Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lingkungan

Pangan Lokal untuk Ketahanan Iklim Masuk Kurikulum SMA dan SMK, Dimulai dari Daerah Ini

Penerapan mata ajar pangan lokal tersebut sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah mengantisipasi perubahan iklim yang akan terjadi di Indonesia.

23 Januari 2025 | 06.07 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Antisipasi Kemarau, Kementan Dorong Pengembangan Pangan Lokal.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Palembang - Pelaksana tugas Kepala Dinas Pendidikan Sumatera Selatan Awaluddin meluncurkan mata pelajaran Pangan Lokal masuk dalam Kurikulum Merdeka sebagai mata pelajaran muatan lokal. Kurikulum ini akan diuji coba untuk jenjang Sekolah Menengah Atas/Kejuruan atau SMA/SMK.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Kita mulai membekali anak-anak kita tentang pangan lokal untuk bekal perubahan iklim," kata Awaluddin kepada Tempo pada Rabu, 22 Januari 2025. Ditambahkannya, potensi pangan lokal di 17 kabupaten/kota yang ada di Sumatera Selatan sangat beragam.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sumatera Selatan, kata Awaluddin, termasuk daerah yang menjadi proyek pilot untuk penerapan mata ajar pangan lokal tersebut sebagai salah satu bentuk komitmen pemerintah mengantisipasi perubahan iklim yang akan terjadi di Indonesia. Bersama dengannya adalah Sulawesi Selatan dan Nusa Tenggara Timur.  

"Kalau berbicara perubahan iklim, semua akan berdampak, bukan hanya kabupaten tertentu," katanya, "Kita dorong implementasi kurikulum ini, agar bisa mengantisipasi dampak dari perubahan iklim di masa mendatang," kata Awaludin.

Awaluddin mengatakan, kegiatan ini bekerja sama dengan World Agroforestry atau ICRAF yang merupakan lembaga penelitian internasional berfokus pada pengelolaan hutan hujan tropis dan cagar alam. Nantinya, kata dia, Dinas Pendidikan Sumatera Selatan, ICRAF, dan Tim Pengembangan akan mengatur petunjuk dan teknis dalam pengembangan materi mata ajar Pangan Lokal.

"Semua akan kami petakan dalam juknis. Sebelumnya kan belum ada, maka ini akan kami kembangkan melalui tim untuk juknis kurikulum muatan lokal ini," kata dia sambil menambahkan akan adanya uji coba terlebih dahulu sebelum realisasikan ke seluruh SMA/SMK. "Akan menyasar ke seluruh 500 lebih SMA dan SMK negeri dan seribu lebih jika ditambah dengan swasta," kata dia.

Direktur ICRAF Andree Ekadinata mengatakan, proyek pilot dilakukan ICRAF bersama daerah dengan potensi pangan yang cukup besar. Tujuannya, siswa dapat memahami banyak sumber pangan di sekitar wilayahnya masing-masing, tidak melulu beras dan nasi.

"Kemudian, kita juga ingin generasi masa depan ini bisa punya ketahanan iklim, di mana saat terjadi perubahan iklim, mereka tahu bahwa ada sumber pangan lainnya yang bisa dikonsumsi," kata Andree.

CATATAN:
Artikel ini telah diubah pada Kamis, 23 Januari 2025, pukul 07.45 WIB. Koreksi dilakukan pada keterangan Kurikulum 2013, seharusnya Kurikulum Merdeka. Terima kasih.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus