Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Lingkungan

Semakin Sering, Ikan Hiu Paus Masuk Jaring Nelayan di Lampung

Hiu paus adalah jenis ikan terbesar di dunia. Paling banyak dan sering masuk jaring di tahun ini dan di bulan ini. Kenapa?

27 November 2021 | 01.56 WIB

Nelayan payang di pesisir laut di Sukaraja, Bandar Lampung, sedang melepaskan ikan hiu paus (Rhincodon typus) yang masuk dan terjaring jala, Kamis 25 November 2021. (ANTARA/Dian Hadiyatna)
Perbesar
Nelayan payang di pesisir laut di Sukaraja, Bandar Lampung, sedang melepaskan ikan hiu paus (Rhincodon typus) yang masuk dan terjaring jala, Kamis 25 November 2021. (ANTARA/Dian Hadiyatna)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Bandar Lampung - Setiap tahun selalu ada kejadian ikan hiu paus terjerat atau masuk jaring nelayan di Sukaraja, Lampung. Belakangan kejadiannya dirasa semakin sering. “Paling banyak dan sering di tahun ini dan di bulan ini," kata Ketua Nelayan Sukaraja, Muryadi, pada Kamis lalu, 25 November 2021.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Nelayan di Sukaraja dikenal sebagai nelayan payang. Nama payang berasal dari alat yang digunakan berupa pukat kantong untuk menangkap gerombolan ikan permukaan. Menurut Muryadi, ikan hiu paus ukuran cukup besar kerap ikut masuk payang itu. Dalam sepekan ini, misalnya, dia menghitung sudah lebih dari lima kali.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

"Ini saja sudah ketiga kalinya ketika nelayan menarik payang, ikan hiu paus juga ikut terjaring," kata dia sambal menambahkan ikan skandar—sebutan masyarakat setempat—selalu dilepas kembali.

Ikan hiu paus yang masuk payang terpaksa harus ikut ditarik sampai ke pantai untuk kemudian bersama-sama dikeluarkan dan digiring kembali ke tengah laut. “Tapi kalau hanya nyangkut jaring bisa langsung dilepaskan di tengah laut.”

Juru bicara Seksi Konservasi Wilayah III Lampung, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Bengkulu, Irhamuddin, menyebut beberapa kemungkinan ikan hiu paus (Rhincodon typus) bolak-balik masuk jaring nelayan. Di antaranya, kawanan ikan hiu paus sedang mencari makan sampai ke laut dangkal.

Atau, hiu paus menghindari penurunan suhu di habitatnya dan naik ke pemukaan untuk suhu yang lebih hangat. “Selain itu, bisa jadi juga hiu-hiu ini sedang melakukan migrasi dengan kelompoknya tapi kemudian hilang navigasi dan terpisah dari kawanannya,” kata Irhamuddin.

Irhamuddin mengakui tak memiliki data mengenai peta sebaran populasi jenis ikan yang termasuk dilindungi tersebut. Dia mengatakan belum ada penelitian dan data di perairan Lampung dan sekitarnya. “Kami belum tahu soal apakah ini habitat mereka atau bukan, tapi bisa jadi ini adalah imigran dari satuan hiu-hiu paus untuk berpindah tempat," kata dia.

Penyelamatan hiu paus yang terjerat jaring ikan nelayan di Desa Ketapang Raya, Lombok Timur (17/6)

Irhamuddin pun mengimbau masyarakat untuk tidak menyakiti setiap ikan hiu paus yang terjaring. Alasannya, termasuk satwa dilindungi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 18 Tahun 2013. "Ya tadi sempat anak-anak menaiki punggung ikan, itu sangat berbahaya tidak saja bagi anak-anak itu tapi juga hiu paus,” katanya.

Mengutip keterangan dari laman Kementerian KKP, hiu paus telah sejak 2000 lalu masuk daftar merah untuk spesies terancam oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) dengan status rentan (vulnerable). Artinya populasinya diperkirakan sudah mengalami penurunan sebanyak 20-50% dalam 10 tahun atau tiga generasi.

Kemudian pada 2002, hiu paus akhirnya dimasukkan dalam apendiks II Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (CITES), yang artinya perdagangan internasional untuk komoditas ini harus melalui aturan yang menjamin pemanfaatannya tidak akan mengancam kelestariannya di alam.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus