Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Satu hal yang membuat kecewa BJ Habibie adalah kegagalan pesawat N250 ciptaannya bisa diproduksi massal. Pesawat turboprop dengan teknologi fly by wire ini dirancangnya pada 1990-an setelah memimpin IPTN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pada Agustus 1996, kami berhasil menerbangkan prototipe N-250 Gatotkaca di Bandara Husein Sastranegara, Bandung," kata Habibie dalam Majalah Tempo edisi 28 Mei 2012.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Pesawat ini adalah pesawat pertama di kelasnya—subsonic speed—yang menggunakan teknologi fly by wire (seluruh gerakannya dikendalikan dengan komputerisasi). Pada saat itu, N-250 merupakan pesawat ketiga yang menerapkan teknologi ini, selain Airbus A-340 dan Boeing 767. Tapi dua pesawat itu adalah pesawat penumpang jet berkapasitas besar. Kelahiran N-250 Gatotkaca sukses besar dan dipuji dunia," kata Habibie.
Namun cerita berakhir lain. Ketika krisis moneter menghantam Indonesia pada 1997, IMF mau membantu pemerintah dengan pinjaman US$ 5 juta dengan salah satu syarat menghentikan subsidi pada IPTN.
Akibatnya, proyek N250 berhenti di tengah jalan. "Artinya, pemerintah tidak lagi membantu IPTN menyelesaikan turboprop N-250. Padahal pesawat itu sedang dalam proses akhir uji terbang untuk mendapatkan sertifikasi layak terbang nasional dan internasional dari Federation Aviation Agency Amerika dan sertifikasi layak terbang dari Joint Airworthiness Agency Eropa," kata Habibie yang tangan dan mulutnya bergetar saat menceritakan hal itu.
"Mereka menghancurkan semua yang sudah saya bangun. Ini kriminal kepada saya," kata BJ Habibie.