan perawatan medis sedang dilakukan ke rumah sakit terdekat. Banyak bangunan yang roboh di Kecamatan Sambelia, dan masyarakat berkumpul di lapangan dan tempat aman lainnya.
Korban Jiwa
Menurut pernyataan Badan Penanggulangan Bencana Daerah Nusa Tenggara Barat pada Senin dini hari tanggal 6 Agustus 2018, jumlah korban meninggal dunia akibat gempa bumi berkekuatan 7,0 Skala Richter di Lombok Utara dan sekitarnya adalah 82 orang. Pernyataan ini menyebutkan bahwa Kabupaten Lombok Utara merupakan daerah terdampak paling parah, dengan jumlah korban meninggal dunia sebanyak 65 orang. Sementara itu, di Kabupaten Lombok Barat, terdapat sembilan korban meninggal dunia, di Kabupaten Lombok Tengah dua orang, di Kabupaten Lombok Timur juga dua orang, dan di Kota Mataram empat orang.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD NTB, Agung Pramuja, dalam keterangan tertulisnya yang diterima pada Senin dini hari, menegaskan bahwa korban meninggal dunia terbanyak tercatat di Kabupaten Lombok Utara, yang mengalami dampak paling parah dari gempa tersebut. Selain itu, daerah-daerah lain di sekitar Lombok juga mengalami kerugian jiwa yang cukup signifikan, menunjukkan tingkat keparahan bencana ini yang merata di wilayah tersebut.
SHARISYA KUSUMA RAHMANDA | YUDONO YANUAR
Pilihan Editor: Gempa Magnitudo 5,5 Guncang Mataram dan Sekitaranya, Warga Berhamburan Keluar Rumah
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini