Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bogor - Hujan lebat disertai petir yang mengguyur Bogor, khususnya kawasan Puncak, menyebabkan Bendung Katulampa kembali berstatus Siaga untuk ancaman banjir di Kota Bogor hingga Jakarta. Ketinggian muka airnya merambat ke angka 50 sentimeter dengan debit air 35.876 liter perdetik atau Siaga 4.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
'Lolosnya' air Ciliwung dari kawasan Puncak sehingga Bendung Katulampa berstatus siaga itu menjadi pertanyaan kembali perihal fungsi dua Proyek Strategis Nasional yakni bendungan kering Ciawi dan Sukamahi. Keduanya, yang dikerjakan dan diresmikan di era Presiden Joko Widodo atau Jokowi, sejatinya menjadi pengendali di waktu penghujan agar Jakarta tidak banjir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Saat ini hujan di kawasan Puncak, merata hingga ke Cibinong," kata petugas Bendung Air Katulampa Andi Sudirman dalam keterangannya di Bogor pada Minggu, 6 April 2025. "Pada pukul 16.00 tadi tinggi muka air Katulampa Siaga 4."
Tingginya muka air di Katulampa saat hujan terjadi di kawasan hulu menyebabkan warga di hilir Ciliwung mempertanyakan fungsi bendungan kering atau Drydam Ciawi dan Sukamahi yang terletak di Kecamatan Megamendung. Sebelumnya, dua bendungan PSN yang memakan biaya senilai 1,3 triliun rupiah dan diresmikan 2024 itu diklaim bisa memarkir air Ciliwung sebelum sampai ke Bendung Katulampa.
"Setiap hujan lebat, air di Katulampa selalu tinggi. Kami mempertanyakan dua bendungan di atas nya, itu berfungsi atau tidak? Bukannya itu sudah beroperasi dan diresmikan oleh Jokowi saat itu," kata seorang Warga Kota Bogor, Heru Lesmono.
Sejak dua bulan lalu, atau saat mulai masuk musim hujan, Tempo sudah meminta konfirmasi ke UPB Ciawi dan Sukamahi. Bahkan, Tempo coba meminta konfirmasi kepada Kepala Balai Besar Wilayah Sungai atau BBWS Ciliwung Cisadane melalui bagian humasnya. Namun tidak ada yang bersedia melayani pertanyaan soal fungsi Bendungan Ciawi Sukamahi.
Presiden Jokowi bersama dua menteri dan dua gubernur saat meresmikan dua bendungan kering pertama di Indonesia, yakni Bendung Ciawi dan Sukamahi, Kabupaten Bogor, Jumat, 23 Desember 2022. TEMPO/M.A MURTADHO
"Ke kami juga banyak yang mempertanyakan, tapi kewenangan dan pengelolaan Bendungan Ciawi dan Sukamahi itu adanya di Dirjen Sumber Daya Air (Kementerian) PU," kata Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Bogor Ajat Rohmat Jatnika. "Nanti kami segera komunikasi dan berkoordinasi menyampaikan pertanyaan warga soal fungsi dua bendungan kering yang berada di wilayah Kabupaten Bogor itu," kata Ajat menambahkan.
Dalam keterangannya pada 7 Maret 2025, beberapa hari setelah banjir besar di Jabodetabek terutama Bekasi, Dirjen Sumber Daya Air Kementerian Pekerjaan Umum Lilik Retno Cahyadiningsih telah menyatakan kalau Bendungan Ciawi dan Sukamahi sudah berfungsi dan menunjukkan kinerjanya dalam pengendalian banjir.
Saat itu, menurut Lilik, Bendungan Ciawi telah menahan sebanyak dua juta meter kubik air Ciliwung dan Cimahi sebanyak 0,3 juta meter kubik. "Jadi sudah cukup besar yang kita tahan di sana," ujar dia dalam konferensi pers, dikutip dari Antara.
Lalu kenapa masih terjadi banjir besar pada awal Maret lalu? Menurut Lilik, karena hujan yang esktrem hingga di wilayah hilir. "Karena di bawahnya memang curah hujannya cukup ekstrem. Sangat ekstrem. Sampai 356 mm per hari."