Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Bandung - Seekor macan tutul jawa (Panthera pardus melas) dievakuasi dari daerah Serang, Banten, ke Bogor, Jawa Barat. Menurut Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Barat Agus Arianto, upaya penyelamatan jenis macan kumbang itu untuk menghindari konflik satwa itu dengan warga desa. “Tidak sampai terjadi kontak fisik manusia dengan macannya,” katanya kepada Tempo, Kamis 17 April 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Macan tutul betina itu menurut Agus, berusia sekitar tiga tahun. Bulunya cenderung gelap menutupi motif tutulnya. “Kalau pada manusia, macan tutul berbulu hitam itu albinonya, atau disebut macan kumbang,” ujarnya menerangkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Evakuasi ini berawal dari laporan warga tentang macan tutul yang memangsa hewan ternak seperti ayam dan domba di Desa Ciwarna, Kecamatan Mancak, Kabupaten Serang, pada Maret lalu. Petugas BBKSDA Jawa Barat dibantu pihak terkait kemudian mendatangi desa itu yang berbatasan dengan kawasan hutan dekat Cagar Alam Gunung Tukung Gede. Berdasarkan data di laman resmi BBKSDA Jawa Barat, cagar alam seluas 1.519,50 hektare itu memang menjadi habitat satwa macan tutul jawa, surili, babi hutan, elang bondol, lutung budeng, dan monyet ekor panjang.
Petugas dan warga berusaha menggiring macan tutul itu agar menjauhi permukiman. Upaya itu, menurut Agus, memakan waktu selama 22 hari, namun macan masih berkeliaran. Hingga akhirnya diputuskan untuk penyelamatan dengan cara memasang kandang jebak, dan berhasil. “Macannya berhasil diselamatkan, sekarang sedang dilakukan observasi,” katanya.
Evakuasi berlangsung pada 27 Maret 2025 kemudian pada hari berikutnya dibawa ke Pusat Penangkaran Macan Tutul Jawa Taman Safari Indonesia di Bogor. Menurut Agus, rencana pelepasliaran kembali macan tutul betina itu dan lokasinya menunggu hasil observasi.
Seiring dengan itu, data jumlah populasi macan tutul di kawasan Cagar Alam Gunung Tukung Gede tengah dimutakhirkan. Apa yang dilakukan di Gunung Tukung Gede menjadi bagian dari upaya Kementerian Kehutanan bersama beberapa mitra yang sedang melakukan survei pemutakhiran jumlah populasi dan penyebaran macan tutul di seluruh Pulau Jawa.
“Saat ini sudah berjalan kurang lebih 50-60 persen, kemungkinan tahun depan sudah bisa selesai kegiatannya,” kata Agus. Metode survei itu berdasarkan pembagian area (grid) termasuk memasang kamera jebakan di titik-titik tertentu yang kemungkinan dilintasi macan tutul.
Lokasi survei di wilayah Jawa Barat dan Banten, misalnya, mencakup kawasan konservasi seperti di Gunung Papandayan juga Gunung Sawal di Ciamis yang merupakan habitat macan tutul jawa. Di wilayah kerjanya yang meliputi Jawa Barat dan Banten, kata Agus, terdapat 50 kawasan konservasi yang dikelola pemerintah dengan luas total sekitar 83 ribu hektare.