Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta -Tanggal 22 April selalu diperingati sebagai Hari Bumi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dilansir dari laman earthday.org, penetapan ini ini dapat ditarik jauh ke belakang, yaitu pada tahun 1970.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Saat itu, perlindungan terhadap lingkungan belum menjadi prioritas agenda dalam kancah internasional. Kesadaran terhadap lingkungan baru dimulai pada saat Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan pada tahun 1972 di Stockholm.
Dilansir dari laman un.org, konferensi ini menandai awal kesadaran dunia internasional akan saling ketergantungan antara manusia dan alam, khususnya bumi sebagai tempat tinggal manusia. Dari sini, kemudian tanggal 5 Juni ditetapkan sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia dan PBB mulai memasukkan program lingkungan.
Semenjak itu, PBB terus mengadakan agenda-agenda hijau. Misalnya pada tahun 1992, PBB mengadakan agenda 21 yang berisi tentang rencana aksi komprehensif yang akan diambil secara internasional, nasional, dan lokal oleh PBB dan pemerintah setempat, serta organisasi yang bergerak di bidang lingkungan.
Agenda ini tertuang dalam Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan serta Pernyataan tentang prinsip-prinsip untuk Pengelolaan Hutan Berkelanjutan yang diadopsi oleh lebih dari 178 Negara pada KTT Bumi Rio de Jeneiro. KTT ini merupakan KTT pertama yang membahas tentang masalah utama soal Pembangunan Berkelanjutan oleh negara-negara anggota PBB.
KTT Rio de Jeneiro juga menjadi awal kesadaran akan pelestarian lingkungan tumbuh secara eksponensial. Banyak KTT yang memasukkan pembahasan tentang lingkungan, misalnya KTT Bumi di Johannesburg pada tahun 2002, wacana tahun 2008 sebagai hari Planet Bumi Sedunia, serta KTT Aksi Iklim 2019 dan COP25 yang kedunya berfokus pada realisasi Perjanjian Paris.
Hari Bumi dirayakan oleh PBB melalui inisiatif Harmony with Nature sebagai sebuah platform untuk pembangunan yang berkelanjutan secara global dengan cara melakukan dialog interaktif. Dialog tersebut membahas tentang metode promosi pendekatan yang holistik untuk melestarikan alam dan sharing tentang pengalaman masing-masing negara dalam menentukan kriteria dan indikator dalam mengukur pembangunan berkelanjutan yang selaras dengan alam.
NAUFAL RIDHWAN ALY