Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Memasuki awal November, ancaman cuaca ekstrem kembali terjadi. Menurut Peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer, BRIN, Erma Yulihastin, potensi cuaca ekstrem itu akibat dinamika pembentukan badai vorteks atau pusaran angin di Samudera Hindia dekat Sumatera.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Dari hasil pemantauan lewat data satelit awan Himawari, hari ini, Kamis 3 November 2022, terjadi pembentukan badai vorteks yang telah masuk dalam kategori depresi tropis atau bibit siklon tropis di Samudera Hindia dekat Sumatera bagian tengah. Bibit siklon itu mendapat penamaan 93S.
Kondisi itu diperkuat data dari Decision Support System untuk mengetahui potensi musim di Indonesia yang dikembangkan Pusat Riset Iklim dan Atmosfer-BRIN. “Selama periode dasarian pertama November, terdapat potensi pembentukan badai vorteks di Samudera Hindia dekat Sumatra,” ujarnya, Kamis, 3 November 2022.
Efek dari bibit siklon tropis 93S ini, menurut Erma, dapat menimbulkan cuaca ekstrem di sejumlah wilayah di Sumatera dan Jawa. Cuaca ekstrem dapat ditunjukkan melalui hujan yang turun dengan intensitas sedang hingga ekstrem secara sporadis--berlangsung singkat atau kurang dari satu jam namun berintensitas tinggi. Atau, hujan persisten yang lebih dari enam jam dengan intensitas ringan hingga ekstrem.
Potensi cuaca ekstrem lain berupa angin kencang mengancam sejumlah wilayah di Sumatera, khususnya Sumatera bagian utara. "Hujan ekstrem disertai angin kencang berpotensi terjadi di wilayah tersebut karena pembentukan badai berpola garis-garis hujan yang pada awalnya terbentuk di sepanjang pesisir barat Sumatera dari Aceh hingga Bengkulu," kata Erma menuturkan.
Potensi Cuaca Ekstrem sampai ke Malaysia
Badai squall line yang terbentuk di Sumatera bagian utara itu bahkan berpotensi terus menjalar menuju timur laut hingga mencapai Selat Malaka. Saat itu, Erma menambahkan, potensi hujan ekstrem dan angin kencang di sejumlah wilayah di Malaysia. Kondisi ini dapat bertahan hingga beberapa hari karena dipengaruhi oleh prakondisi pembentukan badai vorteks di Samudera Hindia dekat dengan bagian utara Sumatera.
Prediksi itu semua berbeda dengan kondisi cuaca cerah pada akhir Oktober hingga hari-hari awal November ini. Erma menerangkan, cuaca cerah meliputi sebagian besar wilayah Indonesia karena pengaruh Siklon Tropis Nalgae di dekat Filipina. Badai siklon Nalgae telah berperan menarik awan-awan di wilayah Indonesia sehingga dalam beberapa hari terakhir Indonesia minim awan. "Inilah yang menyebabkan udara terasa panas dan kering," katanya.