Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Paus orca yang terdampar di Sungai Seine, Prancis, akan disuntik mati setelah secara medis terbukti sedang sakit parah. Opsi mengembalikannya ke laut telah dicoret karena tak berhasil dilakukan. "Dan demi mencegah menambah stres pada hewan ini, keputusan yang diambil adalah menghentikan intervensi," kata pemerintahan setempat dikutip dari Reuters pada Senin, 30 Mei 2022.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Paus orca, atau biasa disebut pula paus pembunuh, sepanjang 4 meter itu tersesat ke Sungai Seine sejak 16 Mei lalu. Paus jantan itu pertama kali terlihat di antara pelabuhan Le Havre dan kota Honfleur di Normandia sebelum kemudian berenang ke arah hulu hingga sampai di Kota Rouen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pemerintah lokal mengadakan rapat dengan para ahli mamalia laut nasional maupun internasional untuk upaya mengembalikannya ke laut. Yang sudah ditempuh, antara lain, menggunakan drone yang mengeluarkan suara kawanan paus orca dengan maksud memandu kembali ke laut. Sayangnya, upaya ini gagal.
Menurut otoritas maritim wilayah Seine, paus tersesat itu tidak dapat menanggapi stimulus suara dengan baik. Hasil rekaman suara balik justru menunjukkan paus dalam kondisi stres. Para ilmuwan mempelajari data yang dihasilkan upaya penyelamatan dan mengambil kesimpulan, paus menderita mucormycosis, atau penyakit jamur hitam.
Penyakit ini biasa ditemukan pada paus di Amerika Utara, dan sebelumnya tak ditemukan di Eropa. Hasil penelitian terhadap paus orca itu menunjukkan penyakit bisa menyebar ke jantung, paru-paru dan otak.
Penyakit yang sudah menyebar ini juga menjawab respons ganjil paus terhadap stimulus suara saat upaya penyelamatan. Ilmuwan juga melihat penyakit sudah menyebar dalam tahap lanjutan sehingga paus itu sangat menderita. Melihat kondisi mamalia tersebut, para ahli menilai solusi yang paling mungkin adalah eutanasia agar paus itu tidak sakit lagi.
"Dalam kondisi seperti ini, kelompok ahli sepakat dengan suara bulat bahwa satu-satunya cara yang paling mungkin adalah dengan eutanasia supaya mengakhiri penderitaan paus ini. Juga, untuk analisis mendalam penyakitnya," kata otoritas tersebut.