Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Potensi pergerakan Sesar Lembang bisa membuat seluruh warga Bandung terdampak. Tingkat ancaman dari sesar atau patahan di utara Bandung itu, menurut peneliti dari Pusat Riset Geoteknologi di Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) Eko Yulianto, cukup besar. “Umumnya gempa di darat efeknya menjadi sangat luar biasa karena pusat gempanya dangkal,” kata dia di acara seminar Tanggap Bencana gelaran Keluarga Mahasiswa Pencinta Alam di Institut Teknologi Bandung (ITB), Sabtu, 11 Mei 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Namun begitu, tingkat risiko bencana dari potensi gempa Sesar Lembang belum bisa dihitung. Alasannya karena meskipun sarana dan prasarana bakal terdampak, namun kapasitas kekuatannya belum diketahui. “Sehingga kita belum bisa menghitung risiko korban jiwa dan risiko kerugian,” ujarnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari hasil penelitiannya di sekitar garis patahan, sampai kedalaman 4,5 meter tanah ditemukan empat kejadian gempa yang berkaitan dengan Sesar Lembang, di antaranya terjadi 500 dan 2000 tahun lalu dengan kekuatan bermagnitudo 6,6 hingga 6,8. Dua kejadian gempa lainnya bisa teridentifikasi jejaknya, namun tidak bisa dihitung berapa besarannya.
Kemudian pada kurun 2011-2013 Eko bersama kolega peneliti dari Institut Teknologi Bandung dan Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG), mendapatkan data sembilan kali gempa yang terekam. Sebagian besar skalanya kecil, kurang dari magnitudo 2,0 sehingga tidak terasa. Namun, ada kejadian gempa Sesar Lembang yang bermagnitudo 3,3 hingga merusak 385 rumah di Kampung Muril.
Upaya mitigasi gempa, menurut Eko, seperti relokasi bangunan yang dekat dengan sumber gempa dari garis sesar agar menjauh. Melihat kasus di Jepang, rumah warga dengan konstruksi tahan gempa bisa tetap berdiri walau jarak sumber gempanya dua meter. Namun begitu, keadaan perabot di dalam rumah berantakan.
Beberapa cara lain jika warga belum sanggup membuat rumahnya tahan gempa secara menyeluruh, bisa ditambahkan kolom atau tiang diagonal. “Bisa juga satu kamar atau sebuah perabot yang dikuatkan untuk melindungi diri,” kata Eko.
Pengalaman Eko ketika tinggal di Jepang pada 2001-2005, ia dan istrinya mengalami guncangan gempa bermagnitudo 7,9. Mereka tinggal di gedung hunian lantai 10 ketika terjadi lindu sekitar pukul 01.00 waktu setempat. Piring-piring berjatuhan. Sementara di sebuah kamar telah disiapkan sebuah meja berukuran 1x1 meter yang diperkuat siku-sikunya dengan bahan baja di semua sisinya. Eko dan istrinya berlindung di bawah meja itu.
Menurut Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda Badan Penanggulangan Bencana Daerah Jawa Barat Budi Budiman Wahyu, rumah yang hancur saat gempa di Garut beberapa waktu lalu, misalnya, karena konstruksi rumah yang lemah. “Hanya silang bata saja tidak ada perkuatan konstruksi dan sebagainya,” kata dia. Selain Sesar Lembang, potensi gempa merusak lain di Bandung yaitu dari perairan selatan Jawa Barat.
Pilihan Editor: Catat, Jadwal Pengumuman Hasil UTBK SNBT 2024